TRADISI KEILMUAN PESANTREN ( STUDI BANDING ANTARA NURUL IMAN DAN ASSALAM)

AMIR FAISOL , NIM. 96.306 I DBT (2001) TRADISI KEILMUAN PESANTREN ( STUDI BANDING ANTARA NURUL IMAN DAN ASSALAM). ["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined] thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (: TRADISI KEILMUAN PESANTREN ( STUDI BANDING ANTARA NURUL IMAN DAN ASSALAM))
BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (4MB) | Preview
[img] Text (: TRADISI KEILMUAN PESANTREN ( STUDI BANDING ANTARA NURUL IMAN DAN ASSALAM))
BAB II, III, IV, V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (18MB)

Abstract

Pesantren merupakan hasil cultural bangsa Indonesia dengan cirri khas yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Lahirnya pesantren dimaksudkan untuk mentranmisikan ilmu keislaman tradisional sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab yang ditulis oleh ulama berabad-abad telah lalu yang dikenal dengan “kitab kuning”.Pesantren berfungsi memadukan ibadah untuk menanamkan keimanan, mengaji kitab untuk memperdalam ilmu, dakwah untuk penyebarannya dan amal ibadah sebagai realisasi tingkah laku dan perbuatan sesuai ajaran Islam. Pesantren memiliki sub kultur dengan tiga elemen dasar, yaitu pola kepemimpinan, literature yang universal, dan system nilai tersendiri yang terus dipelihara, yang terpisah dari masyarakat luas. Kepemimpinan kyai merupakann hubungan pemimpin-pengikut yang didasarkan atas kepercayaan. Para santri menerima kepemimpinan kyai karena mereka mempercayai konsep berkah yang akan diperoleh bila santri mentaati kyainya yang berarti mentaati ajarannya Ilmu yang didapat atas berkah kyai ini merupakan ilmu yang bermanfaat bagi santri. Kepemimpinan kyai terhadap santri adalah meletakkan kerangka berpikir menjaga keilmuan klasikatau kitab-kitab sesudahnya berdasarkan keilmuan klasik. Pengertian “ kitab kuning” tidak terbatas kitab klasik yang ditulis oleh ulama pada masa klasik, tetapi juga kitab-kitab sesudahnya melalui legitimasi kitab klasik. Di Indonesia terdapat dua tipe pesantren, pesantren salafi dan khalafi. Tipe pertama adalah pesantren penganut ahl al-sunnah wa al-jama’ah Pesantren ini mengajarkan kitab-kitab klasik. Pesantren tipe kedua mengajarkan kitab-kitab yang tidak lagi terikat pada kitab klasik. Nurul Iman sebagai sosok pesantren salafi menganggap bahwa ilmu keislaman klasik adalah ilmu keislaman utama, yang tidak dapat disejajarkan dengan ilmu produk ulama sesudahnya. Ilmu keislaman ini dianggap memiliki kebenaran mutlak, yang membentuk pola amalan-ibadah dan akhlaq al-karimah masyarakat nurul iman.Sedangkan Assalam sebagai sosok pesantren khalafi mengganggap bahwa semua Ilmu termasuk ilmu keislaman beradadalam derajat kebenaran relatif, yang terbuka untuk dikritisi. Terdapat dua dimensi tradisi bangunan ilmu keislaman di nurul Iman, yaitu ilmu fiqh dengan kitab Taqrib oleh Abu Sujak al-Isfahani beserta Syarh-syarhnya sebagai induk tradisi bangunan keilmuan , dan akhlaq /tasawuf dengan kitab Ta’lim al –Muta’allim Thariq al- Ta’allum oleh Syekh al-Zamuji sebagai dasar pembinaan akhlaq al-karimah, yang berfungsi sebagai fondasi dan pilar kekuatan psikologis penyangga bangunan induk keilmuan dan ilmu keislaman klasik lainnya merupakan pelengkap. Assalam berprinsip “kembali kepada Al Qur’an dan al-hadits” dengan orientasi cenderung kepada ahl al-salaf yang berupaya menggali dan mengembangkan ilmu keislaman dalam membina akidah, amalan-ibadah, dan akhlaq al –karimah sebagaimana diajarkan oleh Al’Quran dan al-hadits, melalui keteladanan sikap-sikap –perilaku Rasullullah s.a.w. Pola pembinaan akhlaq al-karimah di Nurul Iman cenderung kepada pembinaan private morals,yaitu akhlaq yang mengandung interest tertentu, karena keinginan guru mewariskan ilmu keislaman klasik yang dianggap telah baku kepada santri. Akhlaq tersebut bertumpu kepada ketaatan santri terhadap guru, yang berarti taat kepada ajarannya . Akhlaq seperti ini menghambat daya penalaran dan kekritisan santri dalam proses pembelajaran, dan kurangnya kepercayaan diri santri dalam mengembangkan keilmuan bila tidak sesuai dengan ajaran guru. Baik Nurul Iman maupun Assalam bertujuan mencetak santri menjadi calon ulama yang pembinaan pribadinya lebih banyak bertumpu pada akhlaq al-karimah secara vertical, yang kurang dilengkapi dengan akhlaq al-karimah secara horizontal bagi pembinaan santri sebagai calon khalifah pengemban tugas mensejahterakan umat secara universal. Karena itu diperlukan upaya rekonstruksi terhadap tujuan, metode pembelajaran, dan muatan kurikulumnya agar pesantren dsapat melahirkan calon ulama yang khalifah.

Item Type: Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined])
Additional Information: Kata kunci: pesantren, kyai.
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 17 Nov 2014 15:00
Last Modified: 07 Apr 2015 13:58
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14558

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum