PANDANGAN MEDIATOR TERHADAP STANDAR KEBERHASILAN MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MALANG

KHOIRIL LATIFAH, NIM. 1320310012 (2016) PANDANGAN MEDIATOR TERHADAP STANDAR KEBERHASILAN MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MALANG. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PANDANGAN MEDIATOR TERHADAP STANDAR KEBERHASILAN MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MALANG)
1320310012_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (2MB) | Preview
[img] Text (PANDANGAN MEDIATOR TERHADAP STANDAR KEBERHASILAN MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MALANG)
1320310012_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (960kB)

Abstract

Mediasi merupakan lembaga non litigasi yang disediakan oleh Mahkamah Agung untuk Pengadilan baik Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama dalam perkara perdata. Setiap perkara perdata wajib melaksanakan prosedur mediasi sebelum proses sidang dilanjutkan, jika tidak maka putusan dapat batal demi hukum. Tujuan dilaksanakan mediasi adalah untuk mencapai win-win solution di antara kedua belah pihak, selain itu tujuan dari mediasi adalah untuk mengurangi terjadinya penumpukan perkara di Pengadilan, khususnya perkara perceraian di Pengadilan Agama. Namun, pada kenyataannya pelaksanaan prosedur mediasi tidak memberi pengaruh signifikan terhadap hasil mediasi di PA. Tingkat keberhasilan mediasi dalam perkara perceraian di PA sangat rendah. Banyak pihak menyatakan bahwa penyebab rendahnya tingkat keberhasilan mediasi adalah standar yang digunakan oleh mediator khususnya perkara perceraian adalah perkara dicabut. PERMA sendiri tidak menjelaskan secara detail bagaimana mediasi disebut berhasil, dan standar seperti apa mediasi dikatakan berhasil dalam perkara perceraian di PA. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan cara observasi dan wawancara terstruktur kepada mediator di PA Malang. Adapun untuk menganalisis pandangan mediator terhadap standar keberhasilan mediasi di PA Malang, penulis menggunakan teori sikap. Sikap menurut Louis Thurstone adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek cenderung kepada perasaan mendukung (favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada objek tersebut. Sedangkan penulis menawarkan standar keberhasilan kepada mediator, yaitu win-win solution dan tasrī un bima’rūfin. Hasil yang didapat dengan menggunakan teori sikap bahwa pandangan atau pendapat mediator terbagi menjadi dua sikap. Sikap pertama mengatakan bahwa standar keberhasilan mediasi dalam perkara perceraian tidak hanya para pihak bersatu kembali dan perkara dicabut, akan tetapi mediasi dikatakan berhasil meskipun para pihak sepakat untuk bercerai dengan syarat keduanya bersedia mempertanggung jawabkan perbuatan mereka, seperti pembagian harta gono gini dan pengasuhan anak. Dan standar yang sesuai dipakai adalah win-win solution dan tasrī un bima’rūfin. Sikap kedua menjelaskan bahwa standar keberhasilan mediasi dalam perkara perceraian sama dengan perkara perdata lainnya, yaitu kedua belah pihak sepakat untuk mencabut gugatan mereka. Sedangkan upaya yang dilakukan mediator dalam memediasi para pihak adalah dengan melakukan mediasi lebih dari satu kali apabila ada potensi para pihak untuk rujuk kembali. Selain itu mediator juga menggunakan kaukus guna mendalami permasalahan para pihak.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. Samsul Hadi, M.Ag.
Subjects: Hukum Islam
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Hukum Islam
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 03 Oct 2016 10:08
Last Modified: 03 Oct 2016 10:08
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22148

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum