PEMAKNAAN TRADISI BURDAH DESA JADDUNG PRAGAAN SUMENEP MADURA JAWA TIMUR (Perspektif Hermeneutika Gadamer)

Maghfur MR, NIM: 1620510055 (2018) PEMAKNAAN TRADISI BURDAH DESA JADDUNG PRAGAAN SUMENEP MADURA JAWA TIMUR (Perspektif Hermeneutika Gadamer). Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (PEMAKNAAN TRADISI BURDAH DESA JADDUNG PRAGAAN SUMENEP MADURA JAWA TIMUR (Perspektif Hermeneutika Gadamer))
1620510055_BAB I_BAB IV_DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (PEMAKNAAN TRADISI BURDAH DESA JADDUNG PRAGAAN SUMENEP MADURA JAWA TIMUR (Perspektif Hermeneutika Gadamer))
1620510055_BAB II_BAB III.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Narasi pembacaan Burdah menjadi feature pemahaman dalam dunia kehidupan beragama masyarakat Jaddung Pragaan Suemep Madura Jawa Timur. Pembacaan Burdah ini mengalami pergeseran makna, yaitu maksud awal sebagai pujian dan ungkapan cinta pada Nabi yang didendangkan oleh Imam Bushiri, namun oleh mereka kemudian dibacakan untuk orang sakit yang kritis. Dengan Burdah, Imam Bushiri bersenandung untuk Nabi dengan berharap syafaat, sementara bagi mereka dibaca untuk orang sakit yang “kayaknya” harus memilih antara hidup atau mati. Keberlainan pemahaman yang muncul tidak dapat dielakkan dari roda historis yang berjalan dalam pembacaan Burdah masyarakat tersebut. Masyarakat Madura (baca: Jaddung) yang masih dikenal memegang erat agamanya, pun menyisakan dilema yang tampil kontradiksi antara ajaran Islam (formal dan substansi) dengan sikap sosiokultural dalam praksis keberagamaannya. Dalam narasi pembacaan Burdah, ritual agama dan sikap tindakannya mengindikasikan adanya deviasi pemahaman keberagamaan mereka. Hal ini pula “tampaknya” melahirkan sakralitas harapan terhadap kehidupan atau kematian. Kegelisahan tersebut dikaji dengan analisis Heremeneutika Gadamer. Fokus studi menusuk pada proses keberadaan pembacaan Burdah, pemaknaan tradisinya, dan teologi harapan masyarakat Jaddung. Hasil penelitian di Jaddung menunjukkan, bahwa pemaknaan tradisi Burdah di tengah perjalanannya mengalami pergeseran, dari pujian kepada pengobatan. Dalam perspektif Hermeneutika Gadamer, hal ini terjadi karena i) Burdah dibaca untuk penyakit ta`on pada 1960an, 1970an untuk penyakit tanpa sebab, 1980an untuk orang yang telah lama terbaring sakit. Sejak tahun ini, diduga kuat mulai terbentuk pemahaman masyarakat Jaddung, yaitu Burdah dibaca hanya untuk orang sakit sekarat. Pemahaman ini berlanjut hingga kini (2018), ii) tradisi Burdah diyakini sebagai solusi terakhir dalam pengobatan walau tanpa adanya sosialisasi pemahaman literatur Kasidah Burdah, keberlainan pemahaman tentang Burdah dimaknai sendiri oleh penafsir (baca: masyarakat) berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang, dan iii) dengan Burdah, ada harapan agar bisa menentukan nasib hidup atau mati orang sakit. Kata kunci: masyarakat, Burdah, dan Hermeneutika.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. Alim Roswantoro, S.Ag., M.Ag
Uncontrolled Keywords: masyarakat, Burdah, dan Hermeneutika.
Subjects: Islam dan Tradisi
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S2) > Filsafat Islam
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 04 Apr 2019 15:54
Last Modified: 04 Apr 2019 15:54
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34035

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum