KRITIK TERHADAP TEORI NAẒM ḤAMĪDUDDĪN ALFARĀHI

AHMAD SOLAHUDDIN, NIM. 12530023 (2016) KRITIK TERHADAP TEORI NAẒM ḤAMĪDUDDĪN ALFARĀHI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KRITIK TERHADAP TEORI NAẒM ḤAMĪDUDDĪN ALFARĀHI)
12530023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (10MB) | Preview
[img] Text (KRITIK TERHADAP TEORI NAẒM ḤAMĪDUDDĪN ALFARĀHI)
12530023_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Munāsabah adalah sebuah konsep penafsiran yang bertolak dari hubungan inter-koneksi antar ayat dan surat yang memiliki hubungan kohesif antara satu dengan yang lainnya. Di akhir abad ke-19, al-Farāhi mengembangkan konsep munāsabah ini dan mengintegralkan dalam sebuah konsep baru yang dia sebut dengan teori naẓm. Naẓm disebut sebagai bentuk integral dari konsep munāsabah karena munāsabah hanyalah terhenti pada hubungan inter-koneksi antar ayat yang sifatnya partikular, tidak pada tataran surat secara keseluruhan. Munāsabah hanya berhasil mengetahui hubungan antar ayat pertama dan kedua, sedang naẓm mencoba melihat ayat dari satu surat keseluruhan-nya sebagai sebuah organisme yang holistik dan utuh. Al-Farāhi menurunkan cara pandang tersebut ke dalam sebuah metodologi penafsiran dan produk tafsir. Tulisan ini bertujuan untuk memberi kritik terhadap teori naẓm al- Farāhi tersebut guna memberi devinisi, klasifikasi, analisis dan evaluasi terhadap teori naẓm. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku Fātiḥah al-Niẓām, Dalā'il al- Niẓām, Mufradāt al-Qu'rān, Asālib al-Qur'ān, al-Takmīl fi Uṣūl al-Ta'wīl dan kitab tafsir Niẓām al-Qur'ān wa Ta'wīl al-Furqān bi al-Furqan karya Hamīduddin al-Farāhi, sehingga, penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan (library research). Sedang metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah metode kritik guna mengetahui posisi, kelebihan dan kekurangan dari suatu tafsir. Hasil penelitian menunjukkan: teori naẓm memiliki tiga prinsip penafsiran, yaitu (1) struktur lebih penting dari aspek historis, (2) surat sebagai satu kesatuan yang holistik dan (3) al-Qur'ān merupakan sumber primer dalam penafsiran. Sebagai kesimpulan, sudut pandang ini hanya bertolak dari bentuk literal teks. Sudut pandang ini berimplikasi pada bentuk penafsiran yang literalis. Sebagai evaluasi, teks tidak bisa difahami hanya dari sisi harfiahnya saja; teks juga harus dilihat dari sisi alasan yang melatar belakangi dan tujuan teks diturunkan pada suatu realitas sosial tertentu. Oleh karenanya, ketika teks hendak diintegralkan dalam konsteks yang berbeda, teks harus difahami terlebih dahulu sesuai konteks tertentu tersebut guna mengetahui nilai-nilai universal teks. Nilai-nilai yang universal inilah yang seharusnya diintegralkan dalam realitas yang selalu berubah dan bergeser.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 26 Aug 2016 09:16
Last Modified: 26 Aug 2016 10:34
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21811

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum