PERCERAIAN DENGAN ALASAN CACAT BIOLOGIS (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA BANYUWANGI TAHUN 2005)

SHALIHIN, NIM. 02351706 (2007) PERCERAIAN DENGAN ALASAN CACAT BIOLOGIS (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA BANYUWANGI TAHUN 2005). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (PERCERAIAN DENGAN ALASAN CACAT BIOLOGIS (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA BANYUW ANGI TAHUN2005)) BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (222MB) | Preview
	Text (PERCERAIAN DENGAN ALASAN CACAT BIOLOGIS (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA BANYUW ANGI TAHUN2005)) BAB II, III, IV.pdf Restricted to Registered users only Download (174MB)

Abstract

Sebuah skripsi berjudul "Perceraian dengan Alasan Cacat Biologis, Studi Kasus di Pengadilan Agama Banyuwangi tahun 2005" ini, merupakan upaya untuk mengkaji lebih mendalam sebuah kasus perceraian yang terjadi di wilayah kerja Pengadilan Agama Banyuwangi pada tahun 2005. Pada tahun tersebut terdapat 12 perkara perceraian dengan alasan cacat biologis yang masuk di Pengadilan Agama Banyuwangi. Cacat biologis merupakan salah satu alasan yang dikemukakan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Namun dalam Undang-undang tersebut tidak disebutkan kriteria atau batasan yang jelas mengenai penyakit atau cacat apa saja yang dapat diajukan sebagai alasan perceraian tersebut. Ketentuan yang menjadi pegangan para Hakim adalah kata "tidak dapat menjalankan kewajiban". Yaitu seperti yang terulis dalam Pasal 19 huruf (e) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 Th 1974, "salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri". Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap kasus perceraian dengan alasan cacat biologis yang terdapat di Pengadilan Agama Banyuwangi. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melihat dan meneliti arsip putusan serta wawancara langsung dengan hakim yang terkait. Dalam menganalisa data menggunakan metode kualitatif yaitu dengan metode deduktif dan induktif. Deduktif yaitu berangkat dari konsep perceraian dengan alasan cacat biologis di hadapkan pada data-data khusus yang ada di lapangan, kemudian disimpulkan akibat hukurnnya dari sudut pandang yuridis-formal dan normatif. Sedangkan induktif, mengambil data-data khusus yang terdapat di lapangan kemudian di generalisir sehingga menjadi kesimpulan hukum yang baru. Sebagian besar penyakit yang diajukan sebagai alasan perceraian adalah penyakit lemah syahwat atau impotensi. Hasil penelitian menunjukkan : 1 ). Dalam Undang-undang tidak diatur secara rinci penyakit yang dapat diajukan sebagai alasan perceraian. Oleh karena itu, dalam menerima kasus perceraian dengan alasan cacat biologis Pengadilan Agama Banyuwangi memberikan penekanan pada "tidak dapat menjalankan kewajiban". Selama cacat atau penyakit tersebut mengganggu dalam memenuhi kewajiban salah satu pihak kepada pihak yang lain, maka cacat tersebut dapat diterima sebagai alasan perceraian. Kewajiban yang dimaksud disini adalah kewajiban dalam segi materi maupun kewajiban immateri. Jadi didalamnya termasuk pemenuhan nafkah batin oleh suami kepada istri. 2). Dalam memutus perkara perceraian dengan alasan cacat biologis, Majelis Hakim pada Pengadilan Agama Banyuwangi tidak hanya melihat dari cacat atau penyakitnya saja, akan tetapi juga dengan melihat akibat yang telah ditimbulkan oleh cacat atau penyakit tersebut. Keputusan Majelis Hakim tersebut menggunakan pertimbangan: a).Yuridis formal, isi dalil gugatan yang diajukan telah sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu Pasal 19 huruf (e) dan (f) PP No. 9 Tahun 1975, dan Pasal 1 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974. b). Secara normatif, putusan yang diambil Majelis Hakim tidak menyalahi ketentuan al-Qur' an dan Hadis.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item