NILAI DAN FUNGSI TRADISI JUM’AT PAHING DI DUSUN KAWANGAN KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG

EQLIMA DWIANA SAFITRI , NIM. 10120083 (2014) NILAI DAN FUNGSI TRADISI JUM’AT PAHING DI DUSUN KAWANGAN KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (NILAI DAN FUNGSI TRADISI JUM’AT PAHING DI DUSUN KAWANGAN KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text (NILAI DAN FUNGSI TRADISI JUM’AT PAHING DI DUSUN KAWANGAN KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG)
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Kawangan adalah salah satu dusun yang menjadi daya tarik wisata religi, karena setiap hari Jum‟at Pahing digelar tradisi Jumat Pahingan yang berpusat di makam Wali limbung di Kawangan dan Balai Desa Banjarsari. Pengunjung yang datang ke tempat ini tidak hanya orang Temanggung saja namun dari daerah lain. Acara intinya adalah ziarah ke makam wali limbung. Peziarah makam wali limbung akan mencapai puncaknya pada hari tertentu yang diyakini sebagai hari istimewa untuk melaksanakan ziarah. Selain ziarah ke makam Wali Limbung, dalam kegiatan Jum‟at pahing juga digelar pasar pagi. Keberadaan pasar ini konon pada waktu mengusung jenazah Wali Limbung melewati Desa Banjarsari. Sesampainya di Desa Banjarsari mereka berhenti sampai lama, sehingga tempat pemberhentian itu dinamakan Jangglengan. Menurut istilah setempat berarti menunggu sampai waktu lama. Sampai sekarang di Janggleng pada tiap hari Jumat Pahing ada pasar kecil tempat “Midag” (mengeluarkan nadzar). Bagi peziarah makam Wali Limbung seyogyanya melewati Banjarsari, melewati rute perjalanan jenazah Wali Limbung. Keunikan dari tradisi Jumat Pahing yaitu masyarakat yang mengistimewakan hari Jumat Pahing sebagai hari yang penuh berkah,yaitu adanya acara ritual untuk menunaikan nadzar di makam Wali Limbung. Selain itu keunikan yang lain adalah adanya pasar yang hanya ada setiap hari Jumat Pahing pagi, yang masyarakat percaya bahwa pasar tersebut sebagai penolak bala dan sebagai tempat untuk menunaikan nadzar. Tidak hanya masyarakat saja yang datang ke pasar ini, tetapi para peternak hewan pun mendatangkan hewannya ke tempat tersebut untuk diborei. Tradisi ini hanya diadakan tiap hari Jumat Pahing saja, karena terkait dengan peresmian penggunaannya masjid Jami‟ Wali Limbung yang jatuh pada suatu hari Jumat Pahing. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Malinowski (1884-1942). Teori ini menjelaskan bahwa semua unsur kebudayaan itu akan bermanfaat bagi masyarakat setempat, karena fungsi dari satu unsur budaya adalah untuk memenuhi beberapa kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi. Studi ini akan menghasilkan temuan, yaitu yang pertama adalah latar belakang munculnya tradisi. Yang kedua, prosesi kegiatan tradisi Jumat Pahingan adalah ritual di makam Wali Limbung dan kegiatan di pasar Jangglengan yang dilakukan perseorangan atau perkelompok. Yang ketiga, tradisi Jumat Pahing ini memiliki nilai dan fungsi tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Hal tersebut terungkap dalam nilai-nilai dan fungsi yang terkandung di dalamnya sehingga tradisi tersebut masih lestari hingga kini.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Drs. Sujadi, M.A.
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 17 Jun 2014 14:20
Last Modified: 21 Aug 2015 14:22
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12867

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum