TARJAMAH WARATTILIL QUI’ANA TARTILA WASAYA WA TANBIHAT FIT TILAWATI WAL HIFDI WAL MURAJA ’AH LI ASYAIKH ANAS AHMADKAZRUN WAMUSYKILAT AL DLAMAIR

YAZID AL-BUSTHOMI, NIM. 05110038 (2014) TARJAMAH WARATTILIL QUI’ANA TARTILA WASAYA WA TANBIHAT FIT TILAWATI WAL HIFDI WAL MURAJA ’AH LI ASYAIKH ANAS AHMADKAZRUN WAMUSYKILAT AL DLAMAIR. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (TARJAMAH WARATTILIL QUI’ANA TARTILA WASAYA WA TANBIHAT FIT TILAWATI WAL HIFDI WAL MURAJA ’AH LI ASYAIKH ANAS AHMADKAZRUN WAMUSYKILAT AL DLAMAIR)
BAB I, IV, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (15MB) | Preview
[img] Text (TARJAMAH WARATTILIL QUI’ANA TARTILA WASAYA WA TANBIHAT FIT TILAWATI WAL HIFDI WAL MURAJA ’AH LI ASYAIKH ANAS AHMADKAZRUN WAMUSYKILAT AL DLAMAIR)
BAB II, III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (16MB)

Abstract

Dalam dunia penerjemahan, seorang penerjemah tidak lepas untuk mencari padanan antara bahasa sumber dan bahasa tujuan. Meskipun padanan masin-masing bahasa mempunyai budaya tersendiri salah satunya adalah damir dalam Bahasa Arab dan kata ganti dalam bahasa Indonesia. Karena adanya budanya tersendiri tersebut, maka penerjemah perlu adanya alternatif, demi tercapainya hasil terjemahan yang wajar dan proposional. Selain hal tersebut dalam bahasa Arab setiap kalimat tidak lepas dari damir . hal ini memunculkan peneliti untuk mencari metode atau cara menerjemahkan damir, khususnya dalam kitab Warattilil Qur’ana Tartila Wasaya wa Tanbihat fit Tilawati wal Hifdi wal Muraja’ah li Anas Ahmad Kazrun. Sebagaimana contoh berikut, Akibat dari itu semua، kebanyakan orang lalai akan al-Qur’an dan mempelajarinya، mereka menjauhi kitab Tuhan Mereka، mereka tenggelam dalam kesenangan yang menguasai mereka، dan waktu mereka dipenuhi dengan perkara-perkara yang rendah dan perkara-perkara yang hina. Pada contoh di atas ditemukan dua kasus penerjemahan damir. Pertama, Di sini terdapat enam damir “hum” yang berurutan. Apabila diterjemahkan semua, maka hasil terjemahan terkesan ada pemaksaan bahasa. Sebaiknya, ketika menemukan damir yang berurutan, cukup diterjemahkan satu atau dua. Sehingga menjadi, “mereka menjauhi kitab Allah, tenggelam dalam kesenangan dan waktu mereka dipenuhi....”. Kedua,. Damir “ha” terkandung atau kembali pada kata “al-umur” yang terletak di depannya tanpa ada pemisah, maka cukup diterjemahkan “dengan perkara yang rendah dan hina”. Damir “ha” tidak perlu diterjemahkan. Berawal dari sini peneliti perlu mencari cara atau metode untuk menerjemahkan damir khususnya damir bariz Muttasil gaib. Berapa jenis susunan gramatikal damir bar iz muttasil gaib? Bagaimana cara menerjemahkan damir bar iz muttasil gaib? Peneliti dalam menyelesaikan problematika ini menggunakan metode komunikatif. Metode ini berusaha sedemikian rupa mempertahankan kontekstual yang tepat dari bahasa sumber, sehingga baik isi maupun bahasanya dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemah. Damir bariz Muttasil Gaib dalam penerjemahan terkadang diterjemahkan apa adanya, terkadang dibuang. Indikasi apa adanya ketika antara damir dan kandungannya terpisah tidak terlalu jauh. Indikasi dibuang ketika kandungan damir berada di depannya tanpa ada pemisah atau ketika berurutan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Moh. Kanif Anwari,S.Ag.,M.Ag
Subjects: Bahasa Arab
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Arab (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 11 Apr 2014 08:53
Last Modified: 29 Jul 2015 07:37
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/11829

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum