HADIS-HADIS DISKRIMINASI AGAMA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Kajian Hermeneutika Hadis)

Muhammad Syachrofi, NIM: 17205010060 (2019) HADIS-HADIS DISKRIMINASI AGAMA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Kajian Hermeneutika Hadis). Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga.

Preview	Text (HADIS-HADIS DISKRIMINASI AGAMA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Kajian Hermeneutika Hadis)) 17205010060_BAB-I_V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (3MB) | Preview
	Text (HADIS-HADIS DISKRIMINASI AGAMA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Kajian Hermeneutika Hadis)) 17205010060_BAB-II_sampai_BAB-IV (2).pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (5MB)

Abstract

Diskriminasi agama merupakan problem sosial kemanusiaan yang dapat menghambat upaya merawat kerukunan antarumat beragama dan potensial menjadi penyebab terjadinya konflik. Selain bertentangan dengan prinsip HAM, diskriminasi juga tidak selaras dengan Islam yang raḥmah fī al-„ālamīn. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa salah satu faktor terjadinya diskriminasi, intoleransi, bahkan radikalisme agama, adalah kekeliruan dalam memahami teksteks keagamaan. Kasus penistaan agama oleh Ahok pada 2016 lalu, misalnya, diawali dari tindakan diskriminasi yang lahir dari pemahaman QS. Al-Mā‘idah [5]: 51 tentang larangan memilih pemimpin non-muslim. Selain al-Qur‘an, diskriminasi agama juga acap kali lahir dari pemahaman tekstual atas hadis-hadis Nabi. Oleh karena itu, penulis mengajukan beberapa pertanyaan: (1) apakah hakikat diskriminasi agama dalam hadis? (2) bagaimanakah bentuk-bentuk diskriminasi agama dalam hadis dan para ulama mensyarahi hadis-hadis tersebut? Dan (3) bagaimanakah reinterpretasi hadis-hadis tersebut dan implikasinya terhadap kerukunan umat beragama? Dengan demikian, maka obyek material penelitian ini adalah hadis-hadis Nabi yang secara lahiriah bernuansa diskriminatif terhadap umat agama lain, sedangkan obyek formalnya adalah teori fungsi interpretasi Jorge J.E. Gracia, yang terbagi kepada tiga fungsi yaitu fungsi historis, fungsi makna, dan fungsi implikasi. Diskriminasi agama dalam hadis maksudnya adalah teks-teks hadis yang secara lahiriah mengindikasikan adanya perlakuan tidak adil dan membedabedakan antara umat Islam dan umat agama lain di mana seharusnya setiap umat agama mendapatkan keadilan dan hak yang sama di mata sosial. Di antara hadisnya adalah (1) larangan mengucap salam kepada non-muslim; (2) mengusir non-muslim dari tanah Arab; dan (3) larangan bersahabat dengan selain orang Islam. Para ulama terdahulu mensyarahi hadis-hadis ini cenderung tekstual dan memandangnya sebagai syariat Islam tentang bagaimana seharusnya berinteraksi dengan setiap non-muslim. Namun, dengan analisis fungsi interpretasi Gracia, penulis menemukan bahwa larangan salam dan pengusiran pada kedua hadis tersebut tidak dialamatkan kepada seluruh non-muslim tetapi non-muslim tertentu saja, misalnya kepada non-muslim yang suka menghina Islam dan melanggar komitmen menjaga kerukunan umat beragama. Pada dasarnya salam mengandung dimensi budaya sehingga dapat menjadi mediator dalam menjalin komunikasi yang baik antarumat beragama. Sedangkan pada hadis pengusiran terdapat dimensi politik, di mana Nabi menyampaikannya berperan sebagai kepala negara sehingga melahirkan kebijakan atau strategi untuk menjaga stabilitas negara dari pengkhianatan dan pemberontakan. Sementara hadis terakhir, yaitu larangan berteman dengan non-muslim, penulis temukan bahwa hadis ini mengandung magzā etika dalam berteman dan memilih teman. Dalam sebuah pertemanan yang paling penting adalah kejujuran, kepercayaan, rasa aman dan ketenangan, bukan identitas atau latar belakang keagamaan. Dengan demikian, hadis-hadis yang secara tekstual bernuansa diskriminatif atau berpola negatif lainnya mesti dipahami secara kontekstual karena hadis-hadis tersebut pada umumnya bersifat kasuistik.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item