STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT KI HADJAR DEWANTARA DAN HAMKA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM

FATMA SAMAL, NIM. 09470081 (2016) STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT KI HADJAR DEWANTARA DAN HAMKA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT KI HADJAR DEWANTARA DAN HAMKA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM)
09470081_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT KI HADJAR DEWANTARA DAN HAMKA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM)
09470081_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai bapak pendidikan nasional beranggapan bahwa, pada masa kolonial Belanda sistem pendidikan yang digunakan oleh pemerintah Belanda terhadap rakyat jajahan, benar-benar sangat menyedihkan, pasalnya gaya pendidikan dan pengajaran yang digunakan oleh orang-orang Barat itu cenderung bersifat memberi perintah, memberi hukuman, dan menuntut anak didik untuk menjalankan semua aturan-aturan yang dibuat oleh pihak sekolah dan pemerintah secara tertib, sistem pendidikan seperti itu sama saja dengan sistem pemaksaan dan pemerkosaan, terhadap kehidupan anak-anak secara lahir dan batin. Hal itulah yang membuat anak-anak banyak yang rusak budi pekertinya, karena hidup dibawah tekanan dan paksaan. Melihat hal tersebut, dimana sistem pendidikan kolonial yang berdasarkan pada budaya barat, jelas-jelas tidak sesuai dengan kodrat alam anak-anak Indonesia. Sedangkan Hamka yang merupakan tokoh agama, dan bukan berasal dari tokoh pendidikan, namun pemikirannya telah banyak memebrikan kontribusi bagi pendidikan sekarang ini beranggapan bahwa timbulnya penyakit jiwa, hati atau batin itu berasal ketidakmampuan seseorang dalam memerangi hawa nafsu tanpa mempergunakan akal sehatnya. Adapun penelitian yang penulis lakukan ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitik. Agar hasil penelitian berjalan dengan baik, maka dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisisnya, penulis menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dapat disampaikan disini bahwa konsep pendidikan akhlak menurut Ki Hadjar Dewantara dan Hamka yaitu Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan budi pekerti yaitu menyokong perkembangan hidup anak-anak lahir dan batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban dalam sifatnya yang umum. Tujuan pendidikan budi pekerti yaitu agar karakter anak dapat terbentuk dengan baik. sementara metode pendidikan yang dikembangakn oleh Ki Hadjar Dewantara ialah dengan menggunakan sistem among, serta ngerti, ngrasa dan nglakoni. Sumber budi pekerti yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara berasal dari asas kemerdekaan, yang berlandaskan pada kebudayaan lokal (kultural nasional). Sementara pusat pendidikan yang dibangun Ki Hadjar Dewantara adalah dengan membangun Tamansiswa. Sedangkan Menurut Hamka pendidikan akhlak merupakan sesuatu yang tertanam dalam jiwa manusia, atau suatu kondisi jiwa seseorang yang dapat memunculkan suatu tingkah laku baik atau buruk sesuai dengan kondisi jiwa tersebut, ia menggunakan istilah akhlak dengan budi. Apabila sesuatu itu dapat menimbulkan akhlak yang mulia menurut akal dan syara, itulah yang di namai dengan budi pekerti yang mulia, tetapi apabila tumbuh akhlak yang tercela menurut akal dan syara, dinamai pula budi pekerti yang jahat, adapun metode pendidikan akhlak yang digunakan oleh Hamka yaitu melalui metode, alamiah, mujahadah (muraqabah), serta metode keteladanan, sementara materi pendidikan akhlak menurut Hamka, meliputi akhlak luar: lingkungan, akhlak dalam: akhlak kepada Allah (Khaliq) dan akhlak kepada sesama (Makhluk). Sumber pendidikan akhlak menurut Hamka selain berasal dari Al-Qur‟an dan Hadist, juga meliputi Iffah, Syaja‟ah, Hikmah, dan ad’l. Sementara pusat kajian pendidikan akhlak yang dikembangkan oleh Hamka ialah dengan membangun Madrasah aliyah. Karakteristik konsep pendidikan akhlak menurut Ki Hadjar Dewantara dan Hamka yaitu mereka sama-sama menekankan pendidikan akhlak pada budi pekerti atau jiwa. Sementara perbedaanya yaitu Ki Hadjar Dewantara merupakan Bapak pendidikan nasional, dimana sumber budi pekerti berdasarkan budaya lokal, adapun tujuan pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara adalah untuk mewujudkan individualitet (Sifat manusia), yang mana apabila individualitet itu terdidik menurut kodratnya, sehingga jiwa dan raga itu akan merdeka. Sementara materi pendidikan akhlak sesuai dengan tingkat perkembangan anak mulai dari TK sampai pada masa dewasa, kemudia metode pendidikan yang digunakannya adalah sistem among, serta, ngerti, ngrasa dan nglakoni. Sedangkan Hamka merupakan tokoh agama yang mengakat akhlak dalam lingkup agama yang bersumber selain dari Al-Qur‟an dan juga Sunnah juga meliputi, iffah, syaja’ah, hikmah dan ad’l. Sementara menurut Hamka tujuan akhir sebuah pendidikan akhlak adalah apabila manusia telah dapat mencapai derajat I’tidal. Sementara materi pendidikan akhlaknya yaitu meliputi, aklhlak luar dan akhlak dalam, berupa, lingkungan, akhlak kepada Allah dan Akhlak kepada sesama manusia . sementara metode pendidikan akhlak yang dikembangkan oleh Hamka ialah, metode alamiah, Mujahadah, Muraqabah, dan metode teladan, adapun pusat pendidikan yang dibangun oleh Hamka ialah berupa Madrasah. Implikasi konsep pendidikan akhlak menurut Ki Hadjar Dewantara dan Hamka bagi pendidikan di sekolah yaitu, menurut Ki Hadjar Dewantara: Terwudnya konsep kecerdasan emosional dan spritual yang harus dimiliki oleh para pelajar. Seorang guru akan menghargai dan mengoreksi setiap masukan yang disampaikan oleh setiap peserta didik dan seorang guru akan selalu menjaga kebebasan dan kreatifitas peserta didik. Guru akan selalu menjembatani keraifitas siswa dan menjadi sentral dari seluruh aktifitas pendidikan. Dalam pembelajaran seorang guru akan selalu menyampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan metode, ngerti, ngrasa, dan ngalakoni diharapkan seorang guru dapat memberikan pengertian mengenai penanaman nilai-nilai budi pekerti yang luhur agar peserta didik dapat mengembangkan nilai-nilai budi pekerti tersebut selain itu melalui sistem among diharapkan seorang guru dapat menanamkan nilai-nilai kasih sayang bagi peserta didik. Sedangakan Implikasi konsep pendidikan akhlak menurut Hamka bagi pendidikan di sekolah yaitu Terciptanya disiplin tubuh dan jiwa pada peserta didik yang selalu bersandar pada Al-Qur‟an dan Sunah. Terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan bagi terciptanya semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna (al-saadat), Terciptanya kondisi jiwa yang selalu mengajak kepada kebaikan dan selalu menghindari keburukan, Terwujudnya pemikiran peserta didik yang lebih rasional dalam menjalani kehidupan yang lebih adil dan bijaksana dengan mengambil jalan tengah dalam setiap menyelesaikan persoalan. Tertanamnya nilai akhlaqul kharimah pada diri

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Drs. Edy Yusuf Nur SS, M.Si, MM,
Uncontrolled Keywords: Pendidikan Akhlak, Ki Hadjar Dewantara, Hamka, Karakteristik Implikasi
Subjects: Pendidikan Islam (Pesantren)
Divisions: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan > Kependidikan Islam (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 12 May 2016 14:33
Last Modified: 12 May 2016 14:33
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20639

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum