Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T17:41:04ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2012-07-20T10:33:15Z2015-08-12T02:13:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6783This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/67832012-07-20T10:33:15ZWAYANG BEBER DAN PERKEMBANGAN ISLAMKelahiran wayang beber memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan
kerajaan Majapahit. Wayang jenis ini dikenal pertama kali pada masa Majapahit,
tepatnya saat kerajaan di Bumi Trowulan itu dipimpin Raden Jaka Susuruh. Raja
ini bergelar Prabu Bratana. Hal itu ditunjukkan dengan suryasengkala pembuatan
wayang beber pada masa itu, yaitu Gunaning Pujangga Sembahing Dewa, yang
menunjukkan tahun Saka 1283 (1361 M). Saat itu wayang beber masih
mengambil cerita wayang purwa. Ketika pertunjukan, kertas berlukiskan wayang
tersebut digelar (dalam bahasa Jawa: dibeber), dan bila sudah selesai digulung
kembali untuk disimpan. Pada zaman Majapahit, pergelaran wayang beber purwa
di lingkungan istana sudah menggunakan iringan gamelan. Sementara
pertunjukkan wayang beber di luar istana, tepatnya di lingkungan masyarakat
biasa, hanya diiringi rebab (alat musik gesek khas Jawa). Wayang beber yang
mengambil cerita Panji diperkirakan baru muncul pada zaman Mataram (Islam),
tepatnya pada masa pemerintahan Kasunanan Surakarta. Kala itu raja yang
memerintah adalah Amangkurat II (1677-1703). Hal itu juga disebutkan dalam
salah satu tembang Kinanthi yang ada di Serat Centhini.
Alasan penulis memilih tema wayang beber dikarenakan wayang beber
inilah yang merupakan wayang tertua dan disinyalir sebagai bibit dari wayangwayang
yang berkembang di masa selanjutnya, dan wayang beber merupakan
pusaka budaya yang “dikeramatkan” hal ini tentunya menarik untuk diteliti lebih
jauh. Dengan masuknya Islam khususnya di Jawa merubah aspek-aspek tertentu
pada pementasan wayang beber. Dalam pembahasan tentang wayang beber ini
akan disampaikan mengenai pengaruh Islam terhadap kesenian wayang beber dan
juga melacak kegunaan wayang beber sebagai media dakwah. Dalam pembahasan
ini juga akan disampaikan aspek apa saja yang terkandung dalam wayang beber
ini dan dampak yang ditimbulkan pada masyarakat dewasa ini. Penelitian ini
dianalisis menggunakan teori akulturasi budaya yang pada bahasan ini terlihat
adanya percampuran budaya Islam dengan budaya sebelumnya dalam pertunjukan
wayang beber namun dari segi pertunjukan tidak berubah, hanya saja
ditambahkan nilai relegius dalam ceritanya. Sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan antropologis, karena yang akan diteliti adalah
wayang beber terhadap masyarakat Jawa, maka dari itu pendekatannya
menggunakan antropologis. Teori lain yang mendukung adalah teori evolusi yang
secara garis besar menandai perubahan yang terjadi pada masyarakat setelah
wayang beber digunakan sebagai media dakwah. Dengan kedua teori tersebut
diharapkan dapat mempertegas batas bahasan tentang Wayang Beber dan
Perkembangan Islam ini.NIM. (07120051) ANDRI SUSANTO