AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS TERHADAP PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS EMPAT PERGURUAN TINGGI NEGERI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

AKHMAD SOLEH, M.Si., NIM. 07.31.556 (2014) AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS TERHADAP PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS EMPAT PERGURUAN TINGGI NEGERI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA). Doctoral thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS TERHADAP PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS EMPAT PERGURUAN TINGGI NEGERI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA))
07.31.556 -File 1.pdf - Published Version

Download (5MB) | Preview
[img] Text (AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS TERHADAP PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS EMPAT PERGURUAN TINGGI NEGERI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA))
07.31.556 -File 2.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (13MB)

Abstract

Disertasi ini membahas tentang aksesibilitas pendidikan di perguruan tinggi. Hingga saat ini dalam kenyataannya kelompok masyarakat yang menyandang disabilitas masih harus berjuang keras untuk memperoleh persamaan dan kesempatan di dalam mengakses pendidikan tinggi, karena belum banyak perguruan tinggi di Indonesia yang bersedia menerima mahasiswa penyandang disabilitas. Mereka masih mempunyai asumsi bahwa mahasiswa penyandang disabilitas tidak mampu mengikuti perkuliahan karena keterbatasan fisik yang akan mengganggu proses belajar-mengajar di kelas. Penelitian disertasi ini bersifat kualitatif dengan desain studi kasus di empat Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta, yaitu Universitas Isla>m Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Institut Seni Indonesia (ISI). Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dan pendekatan kebijakan pendidikan, dan menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara, survei atau obrservasi, dan penggunaan dokumen. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Hubberman untuk mengungkap aksesibilitas penyandang disabilitas terhadap perguruan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa baik pimpinan ISI maupun UGM berpandangan “model sosial”, namun masih terdapat kecenderungan pemahaman “model tradisional”; pimpinan UIN berpandangan “model sosial”, namun masih terdapat kecenderungan pemahaman “model medis”; dan pimpinan UNY hanya berpandangan “model sosial”. UNY dan ISI dalam merumuskan kebijakan pendidikannya, pada realitasnya belum mencerminkan terakomodirnya kebutuhan pendidikan bagi penyandang disabilitas. Artinya, mereka belum menunjukkan keberpihakan dan sensitivitas pendidikan bagi penyandang disabilitas. Adapun UGM sedikit lebih baik keberpihakan dan sensitivitasnya, seperti terlihat pada Anggaran Rumah Tangga (ART) bagian Bab XVII Pasal 102. Sementara itu, di UIN terdapat “core values” yang menghargai perbedaan dan pluralitas sehingga muncul kebijakan pendidikan yang tertuang dalam pedoman akademiknya sebagai produk dari kebijakan perguruan tinggi, meskipun belum mengacu pada undang-undang nasional maupun internasional yang berkaitan dengan pendidikan bagi penyandang disabilitas sebagai acuan kebijakannya. Di dalam isi peraturan akademik itu, dalam Bab VI tertulis tentang Layanan bagi Mahasiswa Difabel. Meskipun secara struktural tidak ditemukan unit khusus, secara non-struktural di UIN telah ada unit pelayanan khusus yang berupa Pusat Studi Layanan Difabel (PSLD). Mengenai aksesibilitas fisik dan non-fisik, keempat perguruan tinggi di atas sebenarnya telah menyediakan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk menempuh pendidikan tinggi, meskipun belum berjalan secara maksimal. Hal ini karena masih adanya pembatasan soal pemilihan jurusan bagi calon mahasiswa penyandang disabilitas, serta persyaratan-persyaratan yang membelenggu mahasiswa, seperti misalnya yang terjadi di ISI. Demikian juga tidak semua perguruan tinggi itu menyediakan fasilitas khusus bagi mahasiswa penyandang disabilitas, kecuali di UIN meskipun belum maksimal. Keempat perguruan tinggi di atas pada hakikatnya bersedia melayani mahasiswa penyandang disabilitas. Hanya saja yang membedakan dari keempatnya adalah pada tingkat pemahaman, persepsi, dan asumsi perguruan tinggi terhadap kepentingan dan kebutuhan pelayanan yang berkaitan dengan jenis kedisabilitasan mahasiswa. Di UGM, UNY, dan ISI, mahasiswa penyandang disabilitaslah yang pro-aktif dalam hal pelayanan sosial akademik. Mereka belum banyak mengetahui dan memahami kepentingan dan kebutuhan penyandang disabilitas. Sedangkan pelayanan sosial akademik di UIN telah ”mengarah pada sensitivitas” bagi penyandang disabilitas. Mengenai aksesibilitas fisik, yaitu pengondisian bangunan kampus, UGM, UNY, dan ISI belum menyediakan akses khusus bagi kalangan mahasiswa penyandang disabilitas, baik tunanetra, tunarungu maupun tunadaksa. Hanya UIN yang menyediakan akses meskipun belum optimal. Khusus bagi tunadaksa, hanya sebagian kecil dari unsur-unsur bangunan kampus empat perguruan tinggi itu yang menyediakan akses. Jika pengondisian bangunan kampus dijadikan parameter tingkat aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, maka UIN dapat diposisikan pada peringkat pertama, selanjutnya berturut-turut adalah UGM, UNY, dan terakhir adalah ISI.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Promotor : Prof. Suwarsih Madya, M.A., Ph.D.
Uncontrolled Keywords: Kata kunci: Aksesibilitas, Disabilitas, Perguruan Tinggi.
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 27 Nov 2014 10:47
Last Modified: 17 Oct 2022 14:15
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14704

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum