PLURALISME DALAM PANDANGAN MAJELIS BUDDHAYANA

Sri Sunarwono, NIM.98522797 (2005) PLURALISME DALAM PANDANGAN MAJELIS BUDDHAYANA. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (2MB) | Preview
[img] Text
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Abstract

Masalah selalu menyeitai setiap langkah hidup, kejahatan selalu terjadi di mana-mana, peperangan yang konon katanya bertujuan untuk membebaskan dan mendamaikan, selalu terjadi di muka bumi. Namun bukan kedamaian yang dihasilkan, malah kadang peperangan menambah kesengsaraan dan malapetaka bagi umat manusia. Majelis Buddhayana merespon fenomena tersebut dengan konsepnya tentang pluralisme. yaitu Harmoni-aktif Dengan konsep pluralisme tersebut, Majelis Buddhayana menawarkan solusi menyeluruh pada penyadaran manusia untuk lebih mengenal agamanya dan madzhab dengan berdampingan dengan agama serta aliran lain. Karena dalam konsep Majelis Buddhayana, tercakup toleransi, belas kasih, saling memahami. Ciri seperti inilah yang konon dapat membawa manusia untuk lebih mengenal agama sendiri dan menuntun bagaimana harus betindak untuk hidup yang harmonis dengan agama lain. Penelitian ini hendak menggali bagaimana konsep yang ditawarkan Majelis Buddhayana tentang pluralisme serta bagaimana implikasi konsep pluralisme Majelis Buddhayana tesebut bagi hubungan sekte intern agama Buddha dan agama lain. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dan wawancara yang didasarkan pada tokoh-tokoh Majelis Buddhayana, sebagai data primer dan buku-buku lain yang berkaitan sebagai sumber data sekunder. Sedangkan metode yang dipakai adalah pendekatan sosiologis, Yaitu suatu piranti konseptual struktur kelembagaan, yang secara Fungsiona1 sebagai pengintegrasian yang melibatkan relasi hubungan, saling berinteraksi dalam komunitas sosial. Teori struktur fungsional ini di kembangkan oleh Talcott Parson. Seperti halnya pandangan Durkheim yang menyatakan bahwa fungsional dalam sebuah lembaga dan agama adalah mendukung dan melestarikan masyarakat yang sudah ada. Agama menurutnya bersifat fungsional terhadap pesatuan dan solidaritas sosial Hasil dari penelitian ini diperoleh jawaban, Pertama, Konsep pluralisme yang ditawarakan Majelis Buddhayana dalam menghadapi isu pluralitas tersebut adalah konsep Harmoni-aktif Yaitu konsep hidup berdampingan dengan pergaulan yang lebih kuat dan saling mengambil diri dari berbagai tradisi, madzhab dan sekte dalam agama Buddha. Dengan tujuan untuk memperlihatkan pentingnya menghindari pengelompokan, sektarianisme dan bentuk-bentuk perpecahan. Pengambilan diri dari berbagai tradisi dan madzhab maksudnya adalah bahwa konsep ini mempergunakan ajaran-ajaran dari berbagai sekte dalam agama Buddha sejauh ajaran-ajaran tersebut relevan dan praktis serta sesuai dengan praktek Dharma yang diajarkan oleh Buddha, sehingga semua yana (aliran, sekte) berada dalam satu jalan Buddha, saling membimbing menuju Ekayana, yaitu jalan Buddha. Kedua, Implikasi dari konsep pluralisme yang dikembangkan Majelis ini,adalah memberi nuansa dan cakrawala pada setiap pemeluk Buddha bahwa fenomena pluralitas merupakan realitas yang tidak harus dihindari, akan tetapi menjadi sebuah kenikmatan hubungan yang harmoni dan bekerja sama saling membantu dengan keanekaragaman masing-maing. sehingga dapat memahami dan siap menghadapi gejala pluralistik tersebut.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Drs.H. A Singgih Basuki, M.Ag.
Uncontrolled Keywords: PLURALISME, MAJELIS BUDDHAYANA
Subjects: ?? 147 ??
Agama (Religion)
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Perbandingan Agama (S1)
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 04 Jul 2017 14:05
Last Modified: 04 Jul 2017 14:07
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25767

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum