SANKSI BAGI PELAKLJ ZINA YANG TELAH MENIKAH DALAM ISLAM STLHL PERBANDINGAN ANTARA ABDUL QADIR AUDAH DAN T.M.HASBI ASH-SHLDDLEQY

SRI MULYANI, NIM. 99363621 (2004) SANKSI BAGI PELAKLJ ZINA YANG TELAH MENIKAH DALAM ISLAM STLHL PERBANDINGAN ANTARA ABDUL QADIR AUDAH DAN T.M.HASBI ASH-SHLDDLEQY. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (SANKSI BAGI PELAKLJ ZINA YANG TELAH MENIKAH DALAM ISLAM STLHL PERBANDINGAN ANTARA ABDUL QADIR AUDAH DAN T.M.HASBI ASH-SHLDDLEQY)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (SANKSI BAGI PELAKLJ ZINA YANG TELAH MENIKAH DALAM ISLAM STLHL PERBANDINGAN ANTARA ABDUL QADIR AUDAH DAN T.M.HASBI ASH-SHLDDLEQY)
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (4MB)

Abstract

Abstraksi Perzinaan merupakan salah satu masalah yang sangat krusial dalam masyarakat yang memegang teguh nonna-nonna agama dan susila. Jika masalah perzinaan terus dibiarkan tanpa adanya solusi yang terbaik dari ketentuan hukum yang dibuat oleh manusia maka perzinaan akan terns merajalela sampai manusia benar-benar memahami apa maksud Allah memberi hukuman fisik yang tampak kejam itu. Zina adalah perbuatan yang sangat hina dan dapat menimbulkan dampak negatif, diantaranya menjatuhkan martabat manusia, karena zina dilakukan tanpa adanya ikatan pemikahan yang menghalalkan manusia untuk melakukannya menimbulkan ketidakjelasan keturunan, menghancurkan ikatan keluarga yang sudah terjalin. Sebagian ulama masih peduli dengan kasus perzinaan yang sudah mewajar. Penyusun mengambil pendapatnya Abdul Qadir Audah dan T.M.Hasbi ash-Shiddieqy yang temyata mempunyai pandangan yang berbeda dalam memberikan sanksi terhadap pelaku zina yang telah menikah . Perbedaan tetjadi karena keduanya tidak sependapat memahami teks al-Qur'an dan Hadis. Audah yang memang tidak membahas secara khusus persoalan had zina, tidak dapat memberikan kontribusi yang banyak dan memuaskan, akan tetapi ia lebih cenderung mengikuti pendapatnya Jumhur Ulama yang menyatakan bahwa sanksi zina terhadap pezina yang telah menikah itu dibedakan dengan pezina yang belum menikah. Oleh karenanya sanksi yang berlaku untuk pezina yang telah menikah adalah dirajam sesuai dengan hadis Nabi ditambah dengan pengakuan Umar yang mengatakan bahwa adanya ayat tentang rajam tetapi telah dinasakh tilawahnya. Sedangkan Hasbi berasumsi bahwa baik pezina yang belum menikah maupun telah menikah sanksinya sama yaitu dicambuk seratus kali sesuai dengan Surat an-Nur ayat (2). Jika rajam itu tetap berlaku, seharusnya disebutkan dalam al-Qur'an karena rajam adalah hukuman yang sangat berat. Dalam menyikapi perbedaan itu, penyusun tidak menafikan sanksi rajam karena memang itu pemah teijadi dimasa Nabi, akan tetapi apakah sanksi itu diturunkan sebelum atau sesudah Surat an-Nur ayat (2) temyata tidak ada kejelasan. Namun apabila sanksi rajam itu terjadi sebelum turunnya Surat an-Nur ayat (2) itu wajar, karena cerita kasus perzinaan yang terdapat dalam hadis Nabi kebanyakan dari kalangan Yahudi. Dan Nabi melaksanakan sanksi tersebut karena memang seperti itulah yang terdapat dalam kitab suci mereka. Dan kalaupun sanksi rajam itu ada setelah turunnya Surat an-Nur ayat (2) masih disangsikan, karena secara logika antara rajam dan cambuk itu lebih berat dirajam. Seharusnya itujuga disebutkan dalam al-Qur'an.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Drs. MAKHRUS MUNAJAT , M.Htun
Uncontrolled Keywords: Sangsi bagi pelaku zina yang telah menikah
Subjects: Perbandingan Madzhab
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzab (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 04 Sep 2018 08:25
Last Modified: 04 Sep 2018 08:25
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30751

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum