KESETARAAN JENDER DALAM PEMIKIRAN AMINA WADUD DAN SITI MUSDAH MULIA

Sulaiman, 02361493 (2006) KESETARAAN JENDER DALAM PEMIKIRAN AMINA WADUD DAN SITI MUSDAH MULIA. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (KESETARAAN JENDER DALAM PEMIKIRAN AMINA WADUD DAN SITI MUSDAH MULIA)
02361493_BAB I_BAB V_DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (KESETARAAN JENDER DALAM PEMIKIRAN AMINA WADUD DAN SITI MUSDAH MULIA)
02361493_BAB II_BAB III_BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Persoalan jender merupakan masalah yang kondisional sifatnya, karena pada kondisi tertentu masalah jender yang ada dalam agama tidak terlalu dipermasalahkan, tapi dikondisi yang lain dan tempat yang berbeda, masalah jender sempat krusial sekali. Pada jaman Nabi SAW dan pada jaman sahabat, Tabi'in, Tabi'it- tabiin, dan pada jaman Imam Mazhab, masalah jender tidak terlalu menjadi masalah dan perempuan masa itu tidak mempermasalahkannya. Karena mereka sudah merasa terlindungi dengan aturan-aturan yang dibuat pada waktu itu. Setelah Islam berkembang dan merambah ke negeri Barat dan Eropa, sedangkan di sana terjadi perbudakan dan penindasan terhadap kaum perempuan perempuan dan anak dijadikan buruh di pabrik-pabrik, sehingga terjadi suatu gerakan revolusi di Perancis dan Inggris, maka muncullah di kalangan perempuan gerakan emansipasi wanita. Akhirnya gerakan ini mengalami banyak perubahan dan akhimya sampailah pada era sekarang dimana perempuan ingin bebas bergerak dengan seluas-luasnya. Setiap ada hukum yang banyak melarang, mengikat kebebasan wanita dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Akhirnya sebuah kitab suci pun dicari celah-celahnya untuk dijadikan obyek kajian dalam membebaskan kaum perempuan. Inilah yang mungkin menyebabkan termotivasinya Amina Wadud untuk lebih jauh berjuang di dalam pembebasan hak-hak perempuan dengan metode tafsir yang digunakannya, sedangkan Siti Musdah lebih melihat kepada permasalahan di dalam produk hukum yang dianggapnya belum banyak melindungi hak-hak perempuan bahkan ada yang merugikan perempuan Dikarenakan kajian ini bersifat histories maka pendekatannya melalui konteks sosial dan budaya. Dengan sedikit melakukan perbandingan tentang sumber dan cara pendekatan serta pola argumentasi dasar, menjadikan penelitian ini sedikit bernuansa epistemology. Berdasarkan analisis yang digunakan maka nampaklah perbedaan dari arah perjuangan kedua tokoh tersebut di dalam masalah jender ini Amina Wadud yang mempermasalahkan tafsir- tafsir klasik juga berangkat dari mengaji ayat-ayat yang menyatakan keselarasan antara laki-laki dengan perempuan. Sedangkan Siti Muzdah selain mengoreksi tafsir-tafsir klasik dan prodak fiqh, juga mengangkat isu persamaan dalam penerapan keagamaan dan hukum Islam. Selain mengungkapkan sumber-sumber pokok yang menjadi masalah dan corak pemikiran keduanya, dalam penyusunan ini juga dapat dilihat relevansi kedua pendapat tokoh tersebut terhadap peran perempuan di Indonesia. Pada akhirnya ditemukan bahwa keselarasan dan peran perempuan memang sudah ada dari dulu, namun untuk konteks Indonesia lebih tepat apa yang ditawarkan oleh Siti Musdah Mulia, bahwa perempuan barus menggalang persatuan, dan menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan keselarasan menjadikan perempuan Indonesia dan menjadikan perempuan sebagai subvek dan mitra dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara,

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Agus Moh. Najib, S.Ag., M.Ag.
Uncontrolled Keywords: Gender , Amina Wadud , Siti Musdah Mulia
Subjects: Gender
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzab (S1)
Depositing User: Dra Irhamny - pustakawan
Date Deposited: 29 Nov 2020 09:05
Last Modified: 29 Nov 2020 09:05
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41395

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum