STRUKTURALISME LINGUISTIK DALAM KAJIAN TAFSIR AL-QUR'AN KONTEMPORER(Telaah atas Metodologi Penafsiran Muhammad Syahrur)

AHMAD ZAKI MUBAROK, NIM.99532990 (2005) STRUKTURALISME LINGUISTIK DALAM KAJIAN TAFSIR AL-QUR'AN KONTEMPORER(Telaah atas Metodologi Penafsiran Muhammad Syahrur). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (32MB) | Preview
[img] Text
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (100MB)

Abstract

Cours de Linguistique Generale (Pengantar Linguistik Umum) karya Ferdinad de Saussure yang diterbitkan secara anumerta setelah kematiannya oleh murid-muridnya pada tahun 1916, ditengarai merupakan awal kelahiran Strukturalisme. Sebab, dalam buku tersebut berisi pokok-pokok teori struktural, dan juga merupakan prinsip-prinsip linguistik modern. Kehadiran karya monumental Ferdinand de Saussure ini benar-benar dirasakan sebagai suatu revolusi. Oleh karena itu tidak heran jika Ferdinand de Saussure digelari "Bapak Strukturalisme" dan sekaligus "Bapak Linguistik Modern". Meskipun demikian, tanpa disadari oleh Saussure sendiri, buah pikirannya tersebut telah menyebabkan timbulnya revolusi dalam kajian bahasa. Revolusi kebahasaan itu, selain disebabkan oleh wawasannya tentang pengkajian bahasa secara Sinkronis, antara lain juga dilandasi wawasannya tentang keberadaan bahasa sebagai suatu relasi struktural, dan juga sebagai suatu sistem tanda yang mengatur relasi antar unsur bahasa. Namun dalam perkembangannya, pokok pokok linguistik Saussurian dalam PLU (Pengantar Linguistik Umum) tersebut tidak lagi hanya digunakan pada wilayah kajian linguistik, tetapi mulai merambah ke berbagai ranah kajian seperti Antropologi, Kritik Sastra, Psikologi, Sosiologi, Filsafat, Semiotika, dan juga tidak terkecuali dalam Studi al-Qur'an yang ternyata memiliki peran yang cukup signifikan terhadap perkembangan pendekatan studi al-Qur'an. Hal ini bisa dipahami, karena pendekatan bahasa merupakan pendekatan yang lazim dilakukan oleh para ahli maupun ulama tafsir dalam melakukan studi interpretasi terhadap teks al-Qur'an. Sejarah panjang peradaban umat Islam telah menunjukkan bahwa dimulai oleh Nabi sendiri, kemudian parawi tafsir dikalangan sahabat-yang direpresentasikan oleh sosok Ibn Abbas, sampai munculnya karya tafsir kenamaan yang ditulis di era modern, dan bahkan para islamisis barat sekalipun tidak ketinggalan untuk menggunakan pendekatan tersebut. Salah seorang sarjana Muslim kontemporer yang nampak menggunakan pendekatan linguistik modern adalah Muhammad Syahrur, yang menggagas Qira'ah Mu'asirah sebagai Hermeneutika al-Qur'an Kontemporernya atau metodologi penafsirannya, dan juga seorang Doktor Insinyur dalam bidang Teknik yang sejak dekade 70-an mulai tertarik pada Filsafat, Linguistik dan mulai merambah studi al-Qur'an. Namun sejauh mana Syahrur memanfaatkan teori-teori serta prinsip-prinsip linguistik modem gagasan Ferdinand de Saussure atau yang penulis sebut dengan Strukturalisme Linguistik, dalam metodologi penafsirannya (Qira'ah Mu'asirah)? serta apakah Syahrur mengadopsinya (Strukturalisme Linguistik) secara langsung atau tidak langsung? ataukah hanya merupakan suatu kemiripan dan kebetulan belaka? Dengan kata lain, apakah ada relasi pemikiran antara Syahrur dan Ferdinand de Saussure, baik secara langsung atau tidak langsung? Inilah yang menjadi tugas dalam penelitian ini. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan tiga tahap penelitian. Pertama, menyusun teori substantif atau kerangka teoritis. Adapun yang menjadi kerangka teoritis untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Strukturalisme Linguistik, dengan memaparkan asumsi dasar tentang hakikat bahasa, Dikotomi Teoritik, serta Prinsip.Prinsip Analisis Strukturalis sebagai lokus-lokus analisisnya. Kedua, mengumpulkan data yang terkait dengan Hermeneutika al-Quran Kontemporer Muhammad Syahrur; sedangkan ketiga, tahap analisis dengan menggunakan dua model analisis. I) Analisis Teoritis dengan menggunakan kerangka teoritik tersebut sebagai kacamata untuk. memotret bangunan Hermeneutika al-Qur'an Kontemporernya. 2) Analisis Historis, untuk mengkaji secara historis relasi pemikiran antara Syahrur dan Saussure. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Metode Filsafat yang digunakan untuk menyingkap struktur dasar (fundamental structure) pemikiran teori serta konsep yang sedang dikaji, dan ; 2) Metode Analisis Sejarah, yaitu upaya memahami fakta dengan menggunakan analisa historis. Metode pertama digunakan dalam Analisis Teoritis, sedangkan pada Analisis Historis penulis mengkombinasikan dua metode tersebut. Dari hasil ketiga tahap penelitian, serta dua model analisis (Teoritis dan Historis) dengan menggunakan dua metode (Filsafat dan Sejarah) tersebut, maka diperoleh berbagai kesimpulan bahwa, pada Analisis Teoritis, terdapat banyak kesamaan, yaitu, 1) pada asumsi dasar tentang hakikat bahasa diantaranya bahasa adalah sistem, bunyi/vokal, tanda/simbol, komunikasi, konvensi serta arbitrer 2) Pada prinsip analisis nampak Syahrur sejalan dengan prinsip-prinsip analisis strukturalis. Adapun mengenai Dikotomi Teoritik Strukturalisme Linguistik yang nampak mewarnai Qira'ah Mu'asirah Syahrur adalah 1) Sinkroni dan Diakroni, namun meskipun secara tegas Syahrur mengemukakan bahwa ia mengkombinasikan dua perspektif tersebut, namun perspektif Sinkronis nampak lebih dominan; 2) Langue dan Parole. Distingsi ini sejalan dengan terma Qaul dan Kalam yang dibedakan Syahrur yang digunakan untuk menjelaskan hakikat al Qur'an sebagai Kalam Allah, merasionalisasi karakter Tasyabuh dalam bahasa yang kemudian membangun teori Sabat al-Nass wa harakat af-Muhtawa, dan juga menemukan tesis baru berdasarkan dikotomi ini tentang identitas dan karakteristik ayat serta iJaz al-qur'an; 3) Sintagmatis dan Paradigmatis, kedua terma ini dapat disejajarkan dengan konsep Syahrur tentang Mawaqi' al-Nujum (Sintagmatis) dan Taqatu' al-Ma'lumat (paradigmatis) yang merupakan dua kaidah dalam Qawaid al- Ta'wil. Kedua model analisis struktural isi ini nampaknya menjadi salah satu senjata andalan Syarur dalam mengupas berbagai tema dalam al-Qur'an. Namun terkadang Syahrur tidak konsisten menerapkan kedua model analisis tersebut terhadap beberapa terma dalam al-Qur'an; 4) Form dan Substance. Walaupun titik pijak analisis Syahrur adalah Form (kaidah-kaidah bahasa) Arab, namun ia tidak terperosok kedalam Formalisme yang hanya menganalisis struktur sintaksis formal bahasa (surface structure) sebagaimana dipraktikkan oleh para linguis Arab pada masa awal, namun ia juga menetapkan analisis pada aspek dalam (deep structure) serta berbagai fungsi dari bahasa, sehingga ia lebih dekat pada Fungsiona1isme yang merupakan percabangan dari strukturalisme linguistik. Dalam kaitannya dengan Form ini penulis menemukan beberapa kajian Syahrur yang justru bertentangan dengan Form, sehingga secara otomatis tidak sistemik atau melawan sistem ; kelima, Signifie dan Signijiant. Perhatian Syahrur terhadap kedua aspek tanda ini (Signifie : Madlul, Signifiant : Dal) membawanya pada analisis semiotika (ilm al-Dalalah) yang dapat dikategorikan pada Semiotika Struktural yaitu semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa. Dalam hal ini Syahrur mengatakan bahwa kata-kata (al-alfaz) merupakan perangkat bantu bagi makna. Hal ini logis dikarenakan bahwa kata-kata adalah merupakan aspek penanda yang merupakan substansi dari bahasa (bukan Form) yang berupa aspek material dari bahasa yang bersifat sensoris. Sedangkan makna mempunyai peran penting dalam rnenentukan signifikansi sebuah teks. Namun yang menjadi tipikal dari analisis semiotika Syahrur adalah bahwa makna yang ditunjukkan teks tidak cukup pada tataran leksikal (literal) karena hal itu tidak akan mampu memahami seluruh makna yang terkandung dalam teks linguistik, melainkan makna yang terdapat dalam struktur teks dan bukan makna tiap kata secara terpisah. Dengan demikian Syahrur lebih menekankan makna struktural dari sebuah teks, yang mana nilai tiap-tiap tanda didalamnya dipengaruhi baik secara linear dengan tanda-tanda disekelilingnya (sintagmatis), maupun secara asosiatif (paradigmatis). Sedangkan berdasarkan Analisis Historis penulis menemukan adanya relasi positif antara Syahrur dan Ferdinand De Saussure. Namun relasi tersebut tidaklah bersifat langsung karena tidak adanya indikasi bahwa Syahrur mengutip secara langsung pada karya Saussure. Dengan demikian penulis menemukan beberapa kemungkian mediator yang "memperkenalkan" Syahrur dengan pandangan-pandangan, prinsip-prinsip serta teori-teori Strukturalisme Linguistik. Mediator pertama yang menurut penulis paling kuat mengindikasikan kearah sana adalah Ja'far Dakk al-Bab yang merupakan guru linguistik Syahrur yang pernah mengkaji historisitas serta karakteristik linguistik Arab dengan menggunakan kerangka linguistik modem atau strukturalisme Linguistik; sedangkan mediator yang kedua adalah Fonnalisme Russia. Hipotesis kedua ini hanyalah merupakan kemungkinan (throw in) dengan adanya indikasi bahwa Syahrur pernah mengenyam studi di Moskow -·yang notabene merupakan pusat studi kebahasaan kaum Formalis-pada masa kejayaan Strukturalisme. Indikator lain adalah adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Andreas Christmann yang mengatakan bahwa pendekatan Defamiliarisasi Syahrur, sangat akrab dalam tradisi Formalisme dan Mazhab Praha, yang mana akar kedua tradisi tersebut berasal dari Linguistik Saussurian. Adapun hipotesis ketiga yang juga bersifat probabilitis adalah bahwa secara historis, kajian linguistik arab memang bertipikal strukturalis, disebabkan oleh karakteristik linguistik Arab tersebut, sehingga mungkin saja Syahrur mengadopsi pendekatan linguistiknya dari para linguis Arab yang secara kebetulan mempunyai kemiripan dengan pendekatan strukturalisme. Terkait dengan hal ini, Syahrur pernah mengemukakan bahwa ia mengenal pandangan pandangan para linguis Arab dari guru linguistiknya yang bernama Ja'far Dakk al Bab lewat hasil penelitiannya yang mengkaji historisitas serta karakter struktur linguistik Arab dengan perspektif linguistik modern (Strukturalisme Linguistik). Dengan demikian bisa jadi juga kemungkinan bahwa Ja'far dan kajian strukturalnya inilah yang menjadi kunci keterkaitan Syahrur dengan Strukturahsme Linguistik.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah / Ahmad Baidowi, S.Ag., M.Si.
Uncontrolled Keywords: LINGUISTIK, TAFSIR AL-QUR'AN, KONTEMPORER, Muhammad Syahrur
Subjects: Kesusastraan Arab
Tafsir Hadist
al Qur'an
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 08 Jun 2017 13:41
Last Modified: 08 Jun 2017 13:41
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25407

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum