TRADISI UPACARA LABUHAN DI GUNUNG MERAPI PADA MASA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX

YULI ASTUTI - NIM. 96121855, (2010) TRADISI UPACARA LABUHAN DI GUNUNG MERAPI PADA MASA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (TRADISI UPACARA LABUHAN DI GUNUNG MERAPI PADA MASA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX)
BAB I,V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (TRADISI UPACARA LABUHAN DI GUNUNG MERAPI PADA MASA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX)
BAB II,III,IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (479kB)

Abstract

Kepercayaan masyarakat Jawa tentang roh dan kekuatan ghaib telah ada sejak dahulu sejak zaman pra sejarah. Nenek moyang mereka percaya bahwa semua benda yang ada di sekelilingnya itu bernyawa dan semua yang bergerak itu hidup serta mempunyai kekuatan ghaib dan mempunyai watak baik dan buruk dan mereka juga beranggapan bahwa semua roh yang ada terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia, maka dari itu untuk menghindari roh jahat mereka menyembahnya dengan jalan mengadakan upacara dengan sesaji. Labuhan artinya sama dengan larung atau membuang sesuatu di dalam air (sungai atau laut) atau memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat. Labuhan di Gunung Merapi adalah salah satu upacara yang diselenggarakan secara rutin oleh Kraton Yogyakarta dan diadakan sekali dalam setahun. Upacara ini di selenggarakan setiap sehari sesudah upacara tingalan Dalem (ulang tahun kelahiran raja). Upacara Labuhan ini tetap dilakukan sampai saat ini dengan maksud memohon keselamatan dari segala makhluk halus yang ada di Pulau Jawa untuk keselamatan pribadi Sri Sultan, Karaton Yogyakarta dan rakyat Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh, yang menjadi nara sumbernya adalah pelaku upacara dan tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan upacara sehingga data yang didapat berupa sejarah lisan. Metode Dokumentasi di perlukan di sini untuk pengumpulan sumber tertulis dan merupakan sumber primer dan sekunder dan juga menggunakan metode Observasi Langsung yaitu pengamatan langsung yang dilakukan untuk memperoleh fakta nyata tentang upacara labuhan di Gunung Merapi dengan cara mengamati dan juga melakukan pencatatan. Dari kajian ini dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi upacara labuhan sudah lama dilakukan sejak Panembahan Senopati naik tahta sebagai Raja Mataram dan untuk labuhan di Gunung Merapi pada hakekatnya untuk tujuan balas jasa dan persembahan kepada roh leluhur dan juga untuk keselamatan raja, kraton dan rakyat Yogyakarta.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: Drs. Dudung Abdurahman, M.Hum
Uncontrolled Keywords: Labuhan, sesaji, Gunung Merapi, upacara, Kraton Yogyakarta
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 07 Oct 2013 10:40
Last Modified: 22 Dec 2016 10:06
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4625

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum