Keikhlasan di Balik Ramadan dan Covid-19

TULUS MUSTOFA Keikhlasan di Balik Ramadan dan Covid-19. Kedaulatan Rakyat.

[img]
Preview
Text (Keikhlasan di Balik Ramadan dan Covid-19)
kr-8.pdf

Download (3MB) | Preview

Abstract

KATA ikhlas merupakan salah satu kata serapan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab. Dalam kajian semantic dan sosiolinguistik, kata ikhlas termasuk yang mengalami pergeseran makna dari kata asalnya dalam bahasa Arab. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata ikhlas mempunyai arti bersih hati; tulus hati. Ketika dalam bentuk aktif menjadi kata mengikhlaskan mempunyai arti memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati dan merelakan. Sementara ketika dalam bentuk kata keikhlasan mempunyai arti ketulusan hati; kejujuran dan kerelaan. Secara terminologi, kata ikhlas dalam bahasa Arab berarti bersih dan jernih. Hal ini tergambar dalam firman Allah dalam surat an- Nahl ayat 66 "labanan khalisan, susu yang bersih dan jernih. Sedang dalam ajaran Islam arti ikhlas adalah ketika seseorang beramal semata- mata hanya karena Allah, bersih dari kepentingan duniawi, tidak terkontaminasi sedikitpun dengan kepentingan pribadi. Keikhlasan seperti ini adalah buah dari kesempurnaan tauhid yang berarti mengesakan Allah dalam setiap beribadah. Kontra dari ikhlas adalah riyaa', yaitu beramal dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan orang lain di mana hal ini termasuk dalam kategori perbuatan syirik (menyekutukan Tuhan), sebagaimana dikatakan oleh sahabat Syadad bin Aus bahwa kami pada zaman Rasulullah SAW menganggap bahwa riyaa' adalah syirik kecil, yang dampaknya menghilangkan semua pahala dari suatu ibadah tersebut. Di antara tanda keikhlasan seseorang dalam beramal adalah lebih senang beramal secara diam-diam daripada beramal dengan hiruk-pikuk publikasi dan gegap gempitanya popularitas. Puasa Ramadan yang dilakukan selama satu bulan merupakan sarana yang disediakan Allah untuk meraih derajat ikhlas yang paling efektif, karena puasa seseorang hakekatnya tidak ada yang tahu kecuali Allah dan dirinya dan karena karakteristik puasa yang demikianlah ibadah puasa mempunyai posisi yang istimewa di hadapan Allah SWT dibanding dengan amal yang lainnya. Jika pahala amal kebaikan pada umumnya berlipat sepuluh sampai tujuh ratus lipatan, maka pahala puasa unlimited tanpa batas sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi bahwa: ÓPuasa itu untukKU dan AKU yang akan membalasnyaÓ. Dalam suasana pandemic Covid-19 di mana beberapa ibadah di bulan Ramadan yang dalam kondisi normal biasanya dilakukan bersama-sama di jid seperti salat tarawih, buka puasa bersama, tadarus Alquran, saat ini tidak bisa dilakukan. Sebenarnya ini juga peluang untuk memperkuat keikhlasan dalam beribadah. Pembatasan sementara ibadah bersamasama di masjid seharusnya tidak mengurangi semangat ibadah dengan tetap melakukannya di rumah masing-masing, bahkan mempunyai nilai tambah dengan menguatkan kekokohan keluarga dalam beribadah bersama yang selama ini mungkin jarang dilakukan, maka orang Islam sebenarnya sedang diberi peluang besar melebihi peluang pada Ramadan-Ramadan sebelumnya dalam meraih ketakwaan yang intinya pada keikhlasan. Akan tetapi jika hanya karena terhalang sementara melakukan ibadah bersama-sama di masjid mengendorkan melaksanakannya di rumah masing-masing dan tidak memanfaatkannya untuk memperkokoh ketahanan keluarga, maka peluang emas ini menjadi sia-sia, tidak jauh berbeda dengan sebagian masyarakat muslim yang semangat beribadah di masjid ketika dalam kondisi normal hanya beberapa hari di awal Ramadan atau semangat beribadah sepanjang bulan Ramadan. Begitu Ramadan berlalu, berlalu pula kegiatan beribadah. Dengan demikian Ramadan dalam pandemi Covid-19 hakekatnya peluang terbaik untuk mendapatkan ketinggian keikhlasan seseorang dalam beribadah bukan sebaliknya. Bangsa ini telah berhutang budi dengan para pahlawan yang dalam berjuang penuh keikhlasan, hanya mengharap pahala dari Allah , maka saat ini bangsa ini sangat membutuhkan model manusia yang juga selalu berjuang dengan keikhlasan yang tinggi juga hanya mengharap pahala dari Allah lulusan madrasah Ramadan. Semoga. Amien. (*)-f Dr Tulus Musthofa Lc MA Ketua MUI DIY Bidang Dakwah, SDM, Budaya dan Seni, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Item Type: Article
Subjects: Masalah Sosial
Divisions: Artikel (Terbitan Luar UIN)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 10 Jul 2020 15:28
Last Modified: 10 Jul 2020 15:28
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39675

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum