FLEKSIBILITAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN PERSPEKTIF MUḤAMMAD SYAḤRŪR (Analisis Terhadap Penafsiran Muḥammad Syaḥrūr dalam Q.S. an-Nisā Ayat : 11)

Eri Nur Shofi’i, NIM. 17200010108 (2019) FLEKSIBILITAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN PERSPEKTIF MUḤAMMAD SYAḤRŪR (Analisis Terhadap Penafsiran Muḥammad Syaḥrūr dalam Q.S. an-Nisā Ayat : 11). Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (Syarif Bahaudin Mudore, S. Hum., NIM. 17200010054 (2019) FRAGMENTASI DAN KONTESTASI ULAMA DALAM PERANG SURIAH.)
17200010108_BAB-I_V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (6MB) | Preview
[img] Text (Syarif Bahaudin Mudore, S. Hum., NIM. 17200010054 (2019) FRAGMENTASI DAN KONTESTASI ULAMA DALAM PERANG SURIAH.)
17200010108_BAB-II_III_IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Selama ini konsep mengenai ayat waris dinilai oleh para ulama klasik sebagai ayat yang qaṭ’iyyah ad-dilālah, yakni ayat-ayat yang mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami makna lain darinya. Namun bagi Muḥammad Syaḥrūr, ayat tentang waris tersebut masih sangat memungkinkan terbukanya ruang ijtihad yang seluas-luasnya selama masih berada di antara batas-batas hukum Allah. Dengan demikian, menurutnya pembagian waris tidaklah mutlak harus sesuai dengan redaksi ayat secara tekstual sebagaimana yang dipahami oleh para ulama klasik. Artinya dalam hal pembagian harta waris Syaḥrūr menawarkan cara yang fleksibel dengan teori ḥudūd yang ia cetuskan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi fleksibilitas pembagian harta warisan perspektif Muḥammad Syaḥrūr, asumsi dasar Muḥammad Syaḥrūr, sehingga ia mebuat penafsiran yang berbeda, dan implikasi penafsiran Muḥammad Syaḥrūr tentang ayat waris terhadap penafsiran ulama klasik. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, menurut pandangan Syaḥrūr, dalam pembagian harta warisan terdapat batasan-batasan tertentu di mana tidak selamanya laki-laki mendapatkan bagian harta waris dua kali lipat dari bagian perempuan (2:1). Dalam kondisi tertentu, bagian perempuan bisa bertambah besar mendekati prosentase bagian laki-laki sesuai dengan seberapa banyak ia terlibat dalam mencari nafkah dan juga sesuai dengan tuntutan ruang dan waktu dalam sejarah. Kedua, asumsi dasar atau pijakan Syaḥrūr dalam meletakkan ayat tentang pembagian harta warisan sebagai ayat yang fleksibel dan masih terbukanya ruang ijtihad yang seluas-luasnya selama masih berada di antara batas-batas hukum Allah (ḥudūd Allah). Artinya Syaḥrūr berbeda pandangan dengan ulama klasik yang menganggap bahwa ayat tentang pembagian harta warisan bersifat qaṭ’iyyah ad-dilālah. Syaḥrūr mengistilahkannya dengan ṡubūt an-naṣ wa taghāyur al-muhtawā. Dalam arti, Alquran itu teksnya tetap, akan tetapi kandungan makna teksnya dapat berubah. Ketiga, dengan teori ḥudūdnya, Syaḥrūr telah melakukan pergeseran paradigma pemikiran yang sangat fundamental. Karena selama ini, konsep mengenai ayat waris yang dinilai oleh para ulama klasik sebagai ayat yang bersifat qaṭ’iyyah ad-dilālah, yakni ayat-ayat yang mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami makna lain darinya, namun konsep tersebut tidak berlaku bagi Syaḥrūr.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim, S.Ag., M.Ag.
Uncontrolled Keywords: flesibilitas, ayat waris, muḥammad syaḥrūr.
Subjects: Hukum Islam > Kewarisan Islam
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Hermeneutika Al Qur'an
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 20 Oct 2020 09:04
Last Modified: 20 Oct 2020 09:04
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38663

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum