METODE PENELITIAN BERPERSPEKTIF GENDER TENTANG LITERATUR ISLAM

NASARUDDIN UMAR, (2008) METODE PENELITIAN BERPERSPEKTIF GENDER TENTANG LITERATUR ISLAM. /Jurnal/Al-Jamiah/Al-Jamiah No. 64-XII Th. 1999/.

[img]
Preview
Text
09. NASARUDDIN UMAR - METODE PENELITIAN BERPERSPEKTIF GENDER TENTANG LITERATUR ISLAM.pdf - Accepted Version

Download (12MB) | Preview

Abstract

Literatur klasik Islam umumnya disusun di dalam perspektif budaya androsentris, ketika laki-laki menjadi ukuran segala sesuatu i(man is the measure of all things)./i Literatur itu hingga kini masih dterima sebagai kitab suci ketiga setelah Al-Quran dan Hadits. Konsep-konsep yang ada di dalamnya seolah-olah memiliki kekuatan dalam i(inner poweal-shirfab)/i yang memalingkan perhatian bagi orang yang hendak meninggalkannya. Kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab Fiqih yang berjilid-jilid, yang disusun ratusan tahun lalu kini terus dicetak ulang, bahkan di antaranya dicetak melebihi kitab-kitab kontemporer. Berbeda dengan literatur-literatur lain seperti di bidang sains dan ilmu-ilmu sosial, banyak sekali karya-karya klasik yang briliant tetapi sudah ditenggelamkan oleh karya-karya modern-kontemporer. Jadi karya-karya tersebut tidak bisa dibandingkan dengan iWhot is the Nime-/inya Shakespire yang kini dimusiumkan di perpustakaan. Literatur-literatur klasik Islam, jika diukur di dalam ukuran modern, banyak diantaranya dapat dinilai sangat bias jender. Kitab-kitab Tafsir klasik yang mutabar sejauh penelitian penulis tidak ada yang tidak bias jender, apalagi kitab-kitab Fikih. Para penulisnya tidak bisa disalahkan karena ukuran keadlian jender i(gender equality)/i tentu saja mengacu pada persepsi relasi jender menurut kultur masyarakatnya. Mengkaji teks literatur klasik tidak bisa dipisahkan dengan rangkaian kesatuan yang koheren, terutama antara penulis dan latar belakang sosial budayanya. Wawasan historisme dan historiografi tidak bisa dikesampingkan dalam pembacaan teks-teks klasik. Disinilah relevansi metode hermeneutika yang berupaya mendekati sebuah teks dengan teks masa silam. Kehadiran literatur-literatur Islam klasik tentu merupakan suatu kekayaan luar biasa dalam dunia Islam. Itulah sebabnya sejarah intelektual dunia Islam tidak pernah terjadi distorsi sebagaimana yang pernah dialami bangsa lain. Namun, literatur-literatur tersebut perlu diposisikan agar umat Islam tidak menganggapnya sebagai karya final yang bebas dari kelemahan. Kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan sosial harus dijadikan sarana dalam membaca ulang literatur klasik Islam. Para penulis kitab-kitab klasik sesungguhnya tidak pernah menyatakan karyanya untuk dijadikan sebagai mazhab resmi, yang berlaku sepanjang masa. Bahkan di antara mereka dengan penuh tawadlu menyatakan: ini pendapat pribadi saya, bisa salah bisa benar. Gerakan pembaharuan dalam Islam mestinya tidak melakukan penghujatan dan penyingkiran terhadap literatur klasik karena hal demiian sama bahayanya dengan mengkultuskan kitab kuning. Yang diperlukan sekarang adalah membangun sintesa antara Kitab Suci, Literatur Klasik, dan sains modern. b

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Metode, Penelitian, Perspektif, Gender, Literatur, Islam
Subjects: Al Jamiah Jurnal
Divisions: E-Journal
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 15 Apr 2013 21:00
Last Modified: 26 Sep 2016 08:45
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/590

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum