HERMENEUTIKA AL-QUR’AN KYAI MISHBAH MUSTHAFA: FUSI HORIZON DAN SUBJEKTIVITAS-OBJEKTIVITAS DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN

Lanal Mauludah Zuhrotus Salamah, S.Th.I, NIM: 1620010026 (2019) HERMENEUTIKA AL-QUR’AN KYAI MISHBAH MUSTHAFA: FUSI HORIZON DAN SUBJEKTIVITAS-OBJEKTIVITAS DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN. Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (HERMENEUTIKA AL-QUR’AN KYAI MISHBAH MUSTHAFA: FUSI HORIZON DAN SUBJEKTIVITAS-OBJEKTIVITAS DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN)
1620010026_BAB I_BAB V_DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (10MB) | Preview
[img] Text (HERMENEUTIKA AL-QUR’AN KYAI MISHBAH MUSTHAFA: FUSI HORIZON DAN SUBJEKTIVITAS-OBJEKTIVITAS DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN)
1620010026_BAB II_BAB III_BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Penelitian tesis ini bermaksud memberikan kontribusi metodologis di bidang kinerja penafsiran Kyai Mishbah Musthafa dengan menjelaskan cara kerja hermeneutik yang beliau gunakan pada kedua karya tafsirnya, Tafsir Al-Iklīl fī Ma‘āni at-Tanzīl dan Tafsīr Tãj al-Muslimīn Min Kalãmi Rabbi al-‘Ãlamīn. Penulis menggunakan teori fusi horizon Gadamer, yaitu pemahaman sejati yang mampu membuat kita mendapatkan kembali konsep-konsep masa lalu secara sedemikian rupa, sehingga pemahaman kita (secara otomatis) juga berisi tentang mereka. Teori ini berfungsi untuk mempertemukan horizon penafsir dan horizon teks, sehingga seorang penafsir dapat menentukan sudut pandang pribadinya, sekaligus mengutarakan maksud yang tertuang dalam teks. Berdasarkan teori fusi horizon Gadamer, penulis menemukan tarik menarik antara subjektivitas dan objektivitas Kyai Mishbah dalam kedua kitab tafsirnya. Pada satu sisi Kyai Mishbah berusaha bersikap objektif terhadap penafsirannya, namun pada sisi lain beliau tidak mampu melepaskan unsur-unsur subjektivitasnya pada kedua penafsirannya. Kyai Mishbah ingin bertahan kepada riwayat-riwayat yang otoritatif, tetapi tidak bisa berlepas dari pendapat-pendapat pribadi. Beliau menginginkan seluruh tafsirnya riwayat, tapi tidak bisa berlepas dari rasio (ra’yi), dan beliau menginginkan tafsirnya tekstualis, tetapi tidak bisa berlepas dari konteks. Hal itu dapat kita lihat dari: 1) ambiguitas penggunaan klaim “tafsir” oleh Kyai Mishbah pada dua karya tafsirnya. 2) klaim Kyai Mishbah yang berusaha menjauhkan diri dar tafsĩr bi ar-ra’yi (tafsir dengan rasio), tetapi justru terdapat banyak rujukan tafsir-tafsir bi ar-ra’yi dalam rujukan tafsir-tafsirnya. 3) Kyai Mishbah mengklaim hadis-hadis rujukan yang ia gunakan sebisa mungkin merupakan hadis şahih dan hasan, bukan hadis da’if. Tetapi penulis menemukan rujukan penafsiran Kyai Mishbah mengandung hadis yang masuk dalam kriteria da’if, dan penggunaannya terkesan subjektif dan dipaksakan. 4) pada satu penafsiran Kyai Mishbah mengatakan taqlid kepada salah satu imam mazhab empat atau kepada seluruhnya merupakan perilaku ijtihadiyah, pada penafsiran yang lain ia mengatakan bahwa mengikuti salah satu imam mazhab empat merupakan perilaku yang keliru, karena bertenangan dengan tuntunan Allah dan NabiNya. Hal itu pula yang terjadi pada penafsiran Kyai Mishbah mengenai KB, MTQ dan pengeras suara, yang secara tidak

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. Sunarwoto, MA., Ph.D.
Uncontrolled Keywords: Hermeneutika, Mishbah Musthafa, Fusi Horizon, dan Subjektivitas- Objektivitas
Subjects: Tafsir Al-Qur'an > Tafsir Al Qur'an - Metode
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Hermeneutika Al Qur'an
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 19 Oct 2020 10:37
Last Modified: 19 Oct 2020 10:37
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38652

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum