PERAN LEMBAGA PENGULON KESULTANAN YOGYAKARTA DALAM MENERAPKAN SYARI'AT ISLAM PASCA INDONESIA MERDEKA

IRFAN ALI NASRUDIN, NIM. 01350712 (2006) PERAN LEMBAGA PENGULON KESULTANAN YOGYAKARTA DALAM MENERAPKAN SYARI'AT ISLAM PASCA INDONESIA MERDEKA. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

Preview	Text (PERAN LEMBAGA PENGULON KESULTANAN YOGYAKARTA DALAM MENERAPKAN SYARI'AT ISLAM PASCA INDONESIA MERDEKA) BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (37MB) | Preview
	Text (PERAN LEMBAGA PENGULON KESULTANAN YOGYAKARTA DALAM MENERAPKAN SYARI'AT ISLAM PASCA INDONESIA MERDEKA) BAB II, III, IV.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (35MB)

Abstract

Konsep awal berdirinya Kesultanan Yogyakarta adalah kekhalifahan dengan model pesantren besar. Ibukota Negari Gung diartikan sebagai konsep pesantren besar yang menjalankan ajaran Islam secara total. Lahirnya konsep tersebut kemudian mensyaratkan adanya jabatan keagamaan dalam lingkungan kerajaan. Di sisi lain, sultan juga memposisikan diri sebagai Sayidin Panatagama KhaLifatullah (Pengatur Bidang Agama). Sultan melimpahkan wewenang sebagai pengatur bidang agama kepada Penghulu dan mengangkatnya sebagai pemimpin lembaga keagamaan kraton. Penghulu mempunyai staf secara kelembagaan yang kemudian dikenal dengan Lembaga Pengulon. Dalam sejarah, Lembaga Pengu1on berkompetensi sebagai pelaksana hukum Islam dalam Pengadilan Surambi. Kompetensi tersebut pada akhimya semakin terkikis dan puncaknya ketika Kesultanan Yogyakarta melebur dengan Republik Indonesia pada tahun 1945. Hal inilah yang menjadikan studi mengenai Lembaga Pengulon Kesultanan Y ogyakarta layak mendapat perhatian, karena merupakan kajian penting bagi sejarah perjalanan hukwn Islam di Indonesia khususnya di Jawa. Sebagai dasar pijakan da1am pembahasan skripsi ini dipergunakan kerangka teori "peran" sebagai suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam struktur sosial masyarakat sebagai lembaga. Konsep peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Penelitian mengenai Lembaga Pengulon Kesultanan Yogyakarta menfokuskan pada perannya dalam menerapkan syari'at Islam secara lebih luas dalam kurun waktu setelah kemerdekaan Indonesia. Hal ini untuk melihat perubahan dan perbedaan fungsi lembaga tersebut sebelwn dan setelah Indonesia merdeka. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian Japangan, di samping kajian pustaka. Agar lebih terarah, penulis menggunakan pendekatan sosio historis dan fangsiona/ untuk melihat sejarah perkembangan Lembaga Pengulon hingga sekarang yang dikaitkan dengan peran sosial keagamaannya dalam masyarakat Kraton Yogyakarta, di mana masyarakat tersebut telah menjalankan ritual dan tradisi dalam kurun waktu yang sudah lama. Lembaga Pengulon mendapat tempat dinas di sebelah utara masjid Agung dalam wilayah kampung Kauman. Fungsi Lembaga Pengulon setelah Indonesia merdeka dalam kehidupan agama adalah memimpin upacara keagamaan, mengadakan pengajian dan dialog dengan masyarakat, serta mengkoordinir pengurus masjid kagungan ndalem. Dalam bidang perkawinan, fungsinya sebagai pihak yang diserahi untuk menikahkan putra-putri sultan dan mendo'akannya. Sedangkan dalam bidang kewarisan, fungsinya sebatas pihak konsultatif yang memberikan pertimbangan bukum waris Islam, jika ada permintaan dari keluarga ndalem. Kegiatan keagamaan kraton tidak semuanya dilakukan oleh Lembaga Pengulon, ia dibantu oleh Suranata dan Punokawan Haji yang banyak mengurusi keagamaan dalam cepuri kraton. Sedangkan urusan agama 1uar kraton, tetap menjadi tanggung jawab Lembaga Pengulon langsung, meliputi bidang kemasjidan dan pasareyan kagungan nda/em. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa keberadaan dan peran Lembaga Pengulon Kesultanan Y ogyakarta pasca Indonesia merdeka hanya sebagai pelestari tradisi-tradisi keislaman kraton saja.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item