ISLAMIC PERSPECTIVE ON THE NATION-STATE : POLITICAL ISLAM IN POST-SOEHARTO INDONESIA

AZRA, AZYUMARDI (2001) ISLAMIC PERSPECTIVE ON THE NATION-STATE : POLITICAL ISLAM IN POST-SOEHARTO INDONESIA. Al Jamiah, Vol.39 (No.2). pp. 292-309. ISSN 2338-557X

[img]
Preview
Text (ISLAMIC PERSPECTIVE ON THE NATION-STATE : POLITICAL ISLAM IN POST-SOEHARTO INDONESIA)
02. AZYUMARDI AZRA - ISLAMIC PERSPECTIVE ON THE NATION-STATE POLITICAL ISLAM IN POST-SOEHARTO INDONESIA.pdf - Published Version

Download (6MB) | Preview

Abstract

Paper ini menyoroti hubungan antara Islam dan negara setelah runtuhnya rezim Soeharto. Masa transisi ini ditandai dengan menguatnya kembali Islam politik. Kelompok-kelompok Muslim radikal bermunculan seperti Lasykar Jihad, Front Pembela Islam, Hizb al-Tahir, Angkatan Mujahidin Indonesia, dsb. yang mendukung dinerlakukannya sistem kekhalifahan Islam di Indonesia. gerakan-gerakan ini menuntut perubahan sistem pemerintahan sekuler dan bentuk negara-bangsa menjadi negara Islam yang lebih dikenal dibanding khilafah. Meski demikian, menurut penulis para pendukung sistem kekhalifahan ini telah gagal untuk membedakan antara kekhalifahan yang murni dan asli pada masa kekhalifahan Khulafa al-Rasyidin dan kerajaan despotik Umayyah, Abbasiyah, dan Turki Usmani. Para intelektual Muslim sendiri seperti RAsyid Ridha DAN AL-Mawdudi berbeda pandangan mengenai sistem kekhalifahan. Lebih lanjut, penulis menelusuri jejak sejarah hubungan Islam dan negara. Perdebatan mengenai dasar negara Indonesia sudah diperdebatkan secara akademis menjelang dan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pertentangan antara kubu Islam dan nasionalis sekuler mengenai hal negara sekuler dan juga bukan negara agama dengan mendasarkan pada Pancasila yang menempatkan agama (tidak hanya Islam) dalam kedudukan yang terhormat. Namun, kelompok Muslim yang tidak puas dengan kompromi ini memanggul senjata untuk mendirikan negara Islam. Salah satu kelompok tersebut adalah gerakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang bergerilya di daerah Jawa Barat, Aceh dan Sulawesi Selatan. Gerakan ini dapat dipadamkan rezim Soekarno. Sejak saat itu sampai pada rezim Soeharto, politik Islam sangat ditekan dan dimusuhi serta tidak diberi ruang dan kesempatan untuk bangkit kembali. Kini, seiring dengan keterbukaan dan kebebasan yang diperoleh bangsa Indonesia untuk melontarkan ide dan gagasannya, muncul partai-partai dan gerakan militan Islam. Namun, partai Islam ini juga tela gagal karena secara keseluruhan memperoleh kurang dari 50% bahkan lebih kecil dari suara partai-partai ISlam yang diperoleh pemilu demokratis taun 1955. Penulis kemudian mengemukakan analisa mengenai penyebab kegagalan partai Islam. Nampaknya, penulis memprediksi bahwa suara untuk partai-partai Islam tidak akan beranjak banyak bahkan mungkin merosot, karena umat Islam Indonesia cenderung melaksanakan Islam Substantif daripada Islam Formalistik. Dengan maraknya gerakan-gerakan Islam di Indonesia yang seringkali diwarnai dengan kekerasan baik antar maupun intern umat, bagaimana prospek demokratisasi di Indonesia.b

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Islamic, Perspective, Nation State, Political, Islam, Post Soeharto, Indonesia
Subjects: Al Jamiah Jurnal
Politik Islam
Divisions: Jurnal > 4. Al Jami’ah
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 04 Apr 2013 16:42
Last Modified: 17 Nov 2017 14:10
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/564

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum