NGURAS KONG DI KOMPLEKS MAKAM RAJA-RAJA MATARAM

NOVIATU ROHMANI NIM. 04121925 TRADISI , (2009) NGURAS KONG DI KOMPLEKS MAKAM RAJA-RAJA MATARAM. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Tradisi nguras kong merupakan upacara pengurasan kong/gentong yang dilakukan satu tahun sekali yaitu setiap hari Selasa atau Jum'at Kliwon pada Bulan Suro/Muharram di komplek makam raja-raja Mataram. Tradisi ini erat kaitannya dengan sejarah Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung, karena kong tersebut merupakan peninggalan Sultan Agung. Mataram terkenal sebagai kerajaan besar sehingga banyak kerajaan lain yang ingin menjalin hubungan persaudaraan dengan Mataram. Selain itu, banyak kerajaan lain yang memberikan hadiah kepada Sultan Agung sebagai penghormatan, diantaranya berupa gentong yang berjumlah 4, yaitu berasal dari kerajaan Aceh, Palembang, Turki, dan Thailand. Gentong tersebut oleh masyarakat Jawa dikenal dengan sebutan kong. Keempat kong tersebut disimpan di dalam istana kerajaan Mataram yang kemudian digunakan sebagai tempat menyimpan air wudlu untuk keluarga istana. Masing-masing kong diberi nama Kyai Danumaya dari Kerajaan Aceh, Nyai Danumurti dari Kerajaan Palembang, Kyai Mendung dari Kerajaan Rum, Turki, dan Nyai Siyem dari Kerajaan Siam, Thailand. Keempat kong tersebut oleh masyarakat Jawa dianggap sebagai benda pusaka dan diyakini bahwa air yang ada di dalam kong tersebut dapat membawa berkah. Air kong tersebut diambil dari sumber mata air yang berada di pegunungan Bengkung yang terletak di sebelah timur makam raja-raja Mataram Imogiri yang berjarak kurang lebih 7 km. Menurut cerita (mitos), sumber mata air ini mengalir dari bekas tancapan tongkat Sultan Agung sewaktu bertapa untuk memperoleh petunjuk. Penelitian ini fokus pada permasalahan makna dan fungsi tradisi nguras kong bagi masyarakat pendukung yaitu masyarakat Desa Girirejo, serta perubahan apresiasi masyarakat Girirejo terhadap tradisi ini. Permaslahan makna dan fungsi secara tidak langsung menjelaskan eksistensi tradisi ini pada masyarakat Girirejo terkait adanya perubahan apresiasi masyarakat terhadap tradisi ini. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan analisis model of, yaitu realitas yang ada ditafsirkan atau dipahami, kemudian secara emik menanyakan kepada masyarakat pendukung kebudayaan tersebut untuk mengungkap makna dan fungsi sesuai dengan penafsiran masyarakat setempat. Hasil penafsiran dikaitkan dengan teori yang sudah dibangun untuk menemukan makna dan fungsi tradisi tersebut secara menyeluruh.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: PEMBIMBING: RISWINARNO, SS
Uncontrolled Keywords: Nguras gentong, makam, Raja Mataram, Sultan Agung, benda pusaka
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Last Modified: 04 May 2012 23:41
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1690

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum