KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MENUJU KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA

SAKBAN KHUSEN, NIM. 12370078 (2016) KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MENUJU KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MENUJU KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA)
12370078_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (6MB) | Preview
[img] Text (KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MENUJU KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA)
12370078_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Konsep human rights city adalah sebuah konsep kota hak asasi manusia (HAM) yang diluncurkan pada tahun 1997 oleh People’s Movement for Human Rights Education/Learning. Konsep tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut terutama oleh World Human Rights Cities Forum (WHRCF). Semenjak gerakan global ini mendapatkan pengakuan dan dukungan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2013 melalui Resolusi Dewan HAM PBB No. 24 tahun 2013 mengenai peran pemerintah daerah dalam penghormatan dan perlindungan HAM, maka konsep ini mulai dikenalkan di Indonesia yang kemudian diterjemahkan sebagai kabupaten/kota ramah HAM. Kabupaten Wonosobo adalah salah satu kabupaten yang sedang menerapkan konsep human rights city ini. Lalu, apa yang melatarbelakangi Kabupaten Wonosobo menerapkan konsep tersebut dalam sebuah kebijakan publik, dan bagaimana kebijakan tersebut bila dipandang dari kacamata siyāsah dustūriyyah ? Penelitian ini menggunakan teori siyāsah dustūriyyah, yang mengkaji hubungan antara pimpinan di satu pihak dan rakyatnya di pihak lain serta kelembagaan yang ada di dalam masyarakat. Oleh karena ruang lingkup pembahasannya yang sangat luas, fikih siyāsah dustūriyyah biasanya dibatasi hanya membahas pengaturan dan perundang-undangan yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia serta memenuhi kebutuhannya. Sebelum hasil penelitian dianalisis menggunakan teori siyāsah dustūriyyah, hasil penelitian dibahas dahulu menggunakan konsep kebijakan publik untuk menjelasakan proses kebijakan kabupaten/kota ramah HAM di Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research) serta menggunakan metode deksriptif-kualitatif dengan pendekatan normatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa munculnya kebijakan Kabupaten Wonosobo Ramah HAM dilatarbelakangi oleh program dari pemerintah pusat seperti RANHAM jilid 3, Permenkumham no. 25 tahun 2013, inspirasi dari Kota Gwangju sebagai human rights city, adanya fitur-fitur kompatibel sebagai modal awal menjadi kabupaten ramah HAM, dan juga dukungan dari WHRCF. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjadikan HAM sebagai prinsip dasar dan kerangka kerja dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat di Kabupaten Wonosobo. Kebijakan Kabupaten Wonosobo Ramah HAM ini sangat sejalan dan relevan dengan prinsip-prinsip siyāsah dustūriyyah, khususnya mengenai hak dan kewajiban antara imām dan rakyat. Kewajiban ulil amri melakukan kebijakan sebagai pengaturan bagi rakyatnya/warganya demi terwujudnya kemaslahatan bersama sangat tercermin dalam keseluruhan proses kebijakan Kabupaten Wonosobo Ramah HAM. Namun, karena kurang meratanya sosialisasi dari pihak Pemda terhadap warga Kabupaten Wonosobo, menyebabkan ketidaktahuan sebagian warga terhadap kebijakan ini, khususnya mereka yang tinggal di daerah pinggiran kota dan pedesaan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: DR. OCKTOBERRINSYAH, M.AG.
Uncontrolled Keywords: Human Rights City, Kebijakan Publik, dan Siyāsah Dustūriyyah.
Subjects: Hukum Islam
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Jinayah Siyasah (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 22 Dec 2016 11:09
Last Modified: 22 Dec 2016 11:09
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23194

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum