TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DOI' MENRE' DALAM PERNIKAHAN ADAT BUGIS DI JAMBI ( STUDI KASUS DI DESA SIMBUR NAIK, KEC. MUARO SABAK KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR, JAMBI )

IDRUS SALAM - NIM. 03350014, (2008) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DOI' MENRE' DALAM PERNIKAHAN ADAT BUGIS DI JAMBI ( STUDI KASUS DI DESA SIMBUR NAIK, KEC. MUARO SABAK KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR, JAMBI ). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DOI’ MENRE’ DALAM PERNIKAHAN ADAT BUGIS DI JAMBI ( STUDI KASUS DI DESA SIMBUR NAIK, KEC. MUARO SABAK KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR, JAMBI ))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DOI’ MENRE’ DALAM PERNIKAHAN ADAT BUGIS DI JAMBI ( STUDI KASUS DI DESA SIMBUR NAIK, KEC. MUARO SABAK KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR, JAMBI ))
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (821kB)

Abstract

Perkawinan merupakan salah satu sendi kehidupan masyarakat yang tidak dapat lepas dari tradisi yang telah dimodifikasi agar sesuai dengar ajaran yang mereka anut. Seperti adat sudah menyatu bagi masyarakat yang juga ikut berperan aktif dalam mengatur tentang perkawinan. Secara spesifik, praktis adat ini dapat ditemukan dalam perkawinan. Doi' menre'adalah ketentuan adat yang mensyaratkan seorang suami harus memberikan suatu pemberian kepada seorang perempuan yang jumlahnya sesuai dengan kesepakatan antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan di samping kewajibannya untuk memberikan mahar sebagaimana yang diatur dalam Islam. Melihat persoalan di atas, timbul kesan bahwa ada dua kewajiban yang mesti dilakukan oleh calon suami kepada calon istri yaitu kewajiban memberi pemberian adat yang dikenal dengan istilah doi' menre' dan kewajiban untuk memberikan mahar sebagaimana yang disyari'atkan dalam Islam. Secara sepintas hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam atau setidak-tidaknya menyulitkan masyarakat Bugis di dalam melaksanakan perkawinan, padahal Islam hanya mensyaratkan mahar tidak lebih dari itu. Penelitian mengenai doi' menre' ini semakin memilki relevansi karena sampai sekarang di masyarakat Bugis, tepatnya di Desa Simbur Naik. Praktek doi' menre' dalam perkawinan adat Bugis masih terus berlangsung meskipun banyak mendapat pengaruh budaya dari luar dan struktur masyarakat yang sudah berubah Penelitian ini menggunakan metode purpossive sampling yang datanya diperolah melalui wawancara secara langsung sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa doi' menre' adalah syarat bagi berlangsungnya akad nikah yang dipandang sebagai uang pesta dalam jumlah yang tidak mengikat. Persoalan doi' menre' dalam hukum Islam termasuk dalam hal yang tahsiniyyah walaupun menurut adat doi' menre' masuk dalam kategori syarat dalam pernikahan adat. Jadi adat dalam hal ini berada di bawah hukum syar'i dan sebuah syarat yang bisa membatalkan yang halal dalam syar'i tidak diterima. Oleh karena itu, hukum doi' menre' menurut hukum Islam adalah mubah (boleh) karena kedudukanya sebagai hibah.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing I : Drs. Ahmad Patiroy. MA., Pembimbing II : Drs. Supriatna. M.Si.
Uncontrolled Keywords: Pernikahan Adat Bugis
Subjects: Peradilan Islam
Peradilan Islam
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 22 May 2012 08:56
Last Modified: 29 Mar 2016 08:08
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/907

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum