SKEPTISISME AL-GHAZALI

JAJA NUJRJAMAN, NIM. 00510432 (2006) SKEPTISISME AL-GHAZALI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (SKEPTISISME AL-GHAZALI)
00510432 BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (11MB) | Preview
[img] Text (SKEPTISISME AL-GHAZALI)
00510432 BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (8MB)

Abstract

Di lihat dari fenomena yang ada kehidupan al-Ghazali merupakan pemikiran rasional murni, dalam artian dia menemukan rentetan pemikiran yang membuat fikirannya merasa terganggu, bahkan merasakan pahit getir akibat pertempuran panas. Pemikiran melompat, bergejolak dan membara, dalam artian masa al-Ghazali dipenuhi dengan berbagai implikasi yang membuat dirinya larut dalam ketidak pastian. Secara sepintas faktor-faktor yang menyebabkan dirinya larut dalam badai skeptis meliputi: golongan agama terpecah belah dalam berbagai agama, berbagai mazhab, dan aliran. Sedangkan masing-masing dari mereka bertahan bukan dengan akalnya, melainkan atas tendensi bertaqlid buta kepada nenek moyangnya. Kemudian golongan falsafah bertegang urat leher memegang pendiriannya karena semata-mata fanatik kepada nama-nama filosof yang mendahuluinya seperti Socrates, Hippokrates, Plato, Aristoteles, dan lainnya, dan menganggap bahwa orang-orang yang tidak mengemukakan nama-nama itu adalah bodoh, sebagaimana halnya orang-orang sekarang yang tergila-gila kepada teori-teori dan sarjana Barat. Dari hal itu al-Ghazali merasa bahwa apa yang mereka tapaki sudah keluar dari koridor yang ada dan perlu adanya klarifikasi agar tidak selamanya dalam kesesatan. Belum lagi adanya guncangan karena merasa kehilangan orang terpenting dalam hidupnya, sekaligus menjadi tonggak dalam pengaplikasian ajaran dan ilmunya. Seperti permaisuri yang berkuasa di Abbasiyah, suami Raja Malik syah yang terkenal adil dan bijaksana meninggal dunia karena penyakit. Kemudian pada tahun yang sama Perdana Menteri Nizham ai-Mulk sahabat akrab al-Ghazali meninggal karena dibunuh oleh seorang upahan pedagang garam di daerah dekat Nahawand. Belum lagi kering air mata karena meninggalnya kedua orang yang dicintainya itu, muncul lagi musibah yang ketiga, yaitu meninggalnya khalifah Abbasiyah. Dari peristiwa yang menyentuh hati ini, al-Ghazali merasa terpukul dan membebani pikirannya. Satu sisi mereka adalah orang-orang yang dekat dengan al-Ghazali sekaligus sebagai figur benteng pertahanan atas pengembangan apa yang diajarkan al-Ghazali, dalam artian mereka selalu berdiri di belakang al Ghazali dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan serta pembenahan dari berbagai konflik yang pada saat itu yang sangat memanas. Namun gejala skeptis yang mengindap pada diri ai-Ghazali mendapat solusi yang terbaik, dengan perjalanan panjang dan pencarian tanpa putus asa, al Ghazali menemukan muara pada tasawuf. Di sana al-Ghazali merasa bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah serta pencarian jati diri semuanya dapat terurai dengan baik.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Alim Ruswantoro, M,Ag
Uncontrolled Keywords: Skeptisisme, al-ghazali
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 25 Jul 2019 10:38
Last Modified: 25 Jul 2019 10:38
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36089

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum