KONSEP MAUT DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK

ATIKA HENY ARTANTY, NIM. 12530035 (2016) KONSEP MAUT DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KONSEP MAUT DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK)
12530035_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (KONSEP MAUT DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK)
12530035_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Penelitian ini berjudul KONSEP MAUT DALAM AL-QUR’AN (Kajian Semantik). Al-Qur’an dapat di pahami melalui banyak pendekatan, salah satunya dengan semantik. Dalam semantik dikenal istilah kunci. Istilah kunci al-Qur’an merupakan kata-kata yang memainkan peranan sangat penting untuk menentukan penyusunan struktur konseptual dasar pandangan dunia al-Qur’an. Diantara istilah-istilah kunci al-Qur’an ialah kata maut. Kata maut sering diartikan dengan hilangnya ruh dari jasad. Dalam al-Qur’an kata maut disebutkan sebanyak 161 kali dalam 53 surat dengan berbagai bentuk derivasinya. Kata ini sudah dikenal sejak zaman jahiliyyah, akan tetapi setiap kata dalam al-Qur’an bisa berubah dan berkembang maknanya dari waktu ke waktu. Oleh karena itu penulis tertarik mengkaji makna kata maut dalam al-Qur’an. Dalam skripsi ini, penulis mengungkapkan makna dan konsep kata maut yang tekandung dalam al-Qur’an dengan menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu. Semantik al-Qur’an menurut Toshihiko Izutsu berusaha menyingkap pandangan dunia al-Qur’an melalui analisis terhadap istilah kunci al-Qur’an. Proses yang dilakukan dalam penelitian ini adalah meneliti makna dasar dan relasional kata maut dengan menggunakan analisis sintagmatik dan paradigmatik, kemudian meneliti penggunaan kosakata maut dalam periode pra Qur’anik, Qur’anik, dan pasca Qur’anik. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kematian menurut pengetahuan adalah kematian batang otak, meskipun manusia masih bisa bernapas dengan bantuan respirator jika otak tidak ada lagi berjalan maka dianggap mati. Maut memiliki makna dasar diam. Maut memiliki makna relasional sifat Allah yang Mahamematikan dan menghidupkan ketika bersandingan dengan kata Allah, kesulitan dan perih ketika ruh meninggalkan jasad ketika disandingkan dengan kata sakara. Maut juga berarti malaikat pencabut nyawa ketika disandingkan dengan kata malak. Maut juga bermakna siksa ketika disandingkan dengan kata kafara. Maut memiliki sinonim wafa, ajal, dan halak. Maut juga memiliki antonim yaitu, hayat, baqa, dan khalaq. Dalam pra Qur’anik maut dipahami dengan keadaan sedih yang sangat mendalam dan ketenangan, kemudian dalam periode Qur’anik maut diartikan dengan sesuatu yang mati seperti nuthfah (sperma), atau sesuatu yang mati dan tak ada potensi untuk hidup seperti berhala, atau suatu yang tidak berfungsi sebagimana mestinya. Sedangkan pada periode pasca Qur’anik, maut diartikan tidak jauh berbeda dengan periode Qur’anik akan tetapi pada periode ini kata maut bukan hanya mati atau tidak berfungsi sesuatu dengan semestinya. Mati dalam periode ini berarti semua kembali kepada Allah, khususnya manusia, ketika manusia mati berarti telah selesai segala permasalahannya tetapi manusia akan menuju kehidupan yang baru.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Uncontrolled Keywords: Maut, Al-Quran
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 06 Jan 2017 09:09
Last Modified: 06 Jan 2017 09:09
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23382

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum