NALAR ISLAM KOSMOPOLITAN (STUDI PEMIKIRAN FETHULLAH GÜLEN 1990-2004)

MUHAMMAD SAID, NIM. 1320511076 (2016) NALAR ISLAM KOSMOPOLITAN (STUDI PEMIKIRAN FETHULLAH GÜLEN 1990-2004). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (NALAR ISLAM KOSMOPOLITAN (STUDI PEMIKIRAN FETHULLAH GÜLEN 1990-2004))
1320511076_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (2MB) | Preview
[img] Text (NALAR ISLAM KOSMOPOLITAN (STUDI PEMIKIRAN FETHULLAH GÜLEN 1990-2004))
1320511076_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Modernitas dan globalisasi telah melahirkan perubahan sosial yang begitu cepat pada berbagai lini kehidupan manusia. Tak terkecuali dalam kehidupan beragama. Secara umum, modernitas dan globalisasi menghadirkan banyak problem bagi dunia Islam. Isu demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme, multikulturalisme, kebebasan beragama, konflik antar ummat beragama, kemajuan teknologi dan informasi telah menempatkan ummat Islam pada situasi dan pilihan-pilihan yang dilematis. Akibatnya, ummat Islam mengalami gejala psikologis yang fragmentaris, memandang dunia sebagai sesuatu yang tak utuh, tak memiliki kontinuitas yang jelas, dan penuh dengan hal-hal yang serba paradoks. Pada titik ini, Islam sebagai way of life dipertanyakan perannya. Apakah Islam mampu survive mengalami gejala yang ada tanpa kehilangan identitas. Mungkinkah Islam di-reinterpretasi agar terbuka pada setiap perubahan. Perlukah merekonstruksi nalar/sistem pengetahuan Islam untuk menujukkan bahwa Islam mampu berkontribusi di tengah arus modernitas. Kegelisahankegelisahan itulah yang ingin dijelaskan penelitian ini melalui Nalar Islam Kosmopolitan Fethullah Gülen. Kajian ini fokus pada dua aspek pemikiran Gülen, yakni pemikiran etika dan epistemologinya. Penelitian ini merupakan kajian pustaka (Library research), tentunya buku-buku, artikel, jurnal, dan karya ilmiah lainnya menjadi sumber data dari penelitian ini, baik yang bersifat primer maupun sekunder. Penelitian ini mengunakan pendekatan filsafat, yakni meminjam teori moral kosmopolitan Immanuel kant, tindakan komunikatif Jurgen Habermas dan arkeologi pengetahuan Michel focault. Teori moral kosmopolitan Imanuel Kant digunakan untuk mendefiniskan ‘Islam-kosmopolitan’ sebagai sebuah paradigma etik, yang mengedepankan akhlak Islam, bukan formalisme Islam. Kemudian Teori tindakan komunikatif Jurgen Habermas digunakan untuk menganalisis bagaimana Gülen menggunakan rasionalitasnya dalam mengkonstruksi konsep-konsep etika melalui ‘linguistifikasi’ ajaran normatif agama ke dalam tindakan sosial kolektif. Terakhir, teori arkeologi pengetahuan Michel Focault digunakan untuk melihat diskursus dan relasi kuasa dalam konteks Turki post-Usmani hingga fase modernisasi di mana Gülen ikut terlibat di dalamnya. Dengan begitu, analisis diskursus dan relasi kuasa akan berfungsi untuk melacak jejak genealogis terbentuknya pemikiran dan struktur episteme Fethullah Gülen. Berdasarkan hasil kajian terhadap nalar Islam kosmopolitan Fethullah Gülen, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, Islam kosmopolitan adalah corak Islam yang mengedepankan nilai etik-universal Islam, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan mencita-citakan perdamaian demi terciptanya tatanan dunia yang etik dan harmonis. Namun, upaya kosmopolitanisasi Islam oleh Gülen hanya berhenti pada kritik terhadap kelompok radikal yang dianggap mempolitisasi agama. Gülen mengabaikan struktur geo-politik, ekonomi-politik dan dominasi Barat atas timur yang turut memunculkan radikalisme di berbagai tempat, seperti yang ditulis Mahmood Mamdani dalam “Bad Muslim Good Muslim” bahwa peran CIA sangat besar dalam kemunculan kelompok-kelompok radikal Muslim pasca perang dingin di Asis tengggra dan Africa. Kedua, dalam mengkonstruksi konsep etikanya, Fethullah Gülen menggunakan rasionalitas ‘kognitif-instrumental’ untuk mengatasi situasi konflik di Turki dengan menciptakan diskursif keIslaman baru, yakni etika. Etika itu kemudian mewujud dalam gerakan hizmetnya dengan mengakomodir tindakan-tindakan individual yang bersifat teleologis ke dalam struktur tindakan sosial kolektif. Ketiga, konsep epistemologi Islam yang dibangun Gülen bersifat hibrid, yakni melakukan sinergi antara nalar pencerahan dan metafisika Islam. Meskipun Gülen mengkritik filsafat postivisme dan sekularisme, namun ia tidak mengkritik sains secara total. Ia bahkan mengambil bagian-bagian yang dianggap penting dari sains untuk merekonstruksi epistemologi Islam. Pada titik ini, Gülen sebagai subyek memproduksi pengetahuan sekaligus kekuasaan. Pemikirannya terbentuk dari struktur elit, yakni dukungan para volunters kelas menengah yang mendanai agenda Gülen movement dan mendirikan instasi- instasinya di berbagai negara.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. Ustadi Hamzah, M.Ag
Uncontrolled Keywords: Genealogi, Kosmopolitan, Islam, Etika, Epistemologi.
Subjects: Agama Dan Filsafat
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Agama dan Filsafat
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 21 Dec 2016 13:05
Last Modified: 21 Dec 2016 13:05
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23087

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum