KRITIK TERHADAP RIJAL AL-BUKHARI (Kajian Kritis atas Tanggapan Ibnu Hajar al Asqalani dalam Kitab Hadyu al-Sari : Muqaddimah Fath al - Bari)

Evu Mahfudoh, NIM: 99532969 (2004) KRITIK TERHADAP RIJAL AL-BUKHARI (Kajian Kritis atas Tanggapan Ibnu Hajar al Asqalani dalam Kitab Hadyu al-Sari : Muqaddimah Fath al - Bari). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga.

Preview	Text (KRITIK TERHADAP RIJAL AL-BUKHARI (Kajian Kritis atas Tanggapan Ibnu Hajar al Asqalani dalam Kitab Hadyu al-Sari : Muqaddimah Fath al - Bari)) BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (3MB) | Preview
	Text (KRITIK TERHADAP RIJAL AL-BUKHARI (Kajian Kritis atas Tanggapan Ibnu Hajar al Asqalani dalam Kitab Hadyu al-Sari : Muqaddimah Fath al - Bari)) BAB II, III, IV.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (4MB)

Abstract

Diantara Kutub al-Sittah, Al-Jami' al-$ahih. karya Bukhari adalah kitab yang mendapat pengakuan dan penilaian yang paling tinggi dari umat Islam. Bahkan al-Jami' al-Sahih. disebut-sebut sebagai kitab kedua setelah al-Qur'an yang menjadi pegangan umat Islam. Para ulama menyimpulkan bahwa Bukhari menetapkan kriteria kesahihan hadis yang lebih ketat dibandingkan ulama hadis lainnya. Meski demikian ternyata dalam kitab ini, banyak periwayat yang ditolak oleh ulama lain karena tidak memenuhi kriteria 'adl dan dabt, atau bisa juga karena sanadnya tidak bersambung, yang juga merupakan persyaratan hadis sahih. Kajian ini hendak mengungkap tanggapan Ibnu Hajar al-'Asqalani terhadap rijal-al-Bukhari yang dikritik ulama hadis lain, dan bagaimana implikasi periwayatan hadis dari periwayat yang tidak memenuhi kriteria 'adl dan dabt dalam kitab al-Jami' al-Sahih Kriteria kesahihan hadis Bukhari berdasarkan penelitian para ulama meliputi: (1) periwayat yang siqat, yang percaya kualitas pribadi dan intelektualnya, dengan kata lain 'adl dan dabt (2) Hadis diriwayatkan oleh periwayat yang siqat, dan tidak ada pertentangan pada hadis tersebut dari periwayat siqat lainnya, (3) Sanad hadis harus bersambung, (4) Terdapat dua sahabat dan dua orang periwayat dalam setiap tingkat sanad, hila hanya ada satu periwayat, asalkan memenuhi syarat, maka hadis tersebut memenuhi derajat sahib, (5) Dalam hadis dengan riwayat mu'an'an, Bukharl mensyaratkan mu'ajarah (sejaman, antara yang meriwayatkan) dan liqa' (terjadinya pertemuan antara yang meriwayatkan). Jumlah periwayat Bukhari yang dikritik atau diperdebatkan banyak sekali, berdasar kriteria sampel yang telah ditentukan, terdapat tujuh periwayat yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: (1) Aban ibn Yaz1d al-Aflar, (2) Hasan ibn 'Umarah al- Kufi, (3) Hammad ibn Salmah, (4) 'Abdullah ibn ~alih~ (5) 'Abdurrahp1an ibn 'Abdullah al-Mas'udi. (6) 'Abdulkarlm ibn Ab1 al-Mukhariq. (7) Muhtadir ibn al-Muwarra'. Ternyata tujuh periwayat di atas tidak memenuhi kriteria 'adl dan dabt Dalam meriwayatkan hadis dati tujuh periwayat tersebut, Bukhari selalu memperhatikan sisi permasalahan yang menjadikan periwayat tersebut ditolak hadisnya. Untuk periwayat yang mengalami ikhtilit~ Bukharl tidak meriwayatkan hadis yang diriwayatkan oleh periwayat tersebut sesudah terjadinya ikhtili~. Untuk periwayat yang mengalami kemunduran ingatan karena usia tua, atau karena kebutaan, dll, padahal sebelumnya mereka termasuk dalam golongan periwayat s,iqat, Bukharl hanya meriwayatkan hadis dari mereka semasa mereka masih menjadi periwayat s,iqat, atau dengan kata lain, memenuhi kriteria adl dan dabt, Bukhari juga tidak meriwayatkan hadis yang periwayatnya melakukan tadlis dalam sanad hadis bersangkutan. Untuk periwayat yang diperdebatkan, biasanya Bukhari tidak meriwayatkan hadisnya sebagai hadis pokok, melainkan sebagai ziyadah, mutaba'ah, atau syawahid

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item