MUSLIM PENGHAYAT ALIRAN KEBATINAN PERSATUAN EKLASING BUDI MURKO DI DESA BAWAK KECAMAAN CAWAS KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

PURWONO, NIM.01.52.0453 (2005) MUSLIM PENGHAYAT ALIRAN KEBATINAN PERSATUAN EKLASING BUDI MURKO DI DESA BAWAK KECAMAAN CAWAS KABUPATEN KLATEN SKRIPSI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (10MB) | Preview
[img] Text
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (16MB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pandangan masyarakat muslim penghayat aliran kebatinan Persatuan Eklasing Budi Murko terhadap ajaran Islam dan wujud kongkrit dari akibat pandangan tersebut. Persatuan Eklasing Budi Murko sendiri memilki arti kelompok persaudaraan dengan kesadaran yang tinggi untuk selalu berusaha menghindarkan perbuatan-perbuatan yangjahat (angkoro murko), serta perilaku lainnya yang kurang baik. Kebatinan memang bukan agama dan bukan pula merupakan agama baru, tetapi dapat jadi daerah pelarian dari agama. Kebatinan adalah basil pikiran manusia yang menimbulkan suatu aliran kepcrcayaan dalam diri penganutnya dengan membawa ritus tertentu yang bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang ghaib, bahkan untuk mencapai persekutuan dengan apa yang mereka (penghayat kebatinan) anggap Tuhan secara perenungan batin, sehingga akan mencapai kesempurnaan hidup kini dan mendatang sesuai dengan konsep dari para penghayat kebatinan ini. Penelitian ini menemukan bahwa aliran kebatinan Persatuan Eklasing Budi Murko timbul pada tanggal 12 Juli 1926 yang dipelopori oleh Ki Mangunwidjojo. Latar belakang timbulnya aliran kebatinan ini adalah bahwa pada saat itu terjadi ketidaktentraman dalam hidup bermasyarakat, bunyak sekali orang yang mengumbar nafsu angkara budi murko. Aliran kebatinan PEBM ini timbul di Y ogyakarta. Ajaran aliran kebatinan Persatuan Eklasing Budi Murko terbagi dalam lima tingkatan, yaitu tingkatan pertama yang mengajarkan tentang sifat empat puluh ( 40) yang ada dalam setiap diri manusia. Kedua, mengajarkan tentang kehidupan manusia yang akan meninggal kurang 8 tahun atau seseorang yang hidupnya tinggal 8 tahun. Tingkat yang keliga mengajarkan tentang asalnya wijining wiji, asalnya sukma langgeng dan asalnya rasa sejati. Tingkat keempat mengajarkan wirid sangkan paraning dwnadi. Sedangkan ajaran tingkat kelima adalah tentang wirid tutupan. Masyarakat Jawa pada wnumnya memandang agama sebagai agama ageming aji, bahwa agama itu merupakan pedoman hidup yang pok,)k. Artinya bahwa agama, agama apa saja, mengandung ajaran (pedoman hidup) yang serba baik untuk keselamatan dan kesejahteraan hid up man usia. Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Theologi. Dalam hal ini aliran kebatinan Persatuan Eklasing Budi Murko Berperan untuk memberikan pandangan terhadap ajaran Islam yang kemudian tercermin dalam wujud kongkrit yakni keselamatan hidup yang menjadi tujuan dari para penghayat aliran kebatinan, dimana akan tcrlihat pada ketenangan batin penghayatnya yang tidak merasa terburu-buru, tidak berlomba-lomba mencari harta, semua perbuatan dilandasi sikap yang menep dan tentrem ing ali (hati yang tentram) aliran kebatinan dalan1 menghadapi modernisasi. Bahwasanya di era modernisasi dan globalisasi aliran kebatinan masih tetap menjadi idola bagi penganutnya. Pergeseran penampilan mistik, dari wujud tradisional, menuju ke perubahan-perubahan struktur dan pembaharuan adalah wajar. Inovasi aliran kebatinan tennaksud tentu tidak akan meninggalkan esensinya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Drs. Moh. Damami, M. Ag
Uncontrolled Keywords: tenaga dalam, ilmu kebatinan, ilmu kebal
Subjects: Perbandingan Agama
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Perbandingan Agama (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 12 Jul 2017 15:56
Last Modified: 12 Jul 2017 15:56
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26300

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum