TEORI PEMBEBASAN STUDI KOMPARASI ATAS PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DAN ANTONIO GRAMSCI

NURROCHMAN NIM 03511264, (2009) TEORI PEMBEBASAN STUDI KOMPARASI ATAS PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DAN ANTONIO GRAMSCI. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (TEORI PEMBEBASAN STUDI KOMPARASI ATAS PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DAN ANTONIO GRAMSCI)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (TEORI PEMBEBASAN STUDI KOMPARASI ATAS PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DAN ANTONIO GRAMSCI)
BAB II, III, Iv.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (479kB)

Abstract

Manusia tercipta dengan perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Namun pada dasarnya, manusia dilahirkan sebagai individu yang bebas dan merdeka dalam menentukan apa yang akan ia lakukan. Kedaulatan tersebut merupakan hak asasi manusia yang sudah dimiliki semenjak manusia lahir di muka bumi. Namun seiring perkembangan zaman, sifat dan karakter manusia mengalami evolusi. Berbagai kepentingan manusia telah menimbulkan hal-hal yang menganggu kebebasan manusia. Dorongan ekonomi, ideologi atau hanya sekedar dorongan prestise telah melahirkan penjajahan satu kelompok terhadap kelompok lain. Keegoisan dan merasa bahwa diri atau kelompoknya paling benar membuat sebagian manusia merasa pantas untuk menguasai dan mengendalikan kehidupan manusia lainnya. Secara garis besar ada dua hal yang membelenggu kekebasan manusia. Pertama, adalah penjajahan yang dilakukan oleh kelompok yang kuat terhadap kelompok yang lemah. Penjajahan tersebut tidak hanya berbentuk infasi militer atau penguasaan wilayah saja Kelompok yang kuat berusaha menanamkan dominasinya terhadap kelompok yang lemah dalam berbagai hal. Hal ini dikenal dengan istilah hegemoni. Penjajahan model ini biasnya terjadi dalam wilayah ekonomi. Analisa Marx menyebutnya sebagai efek dari hubungan proses produksi. Sedangkan yang kedua adalah doktrin klasik yang membelenggu kebeasan berpikir manusia. Doktrin klasik telah menghambat perkembangan pemikiran menusia. Belenggu doktrin klasik ini biasanya ditemukan dalam ranah teologis, di mana ajaran agama dipahami tidak dengan mengedepankan logika akal sehat. Muncullah kemudian pemahaman-pemahaman agama yang kontra terhadap semangat kemajuan manusia. Bahkan, tak jarang dalil-dalil agama dijadikan legitimasi atau pembenaran atas tindakan penindasan. Hassan Hanafi dan Antonio Gramsci merupakan dua tokoh besar yang konsern pada gerakan 'memerdekakan' manusi dari segala bentuk penindasan. Keduanya berasal dari dua 'kutub' yang berbeda. Gramsci mewakili dunia Barat dengan latar belakang marxisme yang kuat sedangkan Hanafi berasal dari dunia Timur yang kental dengan keislamannya. Dalam konteks pemikiran Gramsci, isu pembebasan manusia yang ia suarakan adalah pembebasan kaum buruh dari kapitalisme. Berangkat dari konsep Marx tentang hubungan kelas kapitalis dan proletar, Gramsci mengemukakan teori hegemoni. Gramsci melanjutkan tradisi Marxisme dengan melakuan koreksi atas beberapa hal yang tidak relevan lagi. Gramsci menolak konsep revolusi Marxisme lama yang menyebutkan bahwa revolusi adalah sebuah keniscayaan sejarah. Gramsci berpendapat bahwa revolusi seharusnya lahir dari kesadaran kolektif kaum proletar. Kesadaran tersebut menurut Gramsci mustahil lahir dengan sendirinya. Ia mengemukakan perlunya elemen yang mampu menumbuhkan kesadaran kolektif. Elemen yang ia maksud adalah intelektual yang bisa menjadi organisator perlewanan kelompok proletar. Hal inilah yang kemudian melahirkan gagasan klasifikasi intelektual yaitu intelektual organik dan radisional. Masih dalam satu tujuan yang sepaham dengan Gramsci, Hanafi menyoroti hubungan Barat dan Timur yang tidak seimbang, kental dengan aroma kapitalisme, imperialisme dan zionisme. Barat telah berlaku tidak adil terhadap bangsa Timur dengan menempatkan kebudayaannya sebagai peradaban tertinggi sedangkan dunia Timur hanyalah bangsa kelas dua yang lemah. Hanafi tidak 'gegabah' dengan menganjurkan perang terbuka terhadap Barat, namun ia menawarkan satu metode yang merupakan wacana tandingan dari Oreientalisme yang selama ini mengacak-acak peradaban dunia Timur. Metode itu kemudian lazim disebut Oksidentalisme. Hanafi menempatkan Timur sebagai Ego dan Barat sebagai The Other. Barat dengan semua produk pemikirannya merupakan bahan kajian bagi dunia Timur. Apa yang dilakukan Hanafi adalah pengulangan dari pola sejarah seperti apa yang dilakukan Barat terhadap Timur lewat Orientalismenya, mempelajari untuk selanjutnya melawan. Dalam dunia Islam sendiri Hanafi dikenal sebagai tokoh rasionalis. Ia cenderung tidak sepakt dengan pemahaman Islam yang hanya mengandalkan keyakinan iman saja. Baginya, Islam merupakan spirit perlawanan terhadap penindasan. Oleh karena itu ia mengkritik keras Al-Ghazali dengan sufimenya dan aliran Asy'ariyah dengan Fatalismenya. Menurut Hanafi, keduanya kontra revolusi dan hanya akan menempatkan Islam dalam keterbelakangan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Fakhruddin Faiz, S. Ag., M. Ag Dr. H. Zuhri M. Ag
Uncontrolled Keywords: Pembebasan, Hassan Hanafi, Antonio Gramsci
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 27 Aug 2012 22:03
Last Modified: 04 Aug 2016 10:19
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2568

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum