Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T13:37:16ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2015-08-11T01:53:33Z2015-08-11T01:53:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16776This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/167762015-08-11T01:53:33ZTAFSIR FEMINIS
(STUDI PEMIKIRAN AMINA WADUD DAN NASR HAMID ABU ZAID)Penafsiran al-Qur'an oleh feminis muslim muncul dalam upaya
mereka mengapresiasi nilai-nilai kesetaraan gender yang dikonstruksi alQur'
an dan menubuhkannya dalam konteks kekinian. Bagi feminis
muslim, al-Qur'an sejak dini sesungguhnya sudah mengapresiasi
kesetaraan laki-laki dan perempuan, namun pembacaan (penafsiran)
secara literal yang dikembangkan oleh para mufassir konservatif dinilai
oleh para feminis muslim alih-alih memperkuat gagasan kesetaraan
gender, justru sebaliknya meneguhkan pemahaman yang dianggap
ccnderung bervisi patriarkhi. Dengan "mengawinkan" kajian al-Qur'an
dan feminisme yang kemudian muncul dalam bentuk hermeneutika
feminis, pembacaan al-Qur'an yang dilakukan oleh para feminis muslim
ini dalam banyak hal memang berbeda secara diametral dengan
pembacaan para mufassir konservatif. Amina Wadud dan Nasr hamid
Abu Zaid yang melakukan pembacaan ala feminis atas al-Qur'an ini
secara jelas memperlihatkan perbedaan tersebut. Disertasi ini berrujuan
untuk mengungkap gagasan kedua feminis muslim ini dalam upaya
mereka memahami al-Qur'an, tentunya berkenaan dengan ayat-ayat yang
berkaitan dengan persoalan gender.
Fokus disertasi ini adalah mengurai gagasan Amina Wadud dan
Na~r Hamid Abu Zaid terkait dengan Pertama, hakikat penafsiran alQur'an.
Kedua, prinsip-prinsip dan metode penafsiran yang mereka
bangun dalam upaya mereka memahami ayat-ayat al-Qur'an berkenaan
dengan isu-isu gender. Ketiga, implikasi dari pemikiran kedua ya dalam ~
studi al-Qur'an.
Dalam upaya menguraikan gagasan kedua feminis muslim ini,
penyusun menggunakan pendekatan filosofis henneneutis untuk
mengungkap asumsi-asumsi filosofis keduanya mengenai penafsiran
feminis. Dalam kaitan ini, penyusun berpijak pada kerangka teori
hermeneutika yang dikemukakan oleh Paul Ricoeur yang memandang
penafsiran terhadap teks melalui dua langkah. yaitu explanatiory
dan understanding_ (pemahaman). Menurut Ricoeur,
pembacaan terhadap sebuah teks berarti melakukan kontekstualisasi
dengan membuka diri terhadap makna teks yang terhampar luas di
hadapannya. Konlekstualisasi ini bisa dilakukan melalui kedua langkah
terse but.
Dalam disertasi ini terlihat bahwa Amina Wadud dan Nasr Hamid
Abu Zaid memahami tafsir bukan sebagai lindakan menjelaskaniek~-tetfs ?
al-Qur'an secara aktual sebagaimana yang lazim dalam penafsiran
tradisional. Keduanya ~f\lahami penafsiran sebagai UJl!lya mengaitkan
teks al-Qur'an dengan 'P'foblema realitas kontemporW dalam rangka
menemukan solusi yang qur'ani atas pelbagai problem tersebut. Oleh
karena itu, kegiatan penafsiran bagi kedua feminis m1 lebih
mencenninkan prinsip-prinsip hermeneutis dalam memahami ayat-ayat
al-Qur'an.
Untuk membangun pemahaman al-Qur'an yang berkeadilan
~nder, Amina Wadud dan Na ~r Hamid Abu Zaid sepakat dengan prinsip
1' l./""depatriarkhalisasi (membuang pernahaman yang bersifat patriarkhis dan
i. . v7membangun i)enafsiran yang adil), prinsip semangat pembebasan
7 ~ . perempuan oleh al-Qur'an dan prinsip hierarkhisasi teks-teks al-Qur'an
yang berkaitan dcngan persoalan gender. Namun, prinsip yang
meniscayakan pcnafsiran al-Qur'an dengan mengedepankan pengalaman
percmpuan, perspektif perempuan dan perempuan sebagai mufassir yang
9ipegang oleh Amina Wa • ak disetujui oleh Abu Zaid.,
Lebi 1tu, keduanya sepakat bahwa untuk memperoleh
1 pen • n yang kontekstual, sescorang harus mempertimbangkan
angkah penjelasan sekaliius pcmahaman. Penjelasan digunakan untuk
memperoleh makna obyektif dari teks yang akan ditafsirkan. Sementara
pemahaman digunakan untuk mengailkan leks dengan konteksnya,
menemukan ideal-moralnya dan. akhirnya menarik signitikansinya dan
menghubungkannya dalarn konteks kekinian sehingga melahirkan tafsir
kontekstual yang bervisi keadilan gender. Pemikiran Amina Wadud dan
Na~r Jiamid Abu Zaid mengenai ~ir feminis dalam batas tertentu
memang relevan dengan gagasan penegakan hak asasi manusia dan tentu
saja sejalan dengan kritik wacamr tcrhadap ideoloii patriarl<.hi yang
digagas oleh para ferninis muslim. Namun demikian, sebagai gagasan
baru dala Siran al-Q r'an, penafsiran oleh para feminis muslim ini
tetap te uka untuk dikritik.NIM: 01.300.005 AHMAD BAIDOWI