SEJARAH PERGERAKAN PEREMPUAN NAHDLATUL ULAMA TAHUN 1946 – 1984 M

JUMADI, NIM. 11120036 (2016) SEJARAH PERGERAKAN PEREMPUAN NAHDLATUL ULAMA TAHUN 1946 – 1984 M. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (SEJARAH PERGERAKAN PEREMPUAN NAHDLATUL ULAMA TAHUN 1946 – 1984 M)
11120036_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (6MB) | Preview
[img] Text (SEJARAH PERGERAKAN PEREMPUAN NAHDLATUL ULAMA TAHUN 1946 – 1984 M)
11120036_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Gerakan perempuan di Indonesia pada mulanya dipelopori oleh individuindividu tangguh pada abad XIX hingga awal abad XX. Kemudian dalam perkembangannya, perempuan-perempuan di Indonesia membentuk sebuah organisasi yang bersifat sosial maupun keagamaan, seperti Putri Mardika (1912) di Jakarta, Pawiyatan Wanito (1915) di Magelang, Aisyiyah (1917) di Yogyakarta, dan masih banyak yang lainnya. Jika dibandingkan dengan gerakan perempuan tersebut, gerakan perempuan dalam tubuh Nahdlatul Ulama (NU) memang terkesan terlambat. Hal ini tidak terlepas dari masa awal kelahiran NU tahun 1926, sebagai organisasi sosial keagamaan yang bersifat tradisional dan masih beranggotakan kaum laki-laki. Namun dalam perkembangannya, NU memiliki anggota perempuan. Keanggotaan perempuan ini pada mulanya ditentang sebagian kaum laki-laki. Meskipun masih dalam bayang-bayang budaya patriarki, perempuan NU terus mendesak untuk membentuk organisasi perempuan dalam tubuh NU. Kesadaran berorganisasi di kalangan perempuan NU tersebut pada akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 1946, 20 tahun pasca pendirian NU, gerakan perempuan dalam tubuh NU memiliki payung yang bernama Nahdlatoel Oelama Moeslimat (NOM) kemudian bernama Muslimat NU. Lahirnya Muslimat NU, juga membawa angin perubahan bagi kader-kader perempuan muda NU untuk membentuk kepengurusan tersendiri, yang diberi nama Putri NOM. Pada tahun 1950 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyetujui pembentukan kepengurusan Putri NOM yang diberi nama Dewan Pimpinan Fatayat NU. Kelahiran Fatayat NU juga berdampak positif bagi lahirnya kader-kader pelajar putri dalam tubuh NU. Pada tahun 1955, para pelajar putri NU ini mendeklarasikan diri sebagai Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Putri di Surakarta. Kemudian disahkan oleh PB Ma’arif NU, dengan nama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis, untuk memahami memahami persoalan secara lebih objektif dan proporsional. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gerakan sosial yang dipopulerkan oleh Anthony Giddens. Menurutnya, gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama; atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (colective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang mapan. Sementara itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi empat tahap: heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (pengujian sumber), interpretasi (analisis), dan historiografi (penulisan). Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa kelahiran gerakan perempuan NU di latar belakangi oleh kondisi sosial masyarakat pada masa penjajahan. Perempuan NU berupaya untuk menyejahterakan kaum perempuan dengan membentuk gerakan-gerakan yang berbasis sosial keagamaan. Dalam perkembangannya perempuan NU juga berperan aktif dalam kemajuan organisasi NU dalam berbagai bidang, baik sosial, pendidikan agama, maupun politik.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag.,
Uncontrolled Keywords: Nahdlatul Ulama, Muslimat, Fatayat, IPPNU
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 02 Feb 2017 15:47
Last Modified: 02 Feb 2017 15:47
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23855

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum