Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T09:51:09ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2020-04-28T04:44:16Z2020-04-28T04:44:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39128This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/391282020-04-28T04:44:16ZRESEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PETOBO
TERHADAP FENOMENA LIKUIFAKSILikuifaksi yang terjadi pada 28 September 2018 di Kelurahan Petobo
dipahami dengan berbagai macam pemahaman. Sebagian besar mengganggap
fenomena itu sebagai azab atau hukuman dari Allah Swt. Klaim fenomena
likuifaksi oleh sebagian masyarakat Petobo itu disandarkan dengan teks hadis
riwayat Tirmizi no. 2111 yang menjelaskan bahwa akan terjadi pada ummat akhir
nanti pergeseran tanah, perubahan bentuk (tanah) dan angin kencang yang
menghempaskan manusia walaupun disitu ada orang-orang yang sholeh
dikarenakan kemaksiatan merajalela. Pemahaman masyakarat Petobo yang seperti
itu memang tidak bisa dinafikan, melihat di daerah Petobo masih melestarikan
perbuatan maksiat seperti perjudian dan lain-lain
Latar belakang diatas, menunjukkan bahwa fenomena bencana alam
terkadang dipahami dari sudut pandang teologi yang seringkali menusia
mengartikan sebagai bahasa Tuhan untuk ‗menegur‘ atau bahkan ‗memarahi
manusia‘. Padahal, suatu bencana alam yang terjadi dapat juga dipahami dengan
menggunakan epistemologi rasional atau pendekatan ilmiah lainnya seperti
pendekatan sains dengan memahami kondisi geografi dan penyebab terjadinya
bencana tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih
dalam hadis-hadis tentang likuifaksi yang dijadikan dalil sebagian masyarakat
Petobo terhadap fenomena likuifaksi dengan menggunakan teori ma‘anil hadis
Musahadi HAM guna mendapatkan original meaning hadis tersebut Selanjutnya
penelitian ini mencoba melakukan kritik terhadap pemahaman hadis masyarakat
Petobo tersebut dengan menggunakan pendekatan sains. kemudian meneliti
kondisi sosial budaya Kelurahan Petobo dengan melakukan penelitian lapangan
dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun temuan dari penelitian ini adalah, bahwa fenomena likuifaksi yang
terjadi di Kelurahan Petobo dalam perspektif sains, terjadi akibat kondisi geologis
yang memiliki kerentanan akan terjadinya likuifaksi bila diguncang oleh gempa.
Kemudian hadis yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat Petobo sebagai
dalil terjadinya fenomena likuifaksi di Petobo tersebut merupakan hadis yang
memiliki status d}a’i>f al-Isna>d. Selanjutnya, hadis tersebut merupakan hadis yang
bersifat prediktif, bahwa fenomena-fenomena yang disebutkan Nabi itu akan
terjadi pada umatnya yang terakhir, yaitu umat Islam yang hidup di akhir zaman.
Hal itu dikarenakan perbuatan maksiat yang sudah dianggap remeh. Perbuatan
maksiat yang dianggap remah itulah merupakan gambaran bahwa kelak di akhir
zaman nanti ketakukan akan dosa dan maksiat itu sudah tidak ada lagi. Adapun
pemahaman masayarakat Petobo terhadap hadis tentang fenomena likuifaksi
tersebut mengalami transmisi dari original meaning hadis tersebut. Pemaknaan
tersebut dikarenakan disampaikan oleh agen-agen atau tokoh agama yang
cenderung merupakan Islam Tradisionalis tekstualis. Selain yang berpandangan
teologis, sebagian masyarakat juga yang memahinya dengan mempertimangkan
faktor geologis Petobo, kemudian ada juga yang berpendapat bahwa fenomena
tersebut merupakan mitos yang sudah pernah terjadi pada zaman dahulu.NIM. 16551004 AHMAD MUSHAWWIR2020-04-27T04:31:08Z2020-04-27T04:31:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39096This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/390962020-04-27T04:31:08ZRESEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PETOBO
TERHADAP FENOMENA LIKUIFAKSI
(Studi Living Hadis)Likuifaksi yang terjadi pada 28 September 2018 di Kelurahan Petobo
dipahami dengan berbagai macam pemahaman. Sebagian besar mengganggap
fenomena itu sebagai azab atau hukuman dari Allah Swt. Klaim fenomena
likuifaksi oleh sebagian masyarakat Petobo itu disandarkan dengan teks hadis
riwayat Tirmizi no. 2111 yang menjelaskan bahwa akan terjadi pada ummat akhir
nanti pergeseran tanah, perubahan bentuk (tanah) dan angin kencang yang
menghempaskan manusia walaupun disitu ada orang-orang yang sholeh
dikarenakan kemaksiatan merajalela. Pemahaman masyakarat Petobo yang seperti
itu memang tidak bisa dinafikan, melihat di daerah Petobo masih melestarikan
perbuatan maksiat seperti perjudian dan lain-lain
Latar belakang diatas, menunjukkan bahwa fenomena bencana alam
terkadang dipahami dari sudut pandang teologi yang seringkali menusia
mengartikan sebagai bahasa Tuhan untuk ‗menegur‘ atau bahkan ‗memarahi
manusia‘. Padahal, suatu bencana alam yang terjadi dapat juga dipahami dengan
menggunakan epistemologi rasional atau pendekatan ilmiah lainnya seperti
pendekatan sains dengan memahami kondisi geografi dan penyebab terjadinya
bencana tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih
dalam hadis-hadis tentang likuifaksi yang dijadikan dalil sebagian masyarakat
Petobo terhadap fenomena likuifaksi dengan menggunakan teori ma‘anil hadis
Musahadi HAM guna mendapatkan original meaning hadis tersebut Selanjutnya
penelitian ini mencoba melakukan kritik terhadap pemahaman hadis masyarakat
Petobo tersebut dengan menggunakan pendekatan sains. kemudian meneliti
kondisi sosial budaya Kelurahan Petobo dengan melakukan penelitian lapangan
dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun temuan dari penelitian ini adalah, bahwa fenomena likuifaksi yang
terjadi di Kelurahan Petobo dalam perspektif sains, terjadi akibat kondisi geologis
yang memiliki kerentanan akan terjadinya likuifaksi bila diguncang oleh gempa.
Kemudian hadis yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat Petobo sebagai
dalil terjadinya fenomena likuifaksi di Petobo tersebut merupakan hadis yang
memiliki status d}a’i>f al-Isna>d. Selanjutnya, hadis tersebut merupakan hadis yang
bersifat prediktif, bahwa fenomena-fenomena yang disebutkan Nabi itu akan
terjadi pada umatnya yang terakhir, yaitu umat Islam yang hidup di akhir zaman.
Hal itu dikarenakan perbuatan maksiat yang sudah dianggap remeh. Perbuatan
maksiat yang dianggap remah itulah merupakan gambaran bahwa kelak di akhir
zaman nanti ketakukan akan dosa dan maksiat itu sudah tidak ada lagi. Adapun
pemahaman masayarakat Petobo terhadap hadis tentang fenomena likuifaksi
tersebut mengalami transmisi dari original meaning hadis tersebut. Pemaknaan
tersebut dikarenakan disampaikan oleh agen-agen atau tokoh agama yang
cenderung merupakan Islam Tradisionalis tekstualis. Selain yang berpandangan
teologis, sebagian masyarakat juga yang memahinya dengan mempertimangkan
faktor geologis Petobo, kemudian ada juga yang berpendapat bahwa fenomena
tersebut merupakan mitos yang sudah pernah terjadi pada zaman dahulu.NIM. 16551004 AHMAD MUSHAWWIR