IMAJINASI DAN PERANNYA TERHADAP PERSEPSI (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN IBN SINA DAN JEAN-PAUL SARTRE), OLEH SALMAINI YELI.

SALMAINI YELI , NIM. 953043/S3 (2005) IMAJINASI DAN PERANNYA TERHADAP PERSEPSI (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN IBN SINA DAN JEAN-PAUL SARTRE), OLEH SALMAINI YELI. Doctoral thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (IMAJINASI DAN PERANNYA TERHADAP PERSEPSI (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN IBN SINA DAN JEAN-PAUL SARTRE), OLEH SALMAINI YELI.)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (5MB) | Preview
[img] Text (IMAJINASI DAN PERANNYA TERHADAP PERSEPSI (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN IBN SINA DAN JEAN-PAUL SARTRE), OLEH SALMAINI YELI.)
BAB II, III, IV, V, VI.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Abstract

Disertasi ini membahas pemikiran filsafat imajinasi Ibn Sina dan Jean-paul Sartre yang mencakup imajinasi dalam hubungannya dengan persepsi, berpikir dan perilaku kreatif manusia. Penelitian ini menggunakan model penelitian komparatif mengenai tokoh tentang topik tertentu. Dalam menyajikan data digunakan metode deskriptif dengan evaluasi krisis dan sintesis. Sementara untuk menganalisisnya digunakan pendekatan hermeneutik. Penelitian ini menemukan bahwa Ibn Sina dan Jean-Paul Sartre sama-sama melihat keterbatasan persepsi inderawi, dan imajinasi merupakan daya yang dimiliki manusia untuk mengatasi keterbatasan persepsi tersebut, namun keduanya berbeda pendapat dalam masalah peran imajinasi sebagai pembentuk imajinasi. Bagi Ibn Sina, imajinasi pada waktu mempersepsi gambar-gambar yang ada dalam imaji terhbung dengan persepsi sehingga orang dapat mengenal objek. Berbeda dengan Ibn Sina, bagi Sartre, tidak mungkin imajinasi membentuk persepsi inderawi karena terhubungan persepsi dengan imajinasi hanya mungkin dengan menghilangkan kesadaran persepsi, karena garis batas antara persepsi dan imajinasi hanyalah kesadaran, dan keduanya tidak mungkin tumpang tindih. Penemuan kedua dalam penelitian ini adalah bahwa Ibn Sina dan Jean-Paul Sartre sama-sama melihat peran imajinasi dalam pikiran. Ibn Sina menyamakan imajinasi (mutakhayyilah) dengan berpikir (mufakkirah) yang mempunyai hubungan erat dengan akal-akal yang lain, sementara Jean-Paul Sartre melihat imajinasi sebagai perwujudan pikiran non reflektif, namun bagi Sartre penyertaan imajinasi dalam berpikir justru menyesatkan dan memundurkan pikiran. Penemuan ketiga, bahwa imajinasi Ibn Sina merengkuh imajinasi theogony yang mencakup theophany Tuhan dan cosmology yang berhubungan dengan jagad raya, sementara bagi Jean-Paul Sartre imajinasi hanya mencakup cosmology saja. Baik Ibn Sina maupun Jean-Paul Sartre melihat kebebasan sebagai dasar imajinasi, namun keduanya berbeda pada muara kebebasan tersebut. Bagi Sartre, kebebasan manusia adalah mutlak dan karena kebebasannya itu manusia bertanggungjawab atas apa yang dilakukan dan dihasilkannya, sementara bagi Ibn Sina, wahyu menjadi pembatas kebebasan jiwa, sehingga kreasi imajinasi tidak boleh diarahkan pada masalah-masalah yang dilarang. Dengan paham kebebasan dalam imajinasinya, Jean-Paul Sartre mendukung kebebasan berkreasi, namun orang tersebut bertanggungjawab pada hasil kreasinya itu. Dapat dikatakan bahwa Sartre lebih menekankan pada proses imajinasi. Ibn Sina yang juga melihat kebebasan jiwa membagi imajinasi menjadi dua kelompok yaitu imajinasi tinggi dan rendah, melihat campur tangan akal di dalamnya, sehingga dapat dikatakan penekanan imajinasi Ibn Sina adalah pada produk, bukan pada proses.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Kata Kunci: Filsafat, Ibn Sina, Jean-Paul Sartre, Imajinasi
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 17 Nov 2014 15:40
Last Modified: 08 Apr 2015 10:24
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14573

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum