ETIKA IKHWÂN AL-SHAFÂ’

Kodirun, S.Ag., NIM. 03212405 (2007) ETIKA IKHWÂN AL-SHAFÂ’. Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (ETIKA IKHWÂN AL-SHAFÂ’)
BAB I, V.pdf - Published Version

Download (387kB) | Preview
[img] Text (ETIKA IKHWÂN AL-SHAFÂ’)
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Ikhwan al-Shafa’, sebuah perkumpulan persaudaraan yang muncul pada abad ke-10 M/4 H di kota Bashrah, Irak telah memberikan kontribusi yang cukup berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Sebuah karya ensiklopedik Rasâil Ikhwân sl-Shafâ’ yang terdiri dari 51 risalah (epistels) yang mereka tulis masih bisa dibaca sampai saat ini. Di dalamnya berisi berbagai ragam cabang keilmuan yang populer pada masanya termasuk tentang etika. Titik pokok etika Ikhwân al-Shafâ’ adalah kebahagiaan (eudamonia atau al-sa‘âdah), di mana secara nyata mereka mengarahkan semua manusia dan anggota mereka khususnya agar dapat meraih kebahagiaan tersebut. Dalam hal ini mereka sangat dipengaruhi oleh para pemikir Yunani masa awal seperti Plato, Aristoteles, Sokrates, dan lain-lain. Untuk meraih kebahagiaan ini manusia pertama-tama harus bisa menyadari dirinya yang tidak hanya terdiri dari dimensi fisik semata yang bersifat zahir, tatapi manusia juga memiliki dimensi batin yang disebut dengan jiwa (al-nafs atau ame). Jiwa manusia yang memiliki potensi kebinatangan dan sekaligus kemalaikatan harus terus dilatih sampai akhirnya benar-benar bisa mengejawantahkan nilai-nilai positif yang ada di dalam dirinya dalam kehidupan nyata. Untuk meraih kebahagiaan yang ideal, kebahagiaan di dunia dan akhirat, manusia harus menyadari posisinya sebagai hamba Tuhan. Selanjutnya ia mau membersihkan jiwanya yang rendah dengan merealisasikan berbagai macam perilaku etis yang terhimpun dalam beragam keutamaan (al-fadlîlah) seperti iman dan ilmu, sabar, tawakkal, ikhlas, rida, harap-harap cemas, hidup asketis (zuhud), serta taubat dan doa dalam dataran pribadi sebagaimana yang biasa ditempuh oleh para sufi, dan dengan sikap saling tolong menolong merasa satu jiwa dengan sesama dalam dataran kehidupan sosial untuk mewujudkan satu masyarakat ideal yang disebut dengan al-madînah al-rûhâniyah (kota spiritual), sebuah konsep kota yang bisa jadi diinspirasikan dari gagasan Al-Fârâbî tentang al-madînah al-fâdlilah (kota utama). Dari pemikiran etika Ikhwân al-Shafâ’ tersebut di atas yang cenderung ingin memadukan antara model rasional Mu‘tazilah dengan model tasawuf dalam perilaku (suluk), selanjutnya kajian ini diarahkan pada bagaimana pemikiran etika ini bisa direalisasikan dalam dunia modern sekarang ini. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan perilaku manusia modern yang memrihatinkan, yaitu manusia yang sudah tidak lagi memerhatikan dimensi batiniahnya yang sebenarnya menjadi pokok kemanusiaan itu sendiri. Yaitu manusia modern yang sangat dipengaruhi oleh pandangan dunia yang materialistis yang segala sesuatunya, termasuk kebahagiaan, diukur dengan banyaknya materi yang diraih dan diukur dengan kesenangan fisik yang bersifat sementara. Di sela-sela hiruk pikuk modernitas seperti itulah kemungkinan etika Ikhwân al-Shafâ’ masih bisa difungsikan untuk mengembalikan manusia pada keadaan yang sebenarnya yaitu manusia yang memiliki dimensi zahir dan batin, manusia yang memiliki bentuk fisik dan sekaligus bersifat ruhani (spiritual). Jika ini terealisir maka problem-problem manusia modern bisa jadi bisa teratasi.[]

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Dr. Syaifan Nur, M.A.
Uncontrolled Keywords: IKHWAN AL-SHAFA
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Agama dan Filsafat
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 28 Jan 2013 17:28
Last Modified: 15 Apr 2015 08:19
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6830

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum