Stilistika Kisah Ibrahim AS dalam Al-Qur’an

H.Syihabuddin Qalyubi, 90145 (2006) Stilistika Kisah Ibrahim AS dalam Al-Qur’an. ["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined] thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (Stilistika Kisah Ibrahim AS dalam Al-Qur’an)
BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (2MB) | Preview
[img] Text (Stilistika Kisah Ibrahim AS dalam Al-Qur’an)
BAB II, III, IV, V, VI.pdf
Restricted to Registered users only

Download (13MB)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg
Restricted to Registered users only

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg
Restricted to Registered users only

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg
Restricted to Registered users only

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg
Restricted to Registered users only

Download (0B)

Abstract

Banyak orang kagum atau tertarik kepada al-Quran, tetapi tanpa dapat menerangkan, megapa mereka kagum atau tertarik,. Pesona al-Quran sebenarnya bukan karena semata-mata faktor dogma teologis yang mengharuskan orang beriman untuk mengagungkan dan mengimaninya, tetapi ada factor inherent dalam teks al-Quran itu sendiri. Teks al-Quran memang mengandung sesuatu yang dapat memikat pembaca atau pendengarnya. Betapa banyak cerita yang menggambarkan kenyataan ini dari kenyataan ini. Dari kenyataan ini, kemudian banyak studi yang dilakukan. Studi teks al-Qur’an, menurut Amin al-Khuli adalah bagian dari kajian sastra al-Quran (haulal-Quran dan fil-Quran). Studi teks al-Quran tidak bias dilepas dari studi bahasa dan sastranya karena bahasa adalah sebagai mediumnya, sedangkan sastra adalah karakteristik pemakaian bahasa al-Quran yang khas. Karakteristik ini salah satunya dapat dijumpai dalam kisah-kisah al-Quran. Kisah dalam al-Quran dimuat dalam 35 surah dan sebanyak 1600 ayat. Ayat-ayat yang hampir mendominasi isi al-Quran ini kurang mendapat perhatian para peneliti dibandingkan perhatian mereka terhadap ayat-ayat hokum, teologi, dan yang linya. Dalam kisah, digunakan gaya bahasa yang sangat variatif, perintah ataupun ajaran moral disampaikan secara tidak langsung sehingga pesan yang disampaikan kepada manusia sebagai penikmat sekaligus sasaran kisah ni akan lebih megena. Kisah dalam al-Quran banyak sekali, tetapi agar lebih terfokus penelitian ini dibatasi pada kisah Ibrahim as. Kisah ini terdiri atas 186 ayat tersebar pada 25 surah.Berbeda dengan kisah Yusuf as., misalnya, yang hanya dimuat dalam satu surah saja sehingga merupakan daya tarik tersendiri untuk diteliti tentang bagaimana menggunakan kata atau kalimat dalam surah-surah yang terpisah-pisah itu, mengapa digunakan kata atau kalimat tertentu tidak lainnya? Mengapa gaya pemaparannya bervariasi? Apakah terjadi pengulangan kisah? Dan permasalahan-permasalahan lainnya. Berdasarkan penelusuran dan pembacaan ayat-ayat tentng kisah Ibrahim as.,gaya retoris dan kiasan, menggunakan alat-alat kohesi, serta gaya pemaparannya yang khas, sehingga ilmu yang dapat dijadikan dasar penelitian ini adalah stilistika. Dengan stilistika, dapat dijelaskan preferensi penggunaan lafal atau struktur bahasa sehingga bias diketahui cirri-ciri stilistika (stylistic features) yang membedakan antara suatu karya dengan karya lainnya. Dengan demikian, maka permasalahan sentral dalam penelitian ini adalah pada pilihan kata, kalimat, dan wacananya. Untuk menganalisis ranah kajian tersebut, digunakan teori stilistika yang dikemukakan oleh Fathullah Ahmad Sulaiman yang menitikberatkan kepada aspek nas/turunan. Teori tersebut melandaskan pada asumsi bahwa karya sastra itu satukesatuan, maka pemilihan kata, kalimat, dan wacana harus beralasan dan satu sama lain memiliki relasi yang kokoh. Selanjutnya, disebutkan bahwa langkah-langkah untuk melakukan penelitian ini adalah membagi teks ke dalam beberapa bagian, lalu bagian-bagian tersebut dipecah lagi ke dalam beberapa unsure, kemudian dianalisis secara linguistic. Dalam analisis ini, antara lain, dan pendayagunaan struktur kalimat. Dalam menganalisis kisah ini, terutama digunakan metode tematik dan komparatif, sehingga ayat-ayat tentang kisah Ibrahim as. Yang berserakan dalam 25 surah tersebut dihimpun dalam tema-tema, lalu dibreak down menjadi sub-sub tema.Setelah itu, dianalisis dengan pisau komparatif, apakah didapatkan kekhasan, apakah terjadi repetisi, mengapa terjadi repetisi, dan lain sebagainya. Di samping itu, dalam penelusuran makna digunakan metode semantik. Dari penelusuran yang dilakukan pada disertasi ini, diperoleh beberapa temuan, yaitu bahwa kisah Ibrahim as. Dalam al-Qur’an, sebagaimana karya sastra Arab lainnya, menggunakan pilihan-pilihan kata seperti sinonim, polisemi, at-taddadd, kata-kata yang khas dan kata-kata asing. Hal ini menunjukkan bahwa kisah tersebut menggunakan bahasa yang dipergunakan bangsa Arab (al-mutadawilah bain al-‘Arab), bukan “bahasa langit” yang jauh dari kultur kehidupan manusia di bumi. Namun, dalam pilihan-pilihannya itu mempunyai kekhasan tersendiri. Kekhasan ini terdapat pada pemilihan kata ataupun kalimat. Pemilihan tersebut adalah guna mendukung makna dan nuansa yang akan ditampilkan. Seringkali terjadi substansi makna yang ditampilkan itu sama, tetapi dalam nuansa yang berbeda, maka kata ataupun kalimat yang dipergunakannya pun berbeda. Dengan kata lain, kata atau kalimat disusun untuk mendukung makna karena makna merupakan tujuan sebuah tuturan, sedangkan kata atau kalimat merupakan mediasi untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, pendukungan atas makna ini tidak mengorbankan kata atau kalimat. Setiap kata ada dalam batasan semantiknya, dan setiap kalimat ada dalam jangkauan fungsinya. Semuanya ini bias saling mendukung dalam pilihan dan batasan yangtepat. Kisah Ibraas, bukan merupakan karya sastra yang bebas baik dalam tema, teknik pemaparan, maupun setting peristiwa-peristiwanya, sebagaimana terdapat dalam kisah pada umumnya, melainkan sebagai suatu media untuk mencapai tujuan yang mulia. Tema, teknik pemaparan, dan setting peristiwa senantiasa tunduk kepada tujuan keagamaan, tetapi ketundukan ini tidak menghalangi munculnya karakteristik seni dalam pemaparannya sehingga kisah Ibrahim as, dalam dalam al-Quran merupakan paduan antara aspek seni dengan aspek keagamaan.Berbagai macam gaya bahasa yang ada pada zaman modern ini, ternyata sudah digunakan dalam kisah Ibrahim as., kurang lebih 14 abad yang lalu. Dengan kata lain, gaya bahasa kisah ini cocok dengan gaya bahasa tuturan manusia pada masa modern dan akan senantiasa cocok untuk masa-masa berikutnya. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa al-Quran sesuai dengan tuntutan berbagi tempat dan zaman. Kajian ini dapat memberikan kontribusi dalam menambah khazanah ilmu tafsir sehingga sewaktu menafsirkan al-Quran, seyogyanya dilakukan kajian stilistika terlebih dahulu, agar diperoleh pemahaman yang maksimal. Dari segi praktis, kajian ini dapat membantu pembenahan penterjemahan al—Quran yang dilakukan Departemen Agama RI, yang sudah sekian lama belum diadakan revisi yang berarti.

Item Type: Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined])
Additional Information: Promotor:Prof.Dr. Rachmat Djoko Pradopo
Uncontrolled Keywords: Ibrahim AS, Stilistika
Subjects: Ilmu Agama Islam
Depositing User: Khairunisa Etikasari, SIP, MIP Pegawai
Date Deposited: 24 Dec 2014 11:33
Last Modified: 24 Dec 2014 11:33
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15191

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum