NALAR PESANTREN ( STUDI KRITIK NALAR )

MOESAFA, NIM. 96512139 (2003) NALAR PESANTREN ( STUDI KRITIK NALAR ). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (NALAR PESANTREN ( STUDI KRITIK NALAR ))
BAB I. V.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text (NALAR PESANTREN ( STUDI KRITIK NALAR ))
BAB II. III. IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)

Abstract

Secara geograjis pesantren sebagian besar berada didaerah pesisir dan pedalaman yang mayoritas merupakan komunitas urban. Dalam struktur sosial masyarakat yang demikian pesantren mempunyai posisi yang strategis. Persoalan-persoalan yang muncul ditengah masyarakat, terutama masalah keagamaan, senantiasa dikembalikan rujukannya kepada pesantren. Keistimewaan posisi pesantren dimasyarakat sangat ditentukan oleh otoritas pemimpinnya yang biasa disebut dengan kyai. Secara antropologis pesantren dapat dikatakan sebagai basis pertumbuhan Islam Tradisional yang menurut Dhofier (1978: I) masih terikat kuat dengan pemikiran-pemikiran ahli fiqh, tafsir, hadist, tauhid dan yang hidup antara abad ke-7 sampai dengan abad 13 M. Salah satu fungsi pesantren yang sampai sekarang masih mampu dipertahankan -walaupun tidak berkembang pesat-- adalah fungsi pesantren sebagai institusi keilmuan. Fungsi ini ditunjukkan oleh pesantren dengan kontinuitas kajian keilmuan dengan konsistensinya terhadap referensi keilmuan yang dalam hal ini diwakili oleh kitab kuning (Sahal Mahfudh, 1999: 102). Kitab kuning sebagai referensi keilmuan mempunyai hobot historis yang cukup panjang karena ditulis dari berbagai kurun waktu yang cukup lama. Konsistensi pesantren terhadap karya klasik tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa pesantren sangat memegang teguh mata rantai bagi prosestransformasi keilmuan. Mata rantai ini mengasumsikan dirinya sampai pada titik puncak ajaran, yaitu Rasulullah. Asumsi ini akan mengahadapi masalah yang serius jika tradisi keilmuan di dunia Islam coba kita telaah dari perspektif kritik nalar, misalnya dengan menggunakan metode arkeologi dan genealogi-nya Foucault. Secara arkeologis bahwa sejarah pemikiran Islam tidaklah berjalan secara linear melainkan mempunyai "patahan-patahan" sepanjang yang dilaluinya. Analisis arkeologis akan dilanjutkan dengan genealogis untuk menetapkan• patahan penentu sekaligus menyingkap selubung ideologis dan keterkaitan antara pe,ikiran dan realitasnya. Adalah masa imperium Abbasiyah yang menurut al-Jabiri (2000: 17) ditetapkan sebagai patahan penentu bagi perkembangan pemikiran di dunia Islam. Pada masa ini terjadi proses pembentukan dan pembakuan ilmu keagamaan yang mendapat sponsor dari kekuasaan. Pada saat itulah proses ortodoksi telah dimulai. Apalagi al-Syafi'i ikut menentukan proses diskursif-nya dengan mengeluarkan disiplin ilmu baru, Ushul Fiqh. Dengan metode qiyas-nya, ushul fiqh kurang memberi ruang bagi proses penafsiran dan kreatifitas berfikir karena rambu-rambu al-Qur'an dan al-Hadist yang dibuatnya sebagai batasan terasa mengungkung. Dari sini secara sekilas, nalar yang dihasilkan pesantren -yang dibangun diatas fondasi pengetahuan klasik-- ternyata menyimpan problem yang serius. Peran sosial, budaya, ekonomi dan edukasi pesantren menempatkannya menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas, terlebih dari sisi epistemologi, masih masih minim kajian yang membahasnya. Maka dari itu, skripsi ini berpretensi untuk mengkaji secara epistemologis dengan perspektif kritik nalar untuk mengetahui dari mana nalar pesantren diderivasikan dan bagaimana hasil derivasi tersebut dikonstruk menjadi sebuah nalar. Dengan menggunakan metode library research yang bersifat deskriptif analitik, skripsi ini hanya akan mengkaji pesantren yang menjadi basis pertumbuhan Islam Tradisional dengan model pendekatan sistematis reflektif. Diharapkan dengan begitu akan menjawab beberapa persoalan mendasar mengenai nalar pesantren, yakni bagaimana arkeologi dan genealogi pengetahuan pesantren sebagai tolakan awal dan selanjutnya melihat bagaimana konstruksi nalar pesantren. Selain hal tersebut diatas skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui nalar pesantren yang diharapkan akan mempunyai implikasi yang bersifat emansipatoris, karena dengan mengetahui nalar pesantren akan menimbulkan kepedulian pada upaya dekonstruksi dan rekonstruksi pemikiran di kalangan pesantren dan pada gilirannya akan mendorong dinarnisasi pemikiran di dunia Islam.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 10 Oct 2013 08:06
Last Modified: 04 Aug 2016 09:17
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9384

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum