TEGURAN AL-QURAN(AL- ‘ITAB) KEPADA NABI MUHAMMAD DALAM TAFSIR AL-TABARI DAN TAFSIR FI ZILAL AL-QUR 'AN

M. NURYASIN ASYAFI'I, NIM. 96532212 (2003) TEGURAN AL-QURAN(AL- ‘ITAB) KEPADA NABI MUHAMMAD DALAM TAFSIR AL-TABARI DAN TAFSIR FI ZILAL AL-QUR 'AN. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (TEGURAN AL-QURAN(AL- ‘ITAB) KEPADA NABI MUHAMMAD DALAM TAFSIR AL-TABARI DAN TAFSIR FI ZILAL AL-QUR 'AN)
BAB I. V.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text (TEGURAN AL-QURAN(AL- ‘ITAB) KEPADA NABI MUHAMMAD DALAM TAFSIR AL-TABARI DAN TAFSIR FI ZILAL AL-QUR 'AN)
BAB II. III. IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (3MB)

Abstract

Kajian tentang "Teguran al-Qur'an (ai- 'itab) Kepada Nabi Muhammad dalam Tatsir al-tabari dan tafsir fi zilal al-Qur'an" ini berusaha untuk mengetahui perbedaan maupun persamaanpenafsiran al-Tabari dan Sayyid Qutb, yang setting kehidupannya berbeda, terhadap ayat teguran kepada Nabi saw . Al-Tabari adalah mufasir yang hidup pada abad 9 M mewakili kalangan mufassir klasik dan tradisional. Sedangkan Sayyid Qutb sebagai mufassir yang hidup pada abad 20 M mewakili kalangan mufassir kontemporer.Perbedaan waktu hidup mereka yang begitu jauh sangat mcmungkinkan adanyaperbedaan pola pikir antara keduanya yang disebabkan oleh adanya pergeseran 'nilai dan peradaban dalam rentang waktu yang berbeda tersebut. Sehingga hal itu akan berpengaruh juga dalam penafsiran rnereka terhadap ayat-ayat teguran kepada NabiMuhammad saw .. Dari sini muncul permasalahan bagaimana keduanya menafsirkan ayat-ayat tersebut serta apa persamaan dan perbedaan antara kedua penafsiran dari sisi metode dan substansi penafsirannya. Dengan mengkomparasikan kedua penafsiran tersebut, maka dapat diketahui persarnaan maupun perbedaan antara keduanya. Baik dari sisi metode maupun substansi penafsirannya. Dari sisi metode penafsiran, keduanya sarna-sama menggunakan metode tahlili dan berusaha menggabungkan antara bentuk tafsir bi al-ma'surdan bi al-ars'y. Namun dalam penafsiran al-Tabari lebih dominan hi al-me'sur; penggunan rs'y hanya sebatas kajian dari sudut bahasa yang terkadang ia gunakan untuk menilai pendapat para ulama' yng juga didasarkan pada riwayat hadis. Corak penafsirannya temasuk corak me'snr. Sedangkan penafsiran Sayyid Qutb lebih dominan menggunakan ra'y, penggunaan riwayat hanya sebatas pada riwayat yang sudah terkenal di kalangan ulama dan masyarakat, corak penafsirannya termasuk adabi ijtime'I dan hstski. Hal itu berpengaruh pada substansi penafsiran mereka. Dati sisi substansi penafsiran keduanya sarna-sarna mengakui bahwa munculnya ayat 'itsb tersebut berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan Nabi. 'Ism sh Allah kepada heliau berlaku jika beliau hendak menyeleweng dati apa yang telah diwahyukan kepadanya. Namun penafsiran al-Tabari hanya menjelaskan pcrbuatan Nabi yang menjadi sebab beliau ditegur oleh Allah. Sedangkan penafsiran Sayyid Qutb lebih diarahkan kepada pemecahan problem masyarakat kontemporer, yaitu dengan penegakan keadilan (al-Nisa': 105), larangan memberikan takrim kepada orang munafik (al-Tesbah: 4), larangan untuk sombong, ujub, dan membangga-banggakan diri (Ali 'Imran: 128), hanya mendasarkan tata nilai dan norma-norma kepada Kalam Ilahi (' Abasa: 1-11), dan tak ada kompromi dalam dakwah (al-Isra': 73-75).

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: Tafsir Hadist
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 09 Oct 2013 14:06
Last Modified: 25 May 2015 09:47
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9382

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum