AL QUR'AN DAN BUDAYA DALAM PEMIKIRAN NASHR HAMID ABU ZAID

Afandi Syam Palo NIM : 03511258, (2010) AL QUR'AN DAN BUDAYA DALAM PEMIKIRAN NASHR HAMID ABU ZAID. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (AL QUR’AN DAN BUDAYA DALAM PEMIKIRAN NASHR HAMID ABU ZAID)
BAB I,V.pdf - Published Version

Download (852kB) | Preview
[img] Text (AL QUR’AN DAN BUDAYA DALAM PEMIKIRAN NASHR HAMID ABU ZAID)
BAB II,III,IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (332kB)

Abstract

Pemikiran Abu Zyd tidak dapat lepas dari pendekatan yang ia terapkan dalam studi al Qur'an. Penelitian ini menarik untuk dikaji karena Abu Zayd menggunakan teori semiotika dan diterapkan pada studi Al Qur'an yang telah dilakukannya. Dalam studi al Qur'an dengan menggunakan semiotika, maka studi al Qur'an tidak dapat dilepaskan dari studi kebudayaan. Dengan melakukan pendekatan kebudayaan, bahasa, makna dan al Qur'an, maka akan didapatkan hubungan yang saling keterkaitan antara budaya dan agama. Di sinilah letak pentingnya kajian antara keduanya. Pentingnya kajian antara keduanya (antara budaya dan al Qur'an) maka permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti adalah hubungan al Qur'an dan budaya. Letak permasalahan ini dengan melakukan kajian secara deskriptif melakukan penjelasan hubungan antara keduanya dalam pemikiran Abu Zayd. Selain itu permasalahan yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah dengan melakukan kajian terhadap pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam memahami al Qur'an serta implikasi apa yang akan didapatkan dari corak pendekatan oleh Abu zayd. Hasil penelitian ini adalah Abu Zayd meletakkan pendekatan semiotika atau pendekatam faktor kebudayaan terhadap agama, maka hasilnya adalah agama sebagai produk budaya. HAl ini merupakan suatu bentuk keniscayaan dari pendekatan formal yang dilakukannya, karena hasil pemikiran sangat tergantung dari paradigma dan dan pendekatan apa yang dipakainya. Sedangkan pemakaian pendekatan tergantung sepenuhnya pada eksistensi seseorang itu. Pendekatan dengan memakai kajian semiotika dan ilmu budaya identik dengan epistemologi burhani dimana meletakkan kajian keagamaan dari sudut empiris-kritis. Dalam penelitian empiris kritis yang berdasarkan pada aturan keilmuan dan logika, maka mengasumsikan bahwa segala sesuatu dapat dipikirkan sehingga anti pada pengembalian segala sesuatu (termasuk agama) pada faktor metafisika. Karena mereduksi agama pada faktor non-metafisis, maka agama bukan dihasilkan dri faktor yang bersifat metafisis. Dalam pendekatan ini, maka al Qur'an bukan diturunkan secara harfan wa ma'nan dari Allah, melainkan dari faktor budaya itu sendiri karena apapun teks merupakan bahasa yang dihasilkan dari luang lingkup budaya dan sosial pembentuknya. Dari sudut pandang seperti ini, maka hasil pemikiran Abu Zayd memiliki kesamaan dengan pandangan naturalistik dimana cirinya mereduksi pandangan agama pada faktor lingkungan sosial atau relasi antar manusia dalam ruang lingkup masyarakat dan budaya. Dari pandangan menggunakan teori semiotika sebagai salah satu kajian kebudayaan, maka dalam pandangan Abu Zayd agama hanya sebagai variabel dependent (tergantung) dari faktor budaya sebagaivariable independent. Hubungan antara keduanya, agama sebagai hasil ataupun bagian dari kebudayaan bukan dua entitas yang terpisah dan saling berinteraksi (mempengaruhi) di dalamnya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing :Shofiyullah H, MZ. M. Ag,
Uncontrolled Keywords: Al Qur'an dan budaya; Nashr Hamid Abu Zaid
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 08 Aug 2012 17:08
Last Modified: 04 Aug 2016 10:29
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3290

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum