Profesi sahabat Nabi Dan Hadis Yang Diriwayatkannya (Tinjauan Sosio-antropologis)

Muhammad Zain, NIM. 993132 (2007) Profesi sahabat Nabi Dan Hadis Yang Diriwayatkannya (Tinjauan Sosio-antropologis). Doctoral thesis, Pasca Sarjana.

[img]
Preview
Text (Profesi sahabat Nabi Dan Hadis Yang Diriwayatkannya (Tinjauan Sosio-antropologis))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (Profesi sahabat Nabi Dan Hadis Yang Diriwayatkannya (Tinjauan Sosio-antropologis))
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (19MB)

Abstract

Kajian ini dimaksudkan untuk menelaah sisi manusiawi sahabat. Meskipun disadari bahwa mendiskusikan kredibilitas sahabat pasti akan mengundang kontroversi , Pasalnya sahabat memiliki posisi penting dan strategi dalam agama, yakni sebagai pembawa syari’ah (hamalat al-shari’ah) di kala Nabi masih hidup dan masa sesudahnya. Bahkan, sahabat telah mendapat legitimasi wahyu sebagai generasi terbaik (khair ummat-in). Sehingga membicarakan aspek historisitas sahabat adalah sesuatu yang tabu. Padahal, di antara mereka ternyata ada sahabat yang tidak memiliki integritas pribadi (al-‘adalah) dan kapasitas intelektual (al-dabt) yang sama. Pada aspek inilah sehingga kajian ini menjadi menarik. Kajian ini membahas permasalahan: Apakah profesi sahabat memiliki hubungan yang signifikan dengan hadis-hadis yang mereka riwayatkan? Apa makna adagium al-sahabat kulluhum ‘udul-un (semua sahabat berpredikat adil)? Apakah betul sahabat itu steril dari kritik? Dari segi metodologi, penelitian ini menggunakan analisis historis. Maksudnya, latar belakang kehidupan dan kultur yang meliputi sahabat akan ditelaah secara saksama, termasuk profesi yang mereka geluti. Sedang landasan teori yang dipakai adalah teori sosial konflik (social conflict theory) yang salah satu tokohnya adalah Karl Marx (1818-1883) dan teori ‘asabiyah (group feeling)Ibn Khaldun (1332 M – 1406 M). Karl Marx berpendapat bahwa setiap konflik yang terjadi dalam masyarakat pasti bersumber dari aktivitas ekonomi masyarakat bersangkuatan. Hal ini dapat dilihat pada pembahasan sahabat dan relasi harta. Teori ‘asabiyah Ibn Khaldun menarik untuk diapresiasi. Setiap kelompok sosial pasti memiliki kecenderungan yang kuat untuk senantiasa mempertahankan posisi dan eksistensi kelompoknya. Dari sana akan dilihat bahwa entitas kesukuan sahabat dan ikatan primordial mereka tetap saja kental. Hal ini terutama terlihat pasca wafatnya Nabi saw. Selanjutnya, teori Max Weber berpendapat bahwa segala aktivitas manusia bukan hanya didasarkan pada motivasi ekonomi, akan tetapi lebih dari itu juga didorong oleh nilai yang diyakini oleh penganutnya. Teori Strukturasi Anthony Giddens (1938- ?) juga relevan dengan kajian ini, yakni untuk melihat keterkaitan antara profesi sahabat dengan hadis-hadis yang mereka riwayatkan. Seorang sahabat sangat bolej jadi memiliki pendapat yang tidak independen lagi ketika menduduki suatu jabatan (apalagi jabatan politis). Ia tidak lagi leluasa mengemukakan pendapatnya, tetapi lebih memilih mengikuti pendapat yang lebih popular (umum). Dari sini akan terlihat dengan jelas bahwa jabatan seseorang dapat memengaruhi yang bersangkutan dalam mengeluarkan fatwa dan menentukan kebijakan-kebijakan politik. Oleh karena kajian ini termasuk studi pustak (library research), maka langkah-lankah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: pertama, melakukan telaah atas sejumlah literatur yang terkait dengan topic bahasan terutama yang membuat biografi sahabat. Kedua, mengidentifikasi sejumlah sahabat yang memiliki profesi cukup beragam. Ketiga, melakukan katagorisasi profesi sahabat. Keempat, menginventarisasi sejumlah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk melihat sejauhmana profesi setiap sahabat memiliki pengaruh atau setidaknya ada keterkaitan dengan hadis-hadis yang diriwayatkannya. Dari penelitian ini digagas bangunan teori bahwa (a) keterkaitan antara profesi sahabat dengan hadis-hadis yang diriwayatkannya tidaklah seragam, tetapi beragam. Seorang sahabat yang berprofesi sebagai pebisnis sukses, bahkan dikenal sebagai konglomerat, dan ia tidak sempat mewartakan kiat sukses bisnis yang digelutinya, tetapi diberitakan oleh sahabat lainnya. Abd Rahman ibn ‘Auf, dan Qilat Ummu Anwar sebagai contohnya; (b) ada juga sahabat yang berprofesi sebagai periwayat hadis dan digelari al-mukthirun fi al-riwayah (mereka yang banyak meriwayat hadis), seperti A’isyah binti Abu Bakar, Abu Hurairah, dan Abdullah ibn Mas’ud; (c) tentang afiliasi politik sahabat ternyata tidak selamanya didasarkan pada hasil ijtihad mereka, tetapi lebih didasarkan pada pertimbangan hubungan keberatan. Abdullah ibn ‘Amr al-‘Ash mendukung Mu’awiyah ibn Abu Sofyan karena kepatuhannya kepada ayahnya, ‘Amr al-‘Ash mendukung Muawiyah ibn Abu Sofyan karena kepatuhannya kepada ayahnya. ‘Amr ibn al-‘Ash. Sebaliknya, politik Abd Rahman ibn al-Khalid mendukung Mu’awiyah dan saudaranya al-Muhajir ibn al-Khalid mendukung Ali ibn Abu Talib, tidak berdasar pada hubungan darah di antara keduanya. Banyak pendukung Ali ibn Abu Talib, tidak berdasar pada hubungan darah di ntara kedunya. Banyak pendudkung Ali ibn Abu Thalib yang ikut barisan beliau pada perang Siffin bukan karena Ali, tetapi karena ketokohan ‘Ammar ibn Yasir. Jadi, dukungan politik sahabat dilatari oleh beberapa factor, (a) adanya hubungan kekerabatan, (b) bias juga karena factor kepentingan sahabat yang bersangkutan, dan(c) karena factor charisma seorang sahabat. Hal lain yang menarik untuk ditelaah lebih mendalam adalah relasi sahabat dan penguasaan harta, dan berbagai peristiwa al-mughayyabat (kasus selingkuh para isteri yang ditinggal suaminya berperang di jalan Allah). Sahabat sekali lagi, tidak semuanya berpredikat adil. Slogan al-sahabat kulluhum ‘udul-un bermakna: mayoritas sahabat berpredikat adil. Jadi, tidak semua sahabat berpredikat adil. Mereka ada juga yang fasiq dan berperilaku di luar tuntunan dan perintah agama. Bujair ibn Abdullah-yang mencuri dompet Nabi saw.—sebagi salah satu contohnya. Implikasi kajian ini adalah kaidah al-sahabat kullhum ‘udul-un ( semua sahabat adalah ‘adil dalam hal periwayatan hadis) mesti dicermati lebih lanjut. Ketika meneliti sanad hadis, kaidah al-jarh wa al-ta’dil juga dapat diterapkan untuk kalangan sahabatJadi, bukan haya berhenti pada tabaqat tabi’in. Bahkan, sangat boleh jadi, keberbagaian perilaku sahabat berpengaruh pada transmisi hadis yang mereka sampaikan. Ketika meneliti sebuah hadis, profesi seorang periwayat harus menjadi perhatian, di samoing ketersambungan sanad (ittisal al-sannad) dank e-thiqah-an seorang rawi.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Uncontrolled Keywords: Kata kunci: Profesi, Hadis, Sahabat Nabi
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 13 Nov 2014 09:01
Last Modified: 09 Apr 2015 10:39
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14506

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum