Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T11:04:14ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2017-02-10T01:56:11Z2017-02-10T01:56:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23964This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/239642017-02-10T01:56:11ZTARJAMAT AL KITAB FIQH AL SALAWAT WA AL MADAIH AL NABAWIYYAH LI AL SAYYID MUHAMMAD ZAKI IBRAHIM WA MASHKALAT TA'ABIR ANMAT AL AF'AL AL ISTILAHIYYAH AL MUTA'ADIYYAH BIHARF AL JAR (DIRASAH AL TARJAMAH AL TAHLILIYYAH)Kata terjemah menurut bahasa berasal dari kata tarjama-yutarjimu yang berarti
menafsirkan atau memindah, dalam kamus al Munjid dituliskan; menafsirkan suatu
ungkapan dengan ungkapan yang lain atau memindah suatu pesan atau menjelaskan
suatu ungkapan dengan ungkapan lain.
Menerjemah secara umum adalah memindahkan gagasan, ide, atau pikiran
suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Terjemah juga terkadang dimaknai dengan tafsir,
sehingga ungkapan ini secara tidak langsung memberi sugesti bahwa seorang
penerjemah adalah seorang penafsir.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas tentang pola aktif idiomatik
berpreposisi yang terdapat pada kitab ”Fiqh al sholawat wa al madaih al nabawiyyah
karya al Sayyid Muhammad Zaky Ibrahim”. Idiom adalah bentuk bahasa berupa
gabungan kata yang makna katanya tidak dapat ditafsirkan dengan unsur
gabungannya. Atau idiom adalah sekumpulan kata-kata tertentu yang memberi arti
baru yang berbeda dari arti asal kata-kata tersebut atau bentuk ungkapan khas yang
dimiliki oleh sesuatu bahasa, perorangan atau kelompok orang. Dalam bahasa arab,
idiomatik dikenal dengan terminologi Mutaaddy. Mu’jam al Mushtholahat al Nahwiyyah
wa al Shrofiyyah meuliskan bahwa al Ta’diyyah adalah kondisi dimana fiil lebih dari
membutuhkan fail saja, melainkan juga membutuhkan maful; baik satu, dua, atau
bahkan tiga maful. Kondisi ini bisa ditempuh dengan tujuh cara dan salah satu di
antaranya adalah dengan menyandingkannya dengan huruf jar atau disebut dengan
idiomatik preposisi. Contoh yang sangat masyhur adalah susunan kata رغب عن , idiom
dalam kalimat tersebut memiliki arti ‘tidak suka’, dan akan bermakna lain jika huruf
jar tersebut diubah menjadi في , maka kalimat tersebut akan bermakna ‘suka’. Hal ini
adalah masalah tersendiri dalam penerjemahan pola aktif idiomatik preposisi.
Mengingat, begitu banyaknya fiil-fiil yang tidak terbatas pola idiomatik dengan huruf
jar, juga tidak ada teori tersendiri untuk membatasi huruf jar mana yang harus disandarkan pada fiil tertentu. Oleh karenanya, keniscayaan untuk mengurai
kesukaran dalam menerjamahkan pola aktif idiomatik berpreposisi dalam kitab ”Fiqh
al sholawat wa al madaih al nabawiyyah karya al Sayyid Muhammad Zaky Ibrahim”.
Jika ditarik sedikit lebih jauh penelitian ini dilatar belakangi oleh kamus idiom
yang minim sekali ditemukan. Juga, betapa pembahasan idiom masih belum banyak
dijelaskan dengan gamblang, lebih-lebih mengungkap bagaimana susunan kata bisa
dianggap sebagai idiom. Maka penelitian ini berusaha untuk membuat rumus
bagaiman susunan kata bisa ditentukan sebagai sebuah idiom yang didsarkan pada
penggabungan dua permasalahan sekaligus, yaitu di samping problem menentukan
idiom itu sendiri juga problematika dalam penerjemahannya.NIM. 09110094 ANDRIEK NOOR MAFTUHIE