ARSITEKTUR MASJID TAQWA SEBAGAI HASIL AKULTURASI DI TOMPONG, BANTAENG, SULAWESI-SELATAN

SOFYAN, NIM. 09120018 (2015) ARSITEKTUR MASJID TAQWA SEBAGAI HASIL AKULTURASI DI TOMPONG, BANTAENG, SULAWESI-SELATAN. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (ARSITEKTUR MASJID TAQWA SEBAGAI HASIL AKULTURASI DI TOMPONG, BANTAENG, SULAWESI-SELATAN)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (11MB) | Preview
[img] Text (ARSITEKTUR MASJID TAQWA SEBAGAI HASIL AKULTURASI DI TOMPONG, BANTAENG, SULAWESI-SELATAN)
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Perkembangan Islam di Indonesia tidak terlepas dari adanya beberapa bangunan masjid. Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk bersembahyang orang muslim. Seperti sabda Nabi Muhammad Saw. : “di manapun engkau bersembahyang, tempat itulah masjid”. Masjid di setiap daerah mempunyai perbedaan dan ciri khusus dari segi arsitektur. Dalam segi arsitektur sering terjadi akulturasi dengan budaya setempat atau budaya lokal. Akulturasi merupakan proses pembudayaan lewat pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan mempengaruhi. Pencampuran dan perpaduan budaya itu biasa berkenaan dengan wujud budaya yang monumental. Salah satu bentuknya terdapat pada bidang seni bangun, sebagai contoh penampilan arsitektur masjid Taqwa Tompong (Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan) yang memperlihatkan adanya wujud akulturasi budaya lokal, Cina, maupun Eropa. Penelitian tentang akulturasi budaya pada arsitektur masjid Taqwa Tompong adalah penelitian lapangan (Field research) dan penelitian kepustakaan (Library research) yang bersifat kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui unsur budaya mana saja yang mempengaruhi arsitektur masjid Taqwa Tompong dan bentuk akulturasi pada arsitektur masjid tersebut. Adapun rumusan masalah yang dijadikan panduan penelitian ini antara lain:1. Pengaruh budaya apa saja yang ada pada arsitektur masjid Taqwa Tompong? 2. Adakah pengaruh budaya lokal pada arsitektur masjid Taqwa Tompong? 3. Bagaimana pengaruh dan wujud budaya lokal tersebut pada arsitektur masjid Taqwa Tompong?. Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendalam mengenai akulturasi budaya pada arsitektur masjid Taqwa Tompong, teori yang digunakan adalah teori akulturasi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode budaya dengan pendekatan historis. Hasil penelitian membuktikan bahwa masjid Taqwa Tompong dibangun tahun 1887 M (22 Jumadil Akhir 1304 Hijriyah) atas prakasa raja Bantaeng Karaeng Panawang bersama adat 12. Dari segi arsitektur masjid Taqwa Tompong merupakan perpaduan Timur dan Barat. Budaya Cina, Eropa, Arab dan lokal. Pada atap masjid Taqwa Tompong berbentuk tumpang bersusun tiga yang pada puncaknya diberi hiasan tempayan keramik ming, berfungsi sebagai mustaka. Tubuh mesjid terdiri dari tembok dengan 5 buah pintu masuk dan 6 buah jendela, diatas tiap pintu masuk terdapat hiasan Kaligrafi Al-Qur’an, didalam tubuh mesjid terdapat 4 buah soko guru. Di dalam mesjid terdapat pula mimbar untuk berkhotbah yang terbuat dari kayu dengan relief dan kaligrafi. Perpaduan budaya ini menjadi ciri khas Masjid Taqwa Tompong. Kata Kunci : Akulturasi - Arsitektur - Masjid Taqwa Tompong

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Riswinarno, S.S, M.M
Uncontrolled Keywords: Akulturasi - Arsitektur - Masjid Taqwa Tompong
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Masyarakat Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 10 Aug 2015 10:49
Last Modified: 10 Aug 2015 10:49
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16727

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum