Mafhum ittiba' al rasul fi al imamah 'inda Sa'dun al 'Uthmaniy dirasah istimolojiyyah

Ahmad Zaeni, NIM. 1620510007 (2018) Mafhum ittiba' al rasul fi al imamah 'inda Sa'dun al 'Uthmaniy dirasah istimolojiyyah. Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (Mafhum ittiba' al rasul fi al imamah 'inda Sa'dun al 'Uthmaniy dirasah istimolojiyyah)
1620510007_BAB-I_BAB-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (Mafhum ittiba' al rasul fi al imamah 'inda Sa'dun al 'Uthmaniy dirasah istimolojiyyah)
1620510007_BAB-II_SAMPAI_BAB-IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Penelitian ini membahas konsep Ittiba’ kepada Rasul saw. dalam kepemimpinan menurut Sa’duddin al-‘Usmani Kajian Epistemologi. Menurut Sa’duddin bahwa Ittiba’ dalam Kepemimpinan adalah dalam Manhaj (metode) dan tidak dalam ketentuan-ketentuan yang sama yang dilakukan oleh Rasul secara harfi. Dengan demikian Ittiba’ dalam metode hanya memenuhi satu syarat ittiba’ saja, sementara menurut para ahli Usul syarat-syarat Ittiba’ terdiri dari tiga syarat, yaitu mengikuti dalam bentuk lahir perbuatan Rasul, adanya kesamaan dengan niat/tujuan Rasul, dan melakukan perbuatan dengan alasan Rasul melakukannya. Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna Ittiba’ dalam metode menurut Sa’duddin, akar sejarah pemikirannya dan ukuran kebenaran pengetahuannya serta kontribusinya. Maka penelitian ini bersifat Kualitatif, data-datanya bersumber dari kitab-kitab klasik serta hasil penelitian para ulama kontemporer terkait kajian sunnah Rasul saw. Melalui kajian Epistemologi, peneliti menganalisis konsep Ittiba’ dalam Kepemimpinan menurut Sa’duddin dengan menggunakan teori akar sejarah sunnah tasyri’iyah menurut al-Qaradawi yang ia namakan Aspek Tasyri’ dari sunnah. Al- Qaradawi menjelaskan bahwa konsep sunnah dan ittiba’ telah dibahas sejak masa sahabat hingga ulama kontemporer bahkan dengan klasifikasi yang sistematis. Menurutnya, ulama yang mula-mula membedakan macam-macam perilaku Rasul dan pengaruhnya terhadap tasyri’ adalah al-Qarafi. Al-Qarafi lah yang menegaskan pertama kali bahwa tindakan kepemimpinan Rasul saw tidak berimplikasi hukum umum hingga hari kiamat. Sedangkan teori kebenaran pengetahuan yang peneliti gunakan untuk mengungkap ukuran kebenaran konsep Sa’duddin adalah teori Kebenaran Korespondensi, Koherensi dan Pragmatik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna Ittiba’ dalam Manhaj terhadap tindakan kepemimpinan Rasul menurut Sa’duddin adalah mengikuti Rasul saw dengan cara memperhatikan metode-Nya untuk mencapai kemaslahatan bahkan yang paling maslahat serta menjauhi kemafsadatan dengan mempertimbangkan perubahan kondisi faktual kekinian yang berbeda dari kondisi di zaman Rasul. Sedangkan perilaku statis mengikuti tindakan Rasul secara harfi ketika dihadapkan pada faktor-faktor yang menuntut dinamimisasi maka hal itu bertentangan dengan sunnah. Ittiba’ dalam manhaj ini termasuk dalam pengertian Ittiba’ secara umum, dan bersandar pada pemikiran ulama usul sebelumnya. Adapun metode yang digunakan Sa’duddin untuk memperoleh konsep ittiba’ ini melalui empat cara, yaitu, menghimpun data, menganalisisnya, mengklasifikasikan tindakan Rasul dan menentukan cara berittiba’ kepada-Nya. Adapun Ukuran kebenaran konsep Sa’duddin itu menggunakan dua parameter. Pertama ukuran kebenaran Pragmatis yaitu kemaslahatan, pengembangan aspek kemanusiaan dan pengembangan aspek keislaman. Kedua menggunakan ukuran kebenaran koherensi, dimana gagasan Sa’duddin tentang ittiba’ dalam kepemimpinan masih disandarkan pada konsep pemikiran para ahli usul sebelumnya. Mengenai kontribusi pemikirannya dalam kajian sunnah maka cukup signifikan secara teori dan aplikasi. Secara teoritis ia menggagas empat karakter tindakan kepemimpinan Rasul sebagai landasan bahwa ittiba’ kepadanya dalam persoalan kepemimpinan adalah dalam manhajnya. Pada dataran aplikatif, ia mengajukan dua prinsip siyasah kenabian, yaitu bahwa negara dalam Islam adalah negara madani dan relasi antara agama dan negara adalah sesuatu yang tidak identik namun antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Maka agama hadir dalam politik sebagai prinsip pemandu dan perilaku politik itu berdiri sendiri tidak atas nama agama apapun. Kata Kunci : Ittiba’ dalam Kepemimpinan, Epistemologi Sunnah, Teori Kebenaran, Maslahat.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. H. Abdul Mustaqim, S.Ag., M.Ag.
Uncontrolled Keywords: Ittiba’ dalam Kepemimpinan, Epistemologi Sunnah, Teori Kebenaran, Maslahat.
Subjects: Politik Islam dan Demokrasi
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S2) > Studi al Qur'an dan Hadits
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 04 Apr 2019 08:21
Last Modified: 04 Apr 2019 08:21
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34021

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum