PANDANGAN AISYIYAH TENTANG POLIGAMI

MUHAMMAD SALMAN AL-FARISI, NIM. 10350063 (2016) PANDANGAN AISYIYAH TENTANG POLIGAMI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PANDANGAN „AISYIYAH TENTANG POLIGAMI)
10350063_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (4MB) | Preview
[img] Text (PANDANGAN „AISYIYAH TENTANG POLIGAMI)
10350063_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR rev.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Secara umum penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadis mengenai poligami dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama. Kelompok pertama berpendapat bahwa berpoligami adalah perbuatan yang mengikuti sunnah Rasulullah saw, yang menandakan bahwa ketika kita melakukannya mendapatkan pahala. Menurut kelompok ini, poligami dianjurkan bagi laki-laki yang mampu melaksanakannya. Lebih dari itu, poligami "dijadikan alat ukur keimanan seseorang". Menurut kelompok kedua, poligami tidak dianjurkan dalam agama melainkan diperbolehkan dalam keadaan tertentu. Sebagai contoh, seorang suami dapat mengamalkan poligami untuk mencegah perzinahan, untuk menolong janda-janda miskin, atau jika istrinya sakit, atau mandul sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri. Kelompok ketiga percaya bahwa poligami itu tidak dapat dilakukan untuk masa kini. Dari paparan diatas penulis menjadikan „Aisyiyah sebagai objek penelitian karena penulis ingin mencari tahu pendapat salah satu ormas perempuan besar di Indonesia tentang poligami pada zaman sekarang. Hal yang paling menarik pada penelitian ini adalah „Aisyiyah telah mencanangan salah satu pergerakannya dengan menggunakan konsep Perempuan Berkemajuan. Sehingga penulis membatasi pokok masalah pada penelitian ini terhadap pandangan dan sikap „Aisyiyah tentang poligami?. Untuk mengetahui bagaimana hukum tetang poligami ada beberapa teori yang melatar belakangi pemikiran, dan penulis memilih teori Perpaduan teori peran dan konteks, bahwa pernyataan Al-Qur‟an tentang kebolehan laki-laki berpoligami adalah fenomena sosial yang sesuai dengan konteks, bahwa laki-lakilah yang berperan sebagai wali. Pernyataan ini termasuk fenomena sosial, alasan kebolehan berpoligami bisa karena disebabkan hal lain seperti istri mandul, sakit keras, dan lain-lain, tidak harus ada fenomena perlakuan tidak adil seorang wali pada anak yatim. Penulis memberikan pendekatan ekonomi, sosial, budaya dan kemandirian, untuk melihat sejauh mana poligami diperbolehkan dan mengkaitkannya dengan keadaan zaman sekarang. Melihat berbagai paparan di atas, penulis menemukan beberapa kesimpulan bahwa konsep perempuan berkemajuan sangat sulit menerima poligami di karenakan saat ini perempuan sudah dianggap mandiri dan mampu menjadi patner yang baik bagi suami, tidak terlepas dari pandangan „Aisyiyah tentang kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: DRS. OMAN FATHUROHMAN SW., M.AG.
Subjects: Hukum Keluarga
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 22 Dec 2016 09:22
Last Modified: 04 Sep 2023 14:40
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23159

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum