PEMIKIRAN EMHA AINUN NADJIB TENTANG FUNGSI NEGARA

HAVID KARIM, NIM. 11370030 (2016) PEMIKIRAN EMHA AINUN NADJIB TENTANG FUNGSI NEGARA. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PEMIKIRAN EMHA AINUN NADJIB TENTANG FUNGSI NEGARA)
11370030_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (6MB) | Preview
[img] Text (PEMIKIRAN EMHA AINUN NADJIB TENTANG FUNGSI NEGARA)
11370030_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Indonesia adalah negara demokrasi yang telah berusia 70 tahun. Namun belum juga memiliki seorang pemimpin yang mampu menjadikan negara ini sebagai negara yang dikagumi dunia. Raja-raja jawa yang juga merupakan sejarah dari negara Indonesia (nusantara) sering menggunakan nama-nama istilah untuk mengayomi dan memimpin dunia, seperti Hamengkubuwono (memangku bumi), Pakubuwono (paku bumi). Hal ini menunjukan bahwa negara Indonesia dengan melihat kembali ke sejarahnya, telah mampu memimpin dan mengayomi bukan hanya rakyat Indonesia saja, melainkan menjadi mercusuar dunia. Hanya saja keadaan politik di Indonesia saat ini tidak dijadikan sebagai sarana untuk mewujudkan kebaikan bersama, namun lebih dari itu sebagai usaha untuk meraih “kekuasaan”. Masyarakat yang kurang terdidik secara politik, telah menyebabkan mereka cenderung pasif dan mudah dimobilisasi untuk kepentingan pribadi/jabatan dari para elite politik. Untuk meminimalisir hal itu, Cak Nun berupaya menciptakan kesadaran kolektif kepada masyarakat yang bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya krisis mental dan pembodohan kepada rakyat. Emha Ainun Nadjib yang biasa dipanggil Cak Nun memandang bahwa fungsi negara harus mewujudkan konsep yang dalam istilah jawa disebut Tata Tentrem Kerta Raharja, istilah tersebut juga tercantum dalam Al-Qur’an yang menganjurkan agar dalam urusan bernegara harus mengacu pada konsep Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghafur. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan adalah seorang pemimpin yang memiliki pemahaman menyeluruh dan rinci tentang kehidupan di wilayahnya, bukan seorang politisi yang pengetahuanya sangat sempit dan dirinya dipenuhi kepentingan-kepentingan pribadi dan golonganya. Demokrasi haruslah dijalankan secara murni, agar terjadi korelasi antara seluruh alam yang berkaitan dengan seluruh kehidupan di bumi. Penelitian ini menggunakan teori Siyasah Asy-syar’iyyah (maqasid asysyariah), untuk menganalisis pemikiran Cak Nun. Disamping itu, pemikiran Cak Nun dianalisis juga dengan pemikiran Ibnu Taimiyah yang tertuang dalam karyanya “Al- Siyasah al-Syar’iyah fi islah al-Ra’i wa al-Ra’iyah”. Penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan (library research), yang bersifat deskriptif analisis, dan menggunakan pendekatan sosio-historis untuk mengetahui akar pemikiran Emha berupa sejarah perjalanan hidupnya. Pengolahan data yang dipakai menggunakan metode analisis simiotik untuk memaknai kata yang terucap maupun ditulis Emha dan analisis deskriptif untuk menuliskan apa adanya dari data-data yang diperoleh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini, Cak Nun memberikan warna baru dalam memandang fungsi negara di Indonesia. Sebenarnya ketika mau berkaca kembali ke belakang atau sejarah Indonesia yang disebut nusantara, bisa mewujudkan konsep dalam istilah Jawa (Tata Tentrem Kerta Raharja) dan hampir selaras dengan konsep yang digambarkan islam (Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafur), sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Keyword: Pemikiran Cak Nun, Emha, Jawa, Siyasah, Rahmatan lil Alami

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. AHMAD PATIROY, M.Ag.
Uncontrolled Keywords: Pemikiran Cak Nun, Emha, Jawa, Siyasah, Rahmatan lil Alami
Subjects: Jinayah Siyasah
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Jinayah Siyasah (S1)
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 02 Jun 2016 08:32
Last Modified: 02 Jun 2016 08:32
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20507

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum