BERBAKTI KEPADA ORANGTUA DALAM UNGKAPAN AL-QUR’AN (Pendekatan Teori Anti Sinonimitas)

MAULIDA ADAWIYAH, NIM. 13531177 (2017) BERBAKTI KEPADA ORANGTUA DALAM UNGKAPAN AL-QUR’AN (Pendekatan Teori Anti Sinonimitas). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (BERBAKTI KEPADA ORANGTUA DALAM UNGKAPAN AL-QUR’AN (Pendekatan Teori Anti Sinonimitas))
13531177_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (7MB) | Preview
[img] Text (BERBAKTI KEPADA ORANGTUA DALAM UNGKAPAN AL-QUR’AN (Pendekatan Teori Anti Sinonimitas))
13531177_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Mayoritas masyarakat menganggap bahwa berbakti kepada orangtua dapat diwakilkan dengan kata birr al-wālidain. Padahal di dalam al-Qur’ān berbakti kepada orangtua tidak hanya ditunjukkan dengan kata birr, melainkan juga dengan kata ihsān dan ma’rūf. Kata birr, ihsān, dan ma’rūf di dalam kamus bahasa Arab bermakna perbuatan yang bersifat baik. Jadi, jika dilihat secara umum maka ketiga kata tersebut memiliki makna yang sinonim. Akan tetapi, jika diteliti lebih dalam maka dapat dilihat bahwa ketiga kosa kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Pendapat ini dikuatkan oleh sebagian ulama ‘Arab, menurut mereka tidak ada kata yang benar-benar murādif, masing-masing kosa kata memiliki aksentuasi makna yang berbeda. Karena, Allah begitu teliti dalam mengungkapkan redaksi kosa kata untuk menyingkap pesan yang terkandung di dalam setiap ayat. Oleh karena itu, penulis menggunakan teori lā tarāduf (anti sinonimitas) untuk memecahkan perbedaan ketiga kosa kata tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan linguistik. Data-data yang ada dideskripsikan dengan mengikuti model penafsiran tematik yang dikenalkan oleh Bint al-Syāṭi’. Dalam analisis linguistik, penulis menggunakan teori lā tarāduf (anti sinonimitas). Untuk itu, penulis menggali secara mendalam kosa kata birr, iḥsān, dan ma’rūf yang dikaitkan dengan lafadz wālidain, wālidaihi, wālidati untuk mengetahui perbedaan dari ketiga kosa kata tersebut. Dengan menggunakan metode dan pendekatan tersebut, penulis menemukan bahwa kosa kata birr, iḥsān, dan ma’rūf memiliki makna yang berbeda. Adapun makna dari lafadz birr adalah kebaikan yang menggambarkan tawassu’ (luas) yang mencakup unsur ketaqwaan, keimanan, dan sosial atau perbuatan yang sangat istimewa baiknya. Sedangkan lafadz iḥsān adalah perbuatan baik yang sesuai dengan akal, keinginan dan panca indra. Iḥsān adalah perbuatan yang sangat baik, karena perbuatan tersebut ditunjukkan oleh semua mahluk sosial. Sedangkan kata ma’rūf adalah perbuatan baik menurut syara’ (wahyu) dan kebaikan yang dinilai patut dalam masyarakat (lokal kultural). Dari pemaparan ketiga kosa kata tersebut dapat terlihat bahwa lafadz birr memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih bermakna luas dari pada lafadz iḥsān, sedangkan lafadz iḥsān lebih tinggi dari pada lafadz ma’rūf. Terdapat dua implikasi dalam teori lā tarāduf terhadap penafsiran al- Qur’ān. Pertama, menggambarkan ketelitian diksi al-Qur’ān dalam memilih kosa kata untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalam setiap ayat. Kedua, diperlukan kecermatan dan kedalaman dalam menjelaskan term-term yang ada dalam al-Qur’ān, sehingga pesan yang terkandung di dalam al-Qur’ān dapat terungkap dan tidak menyebabkan distorsi dalam penafsiran al-Qur’ān.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. H. Abdul Mustaqim, S.Ag., M.Ag.
Uncontrolled Keywords: BERBAKTI, ORANG TUA, AL-QUR’AN
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 07 Apr 2017 15:26
Last Modified: 07 Apr 2017 15:26
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25061

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum