HUBUNGAN ABDI DALEM PRAJURIT DENGAN SULTAN DALAM KONSEP HUBUNGAN KAWULO-GUSTI DI KRATON YOGYAKARTA HADININGRAT

ZETTY MAHARENY, NIM. 00540354 (2005) HUBUNGAN ABDI DALEM PRAJURIT DENGAN SULTAN DALAM KONSEP HUBUNGAN KAWULO-GUSTI DI KRATON YOGYAKARTA HADININGRAT. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (HUBUNGAN ABDI DALEM PRAJURIT DENGAN SULTAN DALAM KONSEP HUBUNGAN KAWULO-GUSTI DI KRATON YOGYAKARTA HADININGRAT)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (5MB) | Preview
[img] Text (HUBUNGAN ABDI DALEM PRAJURIT DENGAN SULTAN DALAM KONSEP HUBUNGAN KAWULO-GUSTI DI KRATON YOGYAKARTA HADININGRAT)
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (7MB)

Abstract

Sebagai pusat pemerintahan, kesultanan Yogyakarta memiliki sistem kekuasaan tersendiri. Dalam sistem kekuasaan kraton Yogyakarta, raja (Sultan) berkuasa secara absolut. Tetapi tidak bisa sewenang-wenang dengan keabsolutannya tersebut, sebab dia juga hams melengkapi diri dengan budi yang luhur serta harus senantiasa bersikap adil terhadap sesama. Supaya Sultan dapat melaksanakan tugasnya, rakyat mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakannya (ngemban dhawuh dalem). Dengan demikian antara raja dan rakyat berlaku prinsip pamoring kawulo-gusti, yang penulis khususkan pada hubungan antara Sultan dan abdi dalem prajurit. Disinilah berlakunya peinbagian terlembaga antara atasan dan bawahan. Dimana niasing-masing pihak mempunyai tugas dan kewajibannya sendiri-sendiri Abdi dalem prajurit mempunyai peranan penting bagi Kraton Yogyakarta Hadiningrat, mereka mengabdikan diri pada Sultan dengan inenjadi abdi dalem prajurit , yang selalu menunjukkan sikap-sikap yang mencerminkan kepasrahan, kepatuhan dan selalu menjalankan tugas dan kewajibanya dengan baik. Di samping itu abdi dalem prajurit mempunyai motivasi atau dorongan yang sangat kuat sehingga mereka dengan suka rela ikut dalam dunia keprajuritan. Hubungan aspek spiritualitas dengan peranan abdi dalem prajurit di dalam kraton sangat berkaitan erat dalam menjalankan tugas dan kewajibanya. Karena selalu menunjukkan sikap tulus ikhlas lahir maupun batin. Pada dasamya abdi dalem prajurit dalam mengabdikan diri pada Sultan tidak mengharap imbalan materi, tetapi mereka menganggap Sultan sebagai seorang yang pantas dijadikan panutan hidup. Karena mereka menginginkan kehidupan mereka menjadi ".Adern ayem" tentran lahir maupun batin. abdi dalem prajurit dalam menjalankan peranannya di dalam kraton Yogyakarta Hadiningrat sangat berpengaruh sekali. Seseorang yang masuk menjadi abdi dalem prajurit harus bisa menyesuaikan diri di lingkungan kraton. Peraturan di dalam kraton berbeda dengan di luar kraton. Seperti pada saat akan menghadap Sultan harus menyembah Sultan terlebih dahulu ( sebagai sikap patuh dan sikap menjalankan perintah Sultan). Di luar kraton hal ini jarang dan bahkan langka. Di dalam kraton maupun di luar kraton. Kebiasaan tersebut antara lain , di luar kraton selalu menggunakan bahasa krama alus, dalam berinteraksi dengan siapapun. Sedangkan di dalam kraton dengan cara memakai pakaian peranakan atau pada saat Gladi resik. Hubungan antara Sultan dan abdi dalem prajurit dalam konsep hubungan kawulo-gusti ini, merupakan salah satu bentuk kohesi sosial masyarakat yang memuat makna dan nilai yang selama ini dibangun kesultanan kraton Yogyakarta, yang merupakan salah satu fenomena sosial yang penulis angkat dalam skripsi ini, dengan menggunakan pendekatan sosiologi fungsional, dengan pengamatan langsung, interview, dan dokumentasi sebagai alat pengumpulan data, serta analisis deskriptif, yang dihasilkan bahwa kraton dianggap sebagai pusat kekuasaan yang memancarkan kharismanya, sehingga kraton dan Sultannya menjadi kuat tertanam dalam kesadaran kolektif masyarakat pendukungnya, yang kemudian dengan tertanamnya kraton beserta Sultannya di hati rakyat, kohesi masyarakat pun menjadi teijaga. Manunggaling Kawulo lan Gusti berarti juga menegaskan Sangkan Paraning Dumadi setiap individu. Karena dengan Sangkan Paraning Dumadi-\ah Manunggaling Kawulo lan Gusti akan terwujud menjadi sesuatu yang nyata. Dengan Sangkan Paraning Dumadi, setiap individu dituntut untuk mengerti dan memahami dari mana la berasal, dan bagaiman posisi dan kedudukanya. Setelah mengerti hal tersebut, maka akan mengerti bagaiman dia harus bersikap dan bertindak. Sebagai makhluk Tuhan hendaknya dia bersikap baik pada Tuhanya, sebagai bagian dari alam semesta, manusia dituntut berbuat baik terhadap sekitamya, dan sebagai rakyat hendaknya setia dan hormat pada sultannya sebagai penguasa. Dengan terwujudnya Manunggaling Kawulo lan Gusti tersebut semuanya berharap menemukan kehidupan yang lebih sejahtera. Dan hal tersebutlah yang merupakan tujuan diadakanya Garebeg Sawal, yaitu mengharap keselamatan dan kesejahteraan bagi raja (Sultan), kerajaan (negara), serta rakyat.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Drs. Moh. Damami.M,Ag
Uncontrolled Keywords: KAWULO-GUSTI
Subjects: Sosiologi Agama
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Sosiologi Agama (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 05 Jul 2017 09:35
Last Modified: 05 Jul 2017 09:35
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25835

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum