IMAN DALAM PANDANGAN MUHAMMAD ABDUH

RANTI SUMARNI, NIM. 9751 2376 (2003) IMAN DALAM PANDANGAN MUHAMMAD ABDUH. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (IMAN DALAM PANDANGAN MUHAMMAD ABDUH)
BAB I. V.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text (IMAN DALAM PANDANGAN MUHAMMAD ABDUH)
BAB II. III. IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (3MB)

Abstract

Di dalam AI-Qur'an dan Hadits banyak sekali membicarakan masalah keimanan. Iman manurut bahasa adalah percaya dan membenarkan sedangkan menurut istilah berarti sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umumoleh manusia berdasarkan akal, fitrah dan wahyu. Kebenaran tersebut dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran tersebut. Dengan demikian bagi seorang muslim haruslah meyakini dengan sepenuh hati akan kebenaran yang datang dari Allah. Keyakinan ini secara sistematis telah terangkum dalam konsep rukun iman yang enam, yaitu keyakinan adanya Allah Yang Maha Esa, Malaikat-malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Nabi-nabi dan Rasul Allah, Hari Akhir dan keyakinan terhadap Takdir Allah. Keyakinan tersebut menjadi simpul yang mengikat tujuan hidup dan semua perilaku manusia dengan sifat-sifat Allah. Dalam kehidupan sehari-hari keyakinan harus mampu membimbing cara berfikir, sikap hidup serta perilaku kesehariannya. Oleh karena keyakinan yang melandasi idiologis dan perilaku praktis, maka iman dan amal perbuatan memiliki suatu hubungan yang erat sekali. Karena di dalam Al-Qur'an banyak menjelaskan bahwa orang-orang yang masuk surga adalah orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Untuk itu perbuatan amal sholeh haruslah dibarengi dengan keimanan, begitu juga sebaliknya. Dengan iman yang penuh keyakinan dan dinyatakan dengan amal perbuatan yang baik akan menghasilkan buah keimanan yang menuju kepada ketaqwaan. Untuk itu Muhammad Abduh mengartikan iman sebagai kepercayaan kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya serta mempercayai kebenaran berita-berita yang dibawa oleh para Rasul. Disamping itu ia juga mewajibkan agar orang beriman melaksanakan amal perbuatan. Karena amala perbuatan mernpakan suatu hal yang pokok dalam menentukan keimanan seseorang. Pada dasamya konsep iman yang dimajukan Muhammad Abduh sarna dengan konsep iman yang diajukan oleh Mu'tazilah yaitu mengaitkannya dengan amal perbuatan. Akan tetapi jika dilihat dari segi hukum Muhammad Abduh berbeda pendapat, ia menganggap orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin, meskipun derajat terendah. Karena selama ia masih meyakini dengan ikhlas dalam hatinya kemudian diwujudkan dengan amal perbuatan yang nyata dan hanya mencari ridha Allah semata. Untuk itu Muhammad Abduh tidak mengkafirkan seorangmuslim yang melakukan dosa besar. Dasar yang digunakan Muhammad Abduh dalam menjatuhkan hukuman bagi orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin adalah selama ia masih mengucapkan dua kalimat syahadat, maka ia tetap mukmin meskipun imannya tidak sempuma karena perbuatan yang ia lakukan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Muhammad Abduh mengaitkan amal dengan keimanan. Oleh karena ituiman seseorang dapat bertambah dan berkurang. Dan juga ia menjatuhkan hukuman tiap-tiap orang mukmin yang melakukan dosa besar adalah tetap mukmin karena masih mempercayai dan meyakini Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 10 Oct 2013 10:04
Last Modified: 04 Aug 2016 08:54
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9399

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum