EPISTEM SOSIAL KRITIS MUHAMMAD SALMAN GHANIM (Studi Kitab Allah Wa Al-Jama’ah Min Haqa’iq Al-Qur’an)

MUHAMMAD YUSUF HASIBUAN, NIM. 13530119 (2017) EPISTEM SOSIAL KRITIS MUHAMMAD SALMAN GHANIM (Studi Kitab Allah Wa Al-Jama’ah Min Haqa’iq Al-Qur’an). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (EPISTEM SOSIAL KRITIS MUHAMMAD SALMAN GHANIM (Studi Kitab Allah Wa Al-Jama’ah Min Haqa’iq Al-Qur’an))
13530119_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (EPISTEM SOSIAL KRITIS MUHAMMAD SALMAN GHANIM (Studi Kitab Allah Wa Al-Jama’ah Min Haqa’iq Al-Qur’an))
13530119_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (4MB)

Abstract

Setidaknya penelitian ini berpijak pada fakta bahwa Muhammad Salman Ghanim dalam kitab Allah wa al-Jama’ah Min Haqa’iq al-Qur’an memiliki pemikiran yang menggelitik dan unik. Hal tersebut terlihat dari pendapatnya yang mengatakan bahwa hak-hak Allah yang paten di dunia telah berpindah kepada jamaah dalam bahasa lainnya adalah suara rakyat adalah suara tuhan. Dari kutipan tersebut, jika diruntut bisa dilihat bahwa pada mulanya Salman Ghanim memiliki kegelisahan berkenaan dengan konteks keagamaan yang menyelimuti di masanya, yang mana pada waktu itu para agamawan yang menjabat dalam sistem pemerintah sering menawarkan konsep agama untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi, misalnya dalam konsep al hakimiyah li Allah. Menurut pemahaman kaum konvensional ulama, pemahaman tentang ayat-ayat al h}ukm dijadikan sebagai kedok legitimasi bahwa pemimpin adalah seorang yang suci, tidak pernah salah atau dapat bersikap memerintah rakyatnya tanpa kendali pengawasan dan antikritik. Dan bagi Salman Ghanim penerapan konsep yang seperti itu tidak dapat berkontribusi secara konkret dalam penyelesaian berbagai masalah yang ada, cenderung hanya menjadi omong kosong belaka. Atas keresahan tersebut yang kemudian Salman Ghanim tergerak untuk melacak sumber dasar yang dijadikan atas legitimasi tersebut, apakah emang benar demikian atau malah mereka sebaliknya. fakta selanjutnya bahwa ia memiliki gaya tersendiri dalam menafsirkan ayat hal tersebut yang kemudian membedakannya dengan tokoh penafsir yang pernah berkembang sebelumnya khususnya di era kontemporer sepertihalnya Fazlur Rahman, Hasan Hanafi, Muhammad Syahrur, Nasr Hamid Abu Zaid, Abid al-Jabiri dan Abdullah Said. Dalam hal ini, salah satunya bisa dilihat dari produk tafsirnya tentang konsep poligami, di mana mayoritas ulama pada umumnya membolehkan poligami dengan landasan QS. an-Nisa‟ [4]: 3. Muhammad Salman Ghanim tidak setuju dengan hal tersebut bahkan menurutnya pendapat ulama tersebut tidak berdasar, menurutnya ayat tersebut memuat pesan bahwa dorongan untuk menikahi janda beranak yatim dan peringatan keras bagi orang-orang yang lemah hatinya yang rentan memakan harta anak yatim jika menikahi ibu anak yatim tersebut atau mencampur adukkan harta mereka dengan hartanya hal tersebut diindikasikan oleh ayat sebelumnya yakni QS. an-Nisa‟ [4]: 2 tutur salman ghanim. Sampai pada titik ini tentu ia memiliki epistem (rancang bangun) tersendiri dalam memahami teks. Dari ini yang kemudian peneliti tertarik untuk memahami epistem Muhammad Salman Ghanim secara utuh. Dengan menggunakan kerangka teori epistemologi atau teori pengetahuan peneliti akan membedah terkait rancang bangun Muhammad Salman Ghanim secara utuh lebih khusus terkait Sumber, paradigma dan tawaran konsep Muhammad Salman Ghanim dalam kitabnya yakni Allah wa al-Jama’ah Min Haqa’iq al-Qur’an. dari dua pertanyaan pertama setidaknya nanti akan menjawa pertanyaan terkait bagaimana epistem sosial kritis Muhammad Salman Ghanim xii dalam kitabnya. Dan pertanyaan yang terakhir akan menjawab bagaimana tawaran tawaran konsepnya dalam kitabnya sekaligus hal tersebut yang menjadi salah satu yang membedakannya dengan pemikir lainnya. Dari penelusuran tersebut jelas sudah bahwa ia memiliki rancang bangu tersendiri dalam menafsirkan teks al-Qur‟an hal tersebut adalah paradigma sosial kritis yang melekat dalam tubuhnya. Adapun maksud dari paradigma sosial kritis itu sendiri adalah yang memandang bahwa kemaslahatan merupakan tingkatan tertinggi dibanding kepentingkan pribadi. Dalam artian dalam praktenya harus mendahulukan kepentingan umum dibanding kepentingan individual. Konsep sosial kritis yang dimaksud dalam hal ini diorientasikan kepada kemaslahatan bersama, atau dalam bahasa Salman Ghanim kemaslahatan diorientasikan pada jamaah. Dengan sistem penafsiran al-Qur‟an yang integral (mutakamilah) Salman Ghanim berkesimpulan, bahwa “barang siapa yang mengambil hukum tanpa kepentingan umat dan pendapat jama’ah (mayoritas), maka ia termasuk orang kafir yang mengingkari hak dan kebenaran”

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Muhammad Mansur
Uncontrolled Keywords: MUHAMMAD SALMAN GHANIM, Kitab Allah Wa Al-Jama’ah Min Haqa’iq Al-Qur’an
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 12 Apr 2017 08:41
Last Modified: 12 Apr 2017 08:41
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25038

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum